BerandaTradisinesia
Rabu, 21 Jun 2022 13:49

Kehidupan Petruk dan Falsafah Kantong Bolong

Petruk memiliki tubuh yang paling tinggi dari tokoh punakawan yang lain. (Instagram/Auriga Hendrawan)

Salah satu tokoh Punakawan yang dikenal punya cerita dan julukan unik adalah Petruk. Contohlah, dia punya julukan 'kantong bolong'. Istilah ini muncul gara-gara Petruk suka merasa kaya justru pada saat nggak punya apa-apa.

Inibaru.id – Dalam setiap pertunjukan wayang, baik wayang orang maupun wayang boneka, terdapat satu bagian yang diisi oleh para Punakawan. Punakawan merupakan tokoh pewayangan yang terdiri atas Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Kehadiran Punakawan tentu saja selalu menghibur para penonton. Sebab, selain karena punya bentuk fisik yang lucu, mereka juga sering menyampaikan guyonan penuh pesan moral yang sering disebut goro-goro.

Omong-omong tentang pesan moral, salah satu tokoh Punakawan yang bernama Petruk memiliki kisah hidup yang menarik. Dia juga punya falsafah Kantong Bolong yang patut dicontoh, lo, Millens. Hm, Seperti apa sih arti dari filosofi ini? Yuk simak!

Dalam cerita wayang, Petruk memiliki perawakan yang tinggi dan kurus, hidung yang panjang , mulut lebar dengan bibir tersenyum, bermata juling, dahi yang lebar, dan rambut berkuncir. Di leher Petruk terdapat kalung unik berbentuk mirip lonceng. O ya, Petruk juga memiliki senjata golok dan keris yang diselipkan pada pakaiannya.

Kehidupan Petruk

Petruk dengan bentuk tubuh yang nggak karuan. (Wikimedia Commons/Tropenmuseum)

Menurut kisah para dalang, dulu Petruk sebenarnya adalah seorang ksatria gagah dan sakti bernama Bambang Penyukilan. Nggak hanya itu, dia juga sosok yang kaya raya, gemar bergurau, baik dalam pengucapan dan tingkah laku, tapi suka berkelahi.

Bambang Penyukilan memiliki kegemaran berkelana untuk menguji kekuatan dan kesaktiannya. Kemudian pada suatu hari, di tengah perjalanan ia bertemu dengan Bambang Sukodadi. Keduanya punya kegemaran yang sama, yaitu pengin menguji kekebalannya.

Terjadilah perkelahian di antara keduanya. Baik Bambang Penyukilan atau Bambang Sukodadi saling adu kekuatan untuk waktu yang sangat lama. Mereka bertanding sampai-sampai tubuh keduanya cacat dan berubah dari wujud aslinya yang tampan menjadi nggak karuan. Perkelahian di antara keduanya baru berakhir usai dipisahkan oleh Semar.

Usai berubah dari wujud aslinya, kemudian keduanya berganti nama, Bambang Penyulian berganti nama menjadi Petruk sedangkan Bambang Sukodadi berganti nama menjadi Gareng.

Petruk meninggalkan semua kekayaannya dan memilih untuk memberikan kekayaannya kepada orang lain. (Tabung Wakaf)

Falsafah Kantong Bolong

Setelah perkelahian, Semar membantu menyembuhkan luka fisik dan pikiran Petruk. Setelahnya, Petruk banyak belajar dari Semar tentang kehidupan. Sejak saat itu, Petruk hanya mengabdi kepada kehidupan dan kebenaran.

Nggak berhenti disitu, Petruk juga meninggalkan semua kekayaannya. Semua yang dia miliki diberikan kepada orang lain hingga kantongnya menjadi kosong. Petruk justru merasa lebih kaya ketika tidak punya apa-apa. Karena itulah, dia memiliki julukan Petruk Kantong Bolong yang artinya adalah Petruk sudah merasa kaya dengan kantong bolong tanpa isinya. Hidup Petruk sudah dicurahkan untuk mengabdi kepada para raja dan Sang Pencipta.

Filosofi hidup Petruk memang patut diteladani, ya Millens. (Cer, Ask/IB32/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024