BerandaTradisinesia
Senin, 21 Apr 2024 08:00

Bada Kupat, 'Lebaran Kecil' Sepekan setelah Idulfitri

Ketupat yang akan dibawa kondangan bodo kupat di rumah kepala desa setempat. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Sepekan setelah Idulfitri, warga Pati biasa menggelar 'lebaran kecil' yang dikenal sebagai Bada Kupat.

Inibaru.id - Menjelang akhir Ramadan, pasar tradisional umumnya mulai menjual janur atau daun kelapa yang masih muda. Ini menjadi penanda bahwa lebaran segera tiba. Janur-janur diperjualbelikan untuk dijadikan sebagai selongsong ketupat, hidangan khas Idulfitri yang nggak mungkin terlupakan.

Namun, keriuhan menjual janur nggak hanya berlangsung menjelang lebaran. Sepekan setelah perayaan terbesar umat muslim itu, pasar juga acap menjajakan daun kelapa berwarna hijau kekuningan tersebut, yang diperuntukkan bagi mereka yang merayakan Lebaran Ketupat.

Di berbagai wilayah, perayaan yang digelar pada 8 Syawal ini mempunyai beragam nama, mulai dari Kupatan, Syawalan, Bakda Ketupat, hingga Bada Kupat. Nama terakhir biasanya dipakai masyarakat Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Perayaan ini digelar warga Pati sebagai bentuk syukur karena telah menjalankan puasa Syawal yang digelar selama enam hari, dimulai sehari setelah lebaran. Keberhasilan menjalankan ibadah sunah itu kemudian dirayakan kecil-kecilan, yang karenanya Bada Kupat juga acap disebut "lebaran kecil".

Ajaran Sunan Kalijaga

Lepet yang baru saja matang setelah direbus selama berjam-jam lamanya. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Nur Cahyo, salah seorang warga Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati, nggak tahu pasti ihwal mula keberadaan bada kupat ini. Namun, berdasarkan penuturan orang-orang terdahulu, tradisi ini diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, pemuka agama paling berpengaruh di Pati dan sekitarnya.

“Orang Jawa menyebut Idulfitri dengan 'bada' atau 'bakda'; maknanya adalah 'setelah', karena hari raya ini dilakukan setelah berpuasa Ramadan," tuturnya.

Sementara itu, perayaan sepekan setelah lebaran disebut bada kupat karena pada momen tersebut, kupat atau ketupat memang menjadi bintang utama dalam tradisi ini, yang bersanding dengan "saudara"-nya, yakni lepet.

“Saat bada kupat, kami masak ketupat sama lepet untuk dimakan sendiri dan dibagikan ke kerabat dekat," terangnya. "Pada momen tersebut, kami saling meminta maaf seperti saat Idulfitri," kata dia.

Kondangan dan Doa Bersama

Selain saling mengirim ketupat dan lepet, bada kupat juga dirayakan dengan tradisi kondangan atau selamatan. Kegiatan ini digelar bersama-sama di tempat ibadah seperti masjid atau musala; kadang juga di rumah kepala desa.

“Pagi hari pada 8 Syawal, kami gelar doa bersama dan kondangan ketupat lepet di rumah kepala desa. Tiap kepala keluarga membawa ketupat sama lepet lengkap dengan lauk seperti opor ayam dan satai, kemudian dimakan bersama setelah berdoa bersama," terang Nur.

Menurut lelaki 46 tersebut, bada kupat adalah simbol rasa syukur masyarakat setempat atas nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan sekaligus ucapan terima kasih karena telah diberi kesehatan, rezeki berlimpah, dan umur yang panjang.

“Ini menjadi bentuk syukur serta harapan agar kami berumur panjang sehingga tahun depan bisa dipertemukan lagi dengan Ramadan,” tandasnya.

Begitulah masyarakat Pati memaknai Bada Kupat, sebuah tradisi yang digelar sepekan setelah Idulfiri. Di tempatmu ada tradisi semacam ini juga nggak, Millens? (Rizki Arganingsih/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: