Inibaru.id – Desa Pagergunung, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah dikenal luas kaum pecinta alam karena jadi salah satu jalur pendakian Gunung Sumbing. Tapi, desa ini lebih dari sekadar jadi jalur pendakian dengan pemandangan alam yang indah. Di sana, ada juga sejumlah tradisi yang unik dan menarik. Salah satunya adalah Tradisi Nyadran Rejeban Plabengan.
Berlokasi di ketinggian 1.200-an meter di atas permukaan air laut (mdpl) dan berjarak kurang lebih 14 kilometer ke arah barat daya dari pusat Kota Temanggung, masyarakat Desa Pagergunung masih memegang berbagai tradisi yang sudah dilakukan turun-temurun. Khusus untuk tradisi yang digelar warga Dusun Cepit di desa ini, rutin digelar setiap Jumat Wage pada Bulan Rajab. Untuk tahun ini, hari tersebut jatuh pada Jumat (17/1/2025) lalu.
Tradisi ini digelar sebagai wujud syukur terhadap rahmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani tembakau. Lebih dari itu, Tradisi Rejeban Plabengan juga dilakukan sebagai penghormatan bagi para leluhur yang sudah lebih dahulu berpulang. Salah satunya adalah Ki Ageng Makukuhan.
Sejak pagi, warga berduyun-duyun mendatangi Bukit Plabengan yang dipercaya jadi petilasan sekaligus makam dari Ki Ageng Makukuhan dan sahabat-sahabatnya. Merekalah yang dipercaya sebagai penyebar agama Islam pada zaman dahulu, Millens.
Laki-laki dan perempuan dewasa hingga anak-anak datang ke lokasi tersebut sembari memikul tenong yang berisi makanan dan minuman lezat layaknya nasi, ayam kampung ingkung, aneka jajan pasar, buah-buahan, dan minuman. Saat semua sudah datang, warga pun meletakkan tenongnya dan duduk berjejeran. Acara doa bersama pun dimulai dengan arahan dari tokoh agama.
Setelah ritual doa selesai, warga kemudian melakukan makan bersama. Yang dimakan tentu saja adalah makanan yang mereka bawa tadi. Biasanya, sembari makan, warga mengobrol dan berbagi pengalaman tentang dunia pertanian atau isu-isu terkini yang seru untuk dibahas.
Siang atau sore harinya, di Desa Pagergunung juga digelar acara kuda lumping, lengkap dengan ritual penjamasan alias menyiram air bunga ke kuda lumping yang dipentaskan. Seru banget, kan?
“Tradisi ini adalah wujud dari warga Desa Pagergunung dalam mencintai alamnya, mengedepankan semangat kebersamaan, menghormati para leluhur, sekaligus mempertahankan budaya turun-temurun,” ucap Kepala Dinas Kabupaten Temanggung Tri Raharjo mengomentari tradisi ini sebagaimana dinukil dari KRjogja, Jumat (17/1).
Menarik banget ya tradisi yang juga rutin dilakukan demi menyambut Ramadan yang juga sebentar lagi hadir ini. Semoga saja ya di tahun-tahun berikutnya, kita bisa melihat langsung Tradisi Nyadran Rejeban Plabengan ini secara langsung. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)