BerandaTradisinesia
Sabtu, 10 Jul 2020 19:35

Pengalaman Ikut Perkumpulan Teosofi; Nggak Seperti Ibadah, Lebih Mirip Forum Diskusi

Para pelajar Teosofi saat sedang melantunkan invokasi. (Inibaru.id/ Audrian F)

Di Kota Semarang ternyata ada perkumpulan Teosofi. Sepengetahuanku, Teosofi kerap disandingkan dengan Freemasonry dan hal-hal berbau konspirasi. Jadi aku ingin lebih mencari tahu secara langsung, dan hasilnya, nggak sebegitunya sih.<br>

Inibaru.id - Begitu tahu kalau di Kota Semarang masih ada pengikut Teosofi, aku langsung berinisiatif untuk mendatanginya. Awalnya aku mencari-cari info dulu di Google, dan di sana tertera kontak pengurusnya.

Setelah tersambung, aku diarahkan untuk datang ke Sanggar Wijaya Kusuma. Letaknya di Jalan Panjaitan. Sanggar tersebut terlihat cukup tua. Barangkali sanggar ini punya banyak cerita sejarah.

Di sana aku bertemu Theresia Yohana Ina. Dia adalah pengurus Perwathin (Persatuan Warga Theosofi Indonesia). Kalau di pusat, dia menjabat sebagai sekretaris. Ina juga biasa membawakan materi untuk dibahas dalam pertemuan Teosofi Semarang.

“Ini kami adakan kembali secara langsung. Sebelumnya hanya lewat daring karena ada Covid-19,” ujarnya pada Jumat (3/7/2020).

Sanggar Wijaya Kusuma yang berada di Jalan Panjaitan. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Begitu masuk, aku diberi tahu kalau Sanggar Wijaya Kusuma adalah tempat berkumpulnya para pelajar Teosofi. Di bagian depan sanggar sudah terpampang lambang Teosofi.

Interior dalamnya masih kuno. Ada aula luas yang di sekelilingnya banyak foto tokoh besar dari masing-masing agama. Di dalam juga banyak barang kuno, mulai dari piano hingga buku-buku berbahasa Belanda.

Jemaat hadir. Nggak banyak, mereka hanya ada 3 saat saya datang. Kemudian datang 2 orang lagi. O ya, jemaat dipisahkan dalam dua kategori yaitu anggota dan simpatisan. Mereka yang tergolong anggota juga merangkap sebagai pengurus, kalau simpatisan hanya orang-orang yang ikut belajar.

Sejauh ini tercatat ada 12 sampai 15 anggota. Para anggota ini rata-rata berusia 30-40 tahun.

Selain menggunakan buku-buku teosofi sebagai acuan, jemaat juga pakai buku-buku lain sebagai pijakan. Dalam foto ini tampak buku-buku arsip Teosofi Semarang yang masih berbahasa Belanda. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Beberapa saat kemudian, semua jemaat tertunduk, hening. Terdengar suara Ina merapal sejenis mantra yang disebut “invokasi” dalam 3 bahasa, Indonesia, Inggris, dan Jawa.

“O Hidup Tersembunyi, yang bergetar di tiap atom,

O Cahaya Tersembunyi, yang bersinar di tiap mahluk,

O Cinta kasih tersembunyi, yang memeluk semua dalam kesatuan;

Moga-moga masing-masing yang merasa satu dengan dikau

Karena itu tahu ia satu dengan tiap-tiap lainnya”

Invokasi tadi adalah sejenis ucapan pembuka sebelum memulai sesuatu. Gambarannya kalau di agama Islam seperti bacaan Basmalah.

Sesi diskusi dimulai. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Aku kira perkumpulan ini akan dilaksanakan layaknya ritual sebuah agama atau kepercayaan. Namun nyatanya, lebih mirip forum diskusi saat aku masih aktif sebagai mahasiswa.

Materi kajian yang dibawakan pada saat itu berjudul “The Secret of Though Power”. Katanya pijakan yang digunakan oleh Teosofi berasal dari banyak kajian ilmu. Termasuk juga buku Teosofi sendiri.

Namun, kajian kali ini nggak dilakukan sampai rampung. Para pelajar lebih ingin mengenalkan Teosofi kepadaku. Akhirnya, kajian diakhiri demi berdiskusi tentang Theosofi.

“Intinya, Theosofi ini membahas banyak hal apa yang ada di dunia. Namun imbang, secara religi, sains dan filsafat,” kata Ina.

Para anggota Teosofi Semarang. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Kata Ina, Teosofi bukanlah agama atau kepercayaan. Hanya ada kebebasan berpikir dan memahami. Kebenaran, menurutnya, sudah terletak pada kepercayaan atau secara rinci pada agama masing-masing.

“Bahkan saat disebut 'kepercayaan' dalam legalitas Pemerintah, sebetulnya saya nggak setuju. Teosofi bukan dogma kok,” ujarnya.

Waktu itu, hampir semua pelajar menggulirkan pendapat masing-masing. Dari obrolan tersebut, aku jadi tahu banyak tentang teosofi. Bahkan aku dibikin kagum dengan anggota yang sudah memasuki usia 30-40 namun berdiskusi layaknya remaja seusiaku.

Maksudnya mereka berdiskusi dengan argumen yang bernalar dan literer. Nggak asal sebut dan memaksa orang untuk percaya. Menarik! Kamu tertarik gabung, Millens? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Harga Gabah Naik, Sumanto Ajak Petani Jalan dengan Kepala Tegak

3 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: