Inibaru.id – Gayatri yang bergelar Rajapatni merupakan salah satu dari empat perempuan yang dinikahi oleh Raden Wijaya. Keempatnya merupakan putri Kartanegara, raja terakhir Kerajaan Singosari. Semuanya memiliki paras yang cantik, namun Gayatri merupakan perempuan yang cerdas pula.
Pararaton menyebutkan bahwa Raden Wijaya hanya menikahi dua orang putri Kertanagara (Kertanegara). Awalnya Raden Wijaya hanya menikahi Tribhuwaneswari dan Gayatri saja. namun setelah Majapahit berdiri, dia kemudian menikahi Mahadewi dan Jayendradewi pula.
Selanjutnya Tribhuwana disebut dengan nama Puspawati dan Gayatri sebagai Pusparasmi seperti yang terdapat pada kidung "Harsawijaya". Saat Singhasari runtuh akibat serangan Jayakatwang tahun 1292, Raden Wijaya hanya sempat menyelamatkan Tribhuwana saja.

Sayangnya akibat peristiwa tersebut Gayatri ditawan musuh di Kadiri. Gayatri kemudian bisa kembali saat Raden Wijaya berpura-pura menyerah pada Jayakatwang.
Gayatri Sang "Cleopatra" Majapahit
Pul Drake, penulis Gayatri Rajapatni, Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit menyebutkan bahwa Gayatri merupakan perempuan sekaliber Cleopatra. Perempuan Mesir ini mampu menaklukkan Caesar, kaisar Romawi tunduk.
Menurut Drake, Gayatri menjadi otak dari berbagai peristiwa besar yang terjadi pada kerajaan Majapahit. Gayatrilah yang menyusun strategi untuk membangun kembali kerajaan Singosari setelah kedua orang tuanya meninggal akibat serangan kerajaan Kediri.
Gayatri digambarkan sebagai sosok Prajnaparamita atau Dewi Kebijaksanaan Tertinggi. Dari akal budinya yang terasah, Gayatri dapat melahirkan banyak pemimpin. Gayatri merupakan sosok di belakang nama besar Raden Wijaya, suaminya, Gadjah Mada, mahapatihnya, Ratu Tribhuwana, putri sulungnya, dan cucunya, Raja Hayam Wuruk.

Saat Jayanegara wafat, Gayatri Rajapatni lebih memilih untuk menjadi ibu suri ketimbang menjadi raja Majapahit. Gayatri pula yang diduga ada di balik peristiwa wafatnya Jayanegara. Nggak disangka, Gayatri menjadikan putrinya, Tribhuwana Tunggadewi untuk menjadi raja. Hal tersebut didasari atas berbagai alasan.
Salah satunya, Gayatri nggak ingin adanya konflik internal mengingat dirinya adalah putri raja Singosari. Selain itu, sebagai penganut agama yang taat, Gayatri nggak ingin menduduki kursi tahta karena dirinya tengah menjalani masa bhiksuka.
Selama menjadi ibu suri itulah, dirinya memastikan bahwa Majapahit dijalankan oleh orang-orang yang tepat. Sebagai contoh, dia menjadikan seorang Gadjah Mada yang seorang rakyat biasa menjadi Mahapatih.
Sungguh perempuan luar biasa ya, Millens. (Una/IB27/E05)