BerandaTradisinesia
Selasa, 19 Nov 2018 14:59

Sambut Maulid Nabi, Warga Lombok Pupuk Kekompakan Lewat Tradisi Dulangan

Sambut Maulid Nabi, Warga Lombok Pupuk Kekompakan Lewat Tradisi Dulangan

Tradisi dulangan masyarakat Lombok. (Jadiberita)

Untuk memperingati Maulid Nabi, masyarakat Lombok selalu menggelar tradisi dulangan.Melalui tradisi tersebut, mereka pengin meningkatkan rasa kebersamaan dan saling berbagi.

Inibaru.id – Ada berbagai macam kegiatan untuk menyambut peringatan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah masyarakat Lombok. Mereka selalu menggelar Tradisi Dulangan setiap Maulid Nabi menjelang.

Dulangan atau bedulangan adalah cara menjamu tamu undangan yang datang di acara syukuran masyarakat Lombok. Di sana, mereka menyajikan satu dulang terdiri atas dua piring nasi, dua mangkuk lauk berkuah, dan dua gelas air seperti yang ditulis Kompasiana.com, Senin (9/5/2016). Bagi mereka, menyajikan dulang mempunyai arti dan makna yang sangat besar, yakni tentang kekompakan.

Kendati demikian, setiap daerah di Lombok menyajikan dulang dalam bentuk yang berbeda-beda. Di Lombok Timur, dulang terdiri atas dua piring nasi, ponjol  (tempat nasi), dua mangkuk untuk lauk berkuah, buah pisang, dan kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut disajikan pada sebuah bakul, kemudian ditutup.

Sementara itu, waktu pelaksanaan tradisi ini berlangsung selama 3 minggu. Setiap desa biasanya memiliki waktu pelaksanaan yang berbeda. Ada yang mengadakan saat pagi, siang, atau malam hari.

Dalam tradisi ini, setiap keluarga (rumah tangga) membawa sebuah dulang untuk diantar ke sebuah masjid. Dulang  tersebut dibawa seorang perempuan dari setiap rumah dengan cara diangkat di atas kepala. Mereka berbaris teratur dan hanya dikomando suara doa bersama yang keluar dari pengeras suara di masjid. Sementara, warga desa yang lainnya akan berkumpul di dalam masjid untuk berzikir bersama, mendengarkan bacaan tilawah, dan sambutan-sambutan, hingga doa bersama.

Dulang dibawa di atas kepala menuju masjid. (Kampung-media)

Dulangan yang dibawa kemudian akan disantap bersama-sama dengan warga desa lainnya. Namun, nggak semua isi dihabiskan, lo. Ada makanan yang disisakan. Tradisi menyisakan makanan ini bertujuan untuk berbagi dengan keluarga di rumah yang nggak bisa hadir dalam acara sehingga mereka tetap bisa ikut menyantap dulang.

Wah, seru juga ya, Millens. Semua bisa kebagian dulang! (IB07/E04)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025

Mereka yang Terlibat dalam Suap Putusan 'Onslag' Kasus Korupsi Minyak Goreng

15 Apr 2025

Harus Bagaimana Agar Ambulans Nggak Lagi Kena Tilang ETLE?

15 Apr 2025

Warga Semarang Sambut Gembira Penghapusan Denda Pajak Kendaraan

15 Apr 2025

Berasal dari Tradisi Eropa, Kelinci Paskah Jadi Simbol Kesuburan

15 Apr 2025

Alasan Sejumlah Asosiasi Jurnalis Menolak Program Rumah Subsidi Wartawan

16 Apr 2025

'Burning'; Ketika Ending Sebuah Film Justru Bikin Bingung Penontonnya

16 Apr 2025