BerandaTradisinesia
Minggu, 6 Jan 2024 09:00

Legenda Kiai Sanggem, Sosok Terkait dengan Asal-Usul Bandungan

Bandungan, tujuan wisata andalan bagi warga Kota Semarang. (Kompas/Anggara Wikan Prasetya)

Nggak ada hubungannya dengan Bandung, ibukota Jawa Barat, Kecamatan Bandungan di Kabupaten Semarang memiliki nama hampir serupa justru karena ada hubungannya dengan cerita Kiai Sanggem. Seperti apa kisahnya?

Inibaru.id – Jika orang Jakarta mengenal Puncak sebagai tujuan untuk melepas penat pada akhir pekan, warga Kota Semarang menjadikan Bandungan sebagai jujugan wisata andalan. Alasannya, wilayah yang bisa ditemui di lereng Gunung Ungaran tersebut menawarkan banyak keindahan alam.

Selain masih asri, di kecamatan dengan luas wilayah 48 kilometer persegi ini terdapat banyak tempat wisata yang selalu dijejali pengunjung. Sebut saja Candi Gedong Songo, Taman Bunga Celosia, hingga tempat wisata kuliner tahu atau satai kelinci yang banyak ditemui di pinggir jalan. Banyaknya tempat yang bisa didatangi inilah yang membuat Bandungan cukup populer di kalangan warga Kota Atlas.

Yang menarik, bagi warga Bandungan dan kecamatan-kecamatan lainnya seperti Sumowono, Bandungan terkadang juga disebut sebagai Bandung. Lantas, apakah penamaan wilayah ini terkait dengan nama Ibu Kota Jawa Barat, meski jarak antara Bandung dan Kabupaten Semarang terpisah sangat jauh?

Usut punya usut, Bandungan sama sekali nggak terkait dengan Bandung. Soalnya, nama Bandungan ternyata berasal dari kata “bendungan”, Millens.

Tunggu dulu, bukankah di Bandungan nggak ada bendungan apalagi sungai dengan ukuran yang cukup besar? Ternyata, bendungan yang dimaksud berbeda dengan bendungan sungai. Terkait dengan hal ini, kita bisa menilik cerita legenda Kiai Sanggem dan Nyai Sanggem yang disebut-sebut terkait dengan asal-usul Bandungan.

Makam Kiai Sanggem dan Nyai Sanggem bisa ditemui di belakang kantor Kecamatan Bandungan. (uinsalatiga)

Ceritanya begini. Kiai Sanggem dan Nyai Sanggem adalah sepasang suami istri yang sudah lama nggak dikaruniai keturunan. Mereka pun melakukan berbagai cara agar bisa mendapatkannya, termasuk bersemedi. Nah, setelah bersemedi, mereka mendapatkan petunjuk, yaitu harus mencari sebuah sumur di lereng Gunung Ungaran. Setelah mengonsumsi air dari sumur tersebut, keduanya akhirnya mendapatkan keturunan.

Beberapa lama kemudian, Kiai Sanggem dan Nyai Sanggem kembali mendapatkan petunjuk. Tapi, kali ini mereka diminta untuk menutup sumur tersebut. Jika nggak, desa yang ada di bawah lokasi sumur tersebut bisa mengalami bencana.

Nggak pengin hal tersebut terjadi, Kiai Sanggem menutup sumur tersebut dengan sebuah gong. Nah, aktivitas menutup sumur ini dikenal warga setempat dengan istilah “membendung”. Gong yang dipakai untuk menutup sumur tersebut kemudian dikenal sebagai bendungan dan akhirnya jadi inspirasi penamaan Desa Bandungan, deh.

Meski kisah ini masih simpang siur kebenarannya karena hanya menyebar luas dari mulut ke mulut warga Bandungan, yang pasti makam dari Kiai Sanggem dan Nyai Sanggem bisa kamu temui di belakang kantor Kecamatan Bandungan.

Cerita tentang asal-usul sebuah tempat memang selalu menarik untuk kita simak, termasuk asal-usul penamaan Bandungan yang populer sebagai tujuan wisata warga Kota Semarang ini, ya? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

KPU Jateng Fasilitasi Debat Cagub-Cawagub Tiga Kali di Semarang

4 Okt 2024

Masih Berdiri, Begini Keindahan Bekas Kantor Onderdistrict Rongkop Peninggalan Zaman Belanda

4 Okt 2024

Gen Z Cantumkan Tagar DESPERATE di LinkedIn, Ekspresikan Keputusasaan

4 Okt 2024

Sekarang, Video Call di WhatsApp Bisa Pakai Filter dan Latar Belakang!

4 Okt 2024

Mengapa Banyak Anak Muda Indonesia Terjerat Pinjol?

4 Okt 2024

Ini Waktu Terbaik untuk Memakai Parfum

4 Okt 2024

Wisata Alam di Pati, Hutan Pinus Gunungsari: Fasilitas dan Rencana Pengembangan

4 Okt 2024

KAI Daop 4 Semarang Pastikan Petugas Operasional Bebas Narkoba Lewat Tes Urine

4 Okt 2024

Indahnya Pemandangan Atas Awan Kabupaten Semarang di Goa Rong View

5 Okt 2024

Gelar HC Raffi Ahmad Terancam Nggak Diakui, Dirjen Dikti: Kampusnya Ilegal

5 Okt 2024

Kisah Pagar Perumahan di London yang Dulunya adalah Tandu Masa Perang Dunia

5 Okt 2024

Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa, Pengakuan atas Kontribusi Luar Biasa

5 Okt 2024

Ekonom Beberkan Tanda-Tanda Kondisi Ekonomi Indonesia Sedang Nggak Baik

5 Okt 2024

Tembakau Kambangan dan Tingwe Gambang Sutra di Kudus

5 Okt 2024

Peparnas XVII Solo Raya Dibuka Besok, Tiket Sudah Habis Diserbu dalam 24 Jam

5 Okt 2024

Pantura Masih Pancaroba, Akhir Oktober Hujan, Masyarakat Diminta Jaga Kesehatan

6 Okt 2024

Pasrah Melihat Masa Depan, Gen Z dan Milenial Lebih Memilih Doom Spending

6 Okt 2024

Menikmati Keseruan Susur Gua Pancur Pati

6 Okt 2024

Menilik Tempat Produksi Blangkon di Gunungkidul

6 Okt 2024

Hanya Menerima 10 Pengunjung Per Hari, Begini Uniknya Warung Tepi Kota Sleman

6 Okt 2024