BerandaTradisinesia
Selasa, 8 Mei 2023 18:00

Membedakan Kota Magelang dan Kabupaten Magelang

Ilustrasi Kota Magelang dan Kabuten Magelang dengan telur ceplok. (Twitter/TxtdrMagelang)

Banyak orang yang nggak menyadari jika Kota Magelang dan Kabupaten Magelang itu berbeda. Nah, berikut adalah penjelasan mengenai perbedaan dua wilayah tersebut.

Inibaru.id – Warga di luar wilayah Magelang dan sekitarnya biasanya akan kebingungan dengan fakta bahwa Magelang dibagi menjadi kota dan kabupaten. Soalnya, banyak yang mengira Candi Borobudur ada di Kota Magelang. Padahal, lokasinya sebenarnya ada di Kabupaten Magelang dan cukup jauh dari pusat kota Magelang.

Kebingungan ini sebenarnya wajar. Pasalnya, Kota Magelang benar-benar nyempil di tengah Kabupaten Magelang sehingga terkesan seperti menjadi pusat Kabupaten Magelang. Apalagi, luas wilayah Kota Magelang hanyalah 16 km persegi. Padahal, pusat pemerintahan Kabupaten Magelang ada di Mungkid, sekitar 15 km selatan Kota Magelang.

Lantas, bagaimana kita bisa membedakan Kota Magelang dan Kabupaten Magelang? Sebenarnya, di media sosial sudah ada ilustrasinya dengan gambar telur ceplok.

Yap, telur yang sudah dimasak dengan matang dengan bagian kuning di bagian tengah ini memang pas untuk menunjukkan seperti apa gambaran peta Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, lengkap dengan titik-titik lokasi penting seperti Artos dan Candi Borobudur.

Lalu, duluan mana yang eksis, Kota Magelang dan Kabupaten Magelang? Sebelum membahas itu, kita bahas dulu sejarah kemunculan Magelang yang disebut-sebut sudah eksis sejak 11 April 907.

Penentuan hari jadi Kota Magelang ini nggak main-main karena didasari oleh penelitian yang dilakukan sejumlah pakar dari Universitas Tidar Magelang dengan Soekarto Kartoatmodjo, seorang arkeolog dari Universitas Gadjah Mada. Para peneliti mengecek catatan sejarah tentang Magelang dari Museum Nasional dan Museum Radya Pustaka pada 1989 lalu.

Kota Magelang ada di tengah-tengah Kabupaten Magelang. (Kompas/Anggara Wikan Prasetya)

Jauh sebelum menjadi kota atau kabupaten dengan wilayah yang luas, Magelang hanyalah sebuah desa perdikan (desa bebas pajak) bernama Mantyasih. Lokasi ini ada di Kampung Meteseh yang ada di Kelurahan Magelang, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang. Informasi ini ada di Prasasti Poh, Gilikan, serta Mantyasih. Khusus untuk prasasti terakhir, ditulis saat Mataram Hindu diperintah Rake Watukura Dyah Balitung pada 898-910 M.

Magelang kemudian berkembang menjadi wilayah yang jauh lebih ramai sejak masa kolonial. Nah, saat Inggris menguasai Nusantara di bawah kepemimpinan Thomas Stamford Raffles, Raden Ngabehi Danukromo diangkat menjadi bupati pertama Magelang pada 1812 lalu. Pusat pemerintahan Kabupaten Magelang kala itu ditempatkan di Desa Mantiasih dan Desa Gelangan.

Setelah Nusantara kembali di bawah kekuasaan Belanda, tepatnya pada 1905, Decentralisatie Besluit alias Aturan Desentralisasi diberlakukan. Dampaknya wilayah Kota Magelang yang awalnya bersatu dengan Kabupaten Magelang dipisah karena statusnya berubah menjadi gemeente atau semacam Salatiga.

Statusnya mirip dengan Kota Semarang, Pekalongan, dan Salatiga. Menariknya, saat itu pusat pemerintahan Kota Magelang dan Kabupaten Magelang sama-sama ada di Kota Magelang.

Sebenarnya, sejak 1950, Kabupaten Magelang sudah diperbolehkan memindahkan pusat pemerintahan di wilayahnya sendiri. Namun, pemindahan itu baru dilakukan secara resmi pada 22 Maret 1984. Sejak saat itu, Ibu Kota Kabupaten Magelang dipindah ke Mungkid.

Jadi, sudah mengerti kan kalau Kota Magelang dan Kabupaten Magelang itu berbeda? Jangan lagi keliru ya, Millens menganggap Candi Borobudur di Kota Magelang, apalagi di Yogyakarta, kejauhan itu. Haha. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: