BerandaTradisinesia
Senin, 15 Okt 2023 12:06

Meluruskan Narasi "Naik Haji" di Gunung Bawakaraeng

Masyarakat melakukan ritual "haji" di Gunung Bawakaraeng. (Republika/Fadhly Kurniawan)

Di media sosial, muncul informasi tentang kegiatan "naik haji" di Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan. Sebenarnya, seperti apa sih ritual spiritual yang satu ini?

Inibaru.id – Belakangan ini di media sosial ramai pembahasan soal tradisi “naik haji” di Gunung Bawakaraeng yang ada di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Sejumlah warganet menyebut penyebutan istilah “naik haji” tersebut sebagai sesuatu yang nggak tepat. Tapi, ada juga warganet yang menyebut sudah banyak orang yang menjalani ritual naik gunung dengan ketinggian 2.883 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut. Lantas, sebenarnya seperti apa sih ritual ini?

FYI saja, nih, layaknya orang-orang yang naik haji di Makkah, mereka yang menjalani ritual “haji” Gunung Bawakaraeng juga melakukannya saat Iduladha. Karena penasaran, peneliti Transkrip Tradisi Lisan bernama Fadhly Kurniawan sampai penasaran dan ikut melakukan tradisi ini.

“Ini tradisi lisan yang sudah dikenal oleh banyak masyarakat Sulawesi,” ungkapnya sebagaimana dilansir dari Republika, Sabtu (8/7/2023).

Fadhly mengaku sudah dua kali mengikuti tradisi ini, yaitu pada 2019 dan pada Kamis (29/6/2023) lalu. Pada pendakian gunung yang kedua, dia melakukannya bersama dengan sejumlah rekan akademisi dari Universitas Indonesia dan warga lokal yang berasal dari Manipi. Dari kedua pendakian itulah, dia menyebut istilah “naik haji” untuk ritual ini sebenarnya kurang tepat.

“Nggak ada satu pun replika ibadah haji di Makkah yang dilakukan di sini seperti memakai kain ihram, wukuf, thawaf, sai, dan lain-lain. Lebih pas kalau dibilang kegiatan salat Iduladha tapi di Gunung Bawakaraeng. Ada protokol MC, imam, dan khatib yang berasal dari Kindang-Bulukumba,” jelas Fadhly.

Meski istilahnya "haji", sebenarnya ritual ini lebih mirip seperti salat Iduladha pada umumnya. (Republika/Fadhly Kurniawan)

Lantas, mengapa selama ini yang berkembang adalah istilah haji? Hal ini masih jadi misteri hingga sekarang. Tapi, dia menduga karena ritual ini dilakukan bersamaan dengan waktu Iduladha atau yang masyarakat umum dikenal dengan sebutan Lebaran Haji.

Dugaan lain, dalam Bahasa Kondo yang masih dipakai masyarakat Manipi, kata Haji’ atau Baji’ bisa diartikan sebagai hal yang baik. Nah, mereka yang melakukan ritual ini juga harus menjaga adab atau melakukan hal-hal baik.

“Ada beberapa nilai yang dianggap bisa meningkatkan sensitivitas spiritual. Jadi, yang melakukan ritual ini bakal merasa dirinya kembali fitrah atau suci,” ungkap Fadhly.

O ya, tradisi ini kabarnya terkait dengan cerita sejarah yang dilakukan Syekh Yusuf, ulama pada masa kejayaan Kerajaan Gowa. Dulu, Syekh Yusuf sengaja melakukan pendakian Ma’lino alias bertafakur untuk mencari ilmu di Gunung Bawakaraeng.

Selain itu, nama Gunung Bawakaraeng sendiri bisa diartikan sebagai ucapan atau tindakan mengingat Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, tradisi mendaki gunung tersebut saat Lebaran Haji bisa dianggap sebagai salah satu cara untuk mengingat Tuhan.

Jadi, sudah mengerti kan seperti apa sebenarnya ritual “haji” di Gunung Bawakaraeng ini, ya. Meski penggunaan istilah “haji” bisa memicu perdebatan, ada baiknya kita tidak perlu mempermasalahkannya kembali karena tradisi spiritual ini sudah dilakukan turun-temurun dan sama sekali nggak menyalahi apapun, Millens. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: