BerandaTradisinesia
Senin, 28 Mar 2021 20:00

Nostalgia di Tiga Kota Terpenting Dalam Sejarah Kerajaan Majapahit

Dari data yang berhasil ditemukan, Kerajaan Majapahit tiga kali memindahkan pusat pemerintahannya. (iStock)

Majapahit merupakan kerajaan besar yang tercatat dalam sejarah Nusantara. Kerajaan yang melambung kejayaannya pada masa Hayam Wuruk ini berdiri pada akhir abad ke-13 Masehi. Beberapa kali pusat pemerintahan atau ibu kota kerajaan harus berpindah. Setidaknya, ada tiga kota yang pernah menjadi ibu kotanya.

Inibaru.id - Kerajaan Majapahit didirikan Raden Wijaya. Dia adalah menantu dari Raja Kertanegara, penguasa terakhir Kerajaan Singasari, yang tewas lantaran pemberontakan Jayakatwang pada 1292. Beruntung, Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri kala itu.

Dalam Majapahit: Batas Kota dan Jejak Kejayaan di Luar Kota (2012) Inajati Adrisijanti menuliskan, Raden Wijaya kemudian membuka hutan di delta Sungai Brantas. Pada akhirnya, desa ini berkembang pesat dan menjadi kerajaan dengan nama Majapahit.

Pusat Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit setidaknya tiga kali memindahkan pusat pemerintahan atau ibu kotanya. Namun, ketiganya masih berada di Jawa bagian timur.

1. Mojokerto

Mojokerto merupakan pusat pemerintahan pertama. (Ist)

Mojokerto menjadi kota pertama kerajaan bercorak Hindu-Buddha ini pada masa Raden Wijaya atau yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana.

Menukil Kumpulan Sejarah Desa Kabupaten Mojokerto (2020), pada masa itu ibu kota Majapahit ini disebut dengan Kutaraja. Letaknya nggak jauh dari pelabuhan besar bernama Canggu di tepi Sungai Brantas.

Selain menjadi pusat perniagaan atau bandar dagang, lokasi Canggu yang masih berada dalam wilayah Kutaraja dinilai sangat strategis. Dibangunlah pangkalan militer di sana yang kemudian dikenal sangat kuat.

2. Trowulan

Candi Tikus di Trowulan, situs peninggalan Kerajaan Majapahit. (Radar Mojokerto)

Pada 1309-1328, Sri Jayanegara memindahkan pusat pemerintahan Majapahit. Dia adalah raja setelah Raden Wijaya. Sri Jayanegara memindahkan ibu kota ke Trowulan yang berjarak sekitar 12 kilometer dari Kota Mojokerto sekarang.

Keterangan ini diperoleh dari kitab perjalanan Tiongkok bertajuk Yingyai Shenglan yang ditulis oleh seorang penjelajah bernama Ma Huan. Dia menyimpulkan bahwa pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 berada di Trowulan.

Buku terjemahan J.V.G Mills (1970), menyebutkan, kawasan tersebut merupakan kota yang sangat besar tempat raja bersemayam.

Data ini diperkuat dengan ditemukannya sejumlah situs peninggalan peradaban Majapahit di Trowulan. Kota ini menjadi pusat pemerintahan Majapahit dalam waktu yang cukup lama, mulai dari era Sri Jayanegara (1309) hingga menjelang keruntuhan Majapahit pada abad ke-16 Masehi.

Mereka yang pernah memimpin kerajaan dari Trowulan antara lain Tribhuwana Wijayatunggadewi, Hayam Wuruk, Ratu Suhita, hingga Bhre Kertabumi alias Brawijaya V.

3. Daha (Kediri)

Candi Surowono, peninggalan Kerajaan Majapahit di Kediri. (Instagram)

Adanya polemik internal dan ancaman serangan dari Kasultanan Demak, ibu kota kembali dipindahkan. Kali ini, Daha (Kediri) menjadi pilihan Bhre Kertabumi atau yang dikenal juga sebagai Brawijaya V (1468-1478). Posisi Majapahit kala itu sangat terdesak.

Jadi waktu itu, pengaruh Islam sedang berkembang sangat pesat di Jawa. Kasultanan Demak yang muncul bahkan dipimpin seorang pangeran berdarah Majapahit yaitu Raden Patah. Konon, Raden Patah merupakan putra kandung Brawijaya V dari istri seorang perempuan berdarah Tionghoa bernama Siu Ban Ci.

Karena situasi genting tersebut, ibu kota Majapahit terpaksa dipindahkan ke Daha. Sebelumnya, kota ini merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Kadiri (Kediri) Girindrawardhana atau Brawijaya VI (1478-1489).

Serangan atas Majapahit nggak juga reda. Bahkan pada 1517, serangan pasukan Kesultanan Demak membuat perekonomian Kerajaan Majapahit lumpuh. Serangan itu dipimpin oleh Pati Unus (1488-1521). Dia adalah sultan Demak kedua yang merupakan menantu Raden Patah.

Setelah satu dekade (1527), Kasultanan Demak kembali menyerbu Daha. Kala itu, Demak di bawah kepemimpinan Sultan Trenggana (1521-1546), penguasa Demak ketiga yang juga adik Pati Unus.

Inilah serangan yang menghancurkan Kerajaan Majapahit untuk selama-lamanya. (Tir/IB21/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: