BerandaTradisinesia
Senin, 24 Jan 2021 19:00

Kisah Cinta Mpu Sedah dan Prabarini di Balik Penerjemahan Mahabharata ke Dalam Bahasa Jawa

Ilustrasi: Salah satu koleksi lontar di Gedong Kirtya. Peristiwa penerjemahan Mahabarata ke dalam bahasa Jawa ternoda dengan darah yang tertumpah dari sang penerjemah. (Kintamani)

Mpu Sedah, orang yang ditugaskan menyadur Bhatarayudha harus mati di tangan sang pemberi tugas, Jayabaya. Sebab kematiannya adalah cinta lama yang bersemi kembali pada mantan kekasih yang telah menjadi milik Jayabaya. Ia bahkan ogah meminta ampun kepada Jayabaya hingga golok pancung menebas lehernya.

Inibaru.id – Mpu Sedah berasal dari Desa Adiluwih yang berada di selatan ibukota Kediri. Diceritakan, Mpu Sedah adalah pemuda cerdas luar biasa dan tampan meski ia berasal dari kasta sudra miskin. Sementara itu, hiduplah seorang gadis yang amat cantik di desa tetangga bernama Prabarini.

Seperti yang bisa ditebak, mereka saling jatuh cinta. Sayangnya, cerita cinta mereka nggak berakhir bahagia. Banyak orang yang sirik dengan hubungan mereka. Untuk memisahkan kedua sejoli ini, mereka mengadu kepada Jayabaya bahwa ada seorang gadis yang amat cantik di desa.

Yang namanya raja, tentu harus mendapat semua yang terbaik. Akhirnya, dibawalah Prabarini ke istana untuk menjadi istri Jayabaya. Mpu Sedah patah hati. Begitu juga Prabarini. Siang dan malam mereka berdoa kepada Wisnu agar dipertemukan kembali.

Doa mereka terjawab. Prabu Jayabaya sedang mencari ahli bahasa Sansekerta yang mampu menerjemahkan 6 Parwa Mahabharata ke dalam bahasa Jawa sebagai wujud kemenangannya atas Jambi dan Selat Semenanjung.

Ilustrasi wajah Jayabaya. (Jambi Update)

Dengan mempertaruhkan lehernya, Mpu Sedah mengikuti seleksi. Kecerdasan pemuda ini memang nggak ketulungan. Sri Baginda Jayabaya sendiri yang mengalungkan ronce melati pada Sedah yang diam-diam menyimpan rindu dan dendam.

Jayabaya sangat terkesan dengan kecerdasan Mpu Sedah. Tibalah suatu ketika Mpu Sedah berkeluh kesah mengenai bagian Salyaparwa yang menceritakan kecantikan Dewi Setyawati istri Salya. Ia merasa nggak mampu menjabarkan kecantikan Setyawati yang luar biasa. Ia lantas meminta model sungguhan sebagai solusinya.

Jayabaya mngizinkan Sedah untuk memilih perempuan mana pun yang menurutnya sesuai. Tentu saja ia memilih Prabarini. Setuju bahwa Prabarini yang paling cantik, Jayabaya mengizinkan Sedah bertemu dengan Prabarini. Nggak terbayang bahagianya hati Sedah. Penantian panjangnya akhirnya bakal tuntas.

Selama berbulan-bulan, ia dan Prabarini bertemu. Yang namanya masih cinta, kerinduan pun mereka lepaskan. Sialnya, ada seseorang yang melihat dan melaporkannya kepada Jayabaya.

“Mati!” begitu titah Jayabaya atas kekurangajaran Sedah yang baru 25 tahun.

Meskipun terbukti bersalah, Sedah enggan berlutut apalagi memohon ampun. Sambil tersenyum di depan algojo pancung, Sedah berdiri dan mengatakan bahwa hati Prabarini adalah miliknya. Yang dimiliki Jayabaya hanyalah tubuhnya. Sedah tewas tanpa penyesalan.

Selanjutnya, Mpu Panuluh yang sebelumnya nggak sanggup mengerjakan Barathayudha diperintahkan untuk mengerjakan bagian yang ditinggalkan Sedah. Jadi, bagian babak permulaan sampai tampilnya Prabu Salya ke medan perang merupakan karya Mpu Sedah, sementara sisanya adalah karya Mpu Panuluh. Pada 6 November 1157 karya ini selesai.

Oya, versi lain mengatakan bahwa kala itu yang dijadkan model oleh Sedah adalah putri Jayabaya. Namun, karena Sedah berbuat kurang ajar, Jayabaya mengambil nyawanya. Mana yang benar? Kita nggak pernah tahu karena sejarah selalu dibuat oleh orang yang menang.

Duh, tapi tragis ya, Millens? (Myd,Mon/IB21/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024