Inibaru.id – Dari sekian banyak jemana kecap yang bisa kamu temui di pasaran, kecap Mirama bisa jadi adalah salah satu yang paling legendaris. Bagaimana nggak, kecap ini sudah eksis sejak 1930-an silam. Selama itu pula, cita rasa khas kecap Mirama terus dipertahankan sehingga membuatnya selalu dicari mereka yang hobi memasak.
Pabrik kecap Mirama masih bisa kamu temui di Kota Semarang, tepatnya di Gang Gambiran Nomor 80, Kecamatan Semarang Tengah. Pengelolanya adalah Markus Djuli Purwanto, generasi ketiga pemilik pabrik tersebut.
Menurut ceritanya, kecap Mirama dulu dibuat oleh neneknya, Tan Tiong Kwie. Tapi, kecap tersebut awalnya nggak dijual, melainkan untuk digunakan di dapur sendiri. Alasannya, pada zaman dahulu bahan baku pembuatan kecap nggak melimpah sebagaimana pada masa sekarang dan sulit untuk dicari.
“Baru mulai dijual pada dekade 1940-an 1950-an. Ayah saya yang menitipkan kecap ini ke toko-toko dekat Gang Baru,” jelas Markus sebagaimana dilansir dari Ayosemarang, Sabtu (23/1/2023).
Sang ayah, Jan Liang Siem pula yang kemudian memberi jenama Mirama. Terkait dengan penamaan ini, Markus mengaku nggak tahu alasannya. Yang pasti, label jenamanya sengaja diberi motif batik khas Nusantara.
Soal rasa, Markus mengaku masih memakai bahan, bumbu, hingga proses pembuatan kecap yang sama sebagaimana yang digunakan neneknya dulu. Hal ini membuat cita rasanya tetap terjaga hingga sekarang.
“Bumbunya nggak jauh beda dengan pembuatan kecap-kecap pada umumnya. Ada kedelai hitam pilihan, rempah-rempah seperti gula jawa, laos, hingga sereh. Yang pasti, nggak ada itu bahan pengawet, pengental, atau pewarna makanan kimia,” tegasnya.
Rasa kecap Mirama cenderung manis dengan sedikit sentuhan asin. Hal ini membuatnya sering dicari oleh para pedagang makanan seperti penjual soto, nasi goreng babat, hingga bakmi jawa. Yang mencari nggak hanya dari Semarang dan sekitarnya, melainkan dari wilayah yang cukup jauh seperti Magelang, Solo, Pekalongan, Tegal, Pati, sampai Kudus.
Bahkan, ada sejumlah penjual makanan di Jakarta yang aslinya dari Semarang sengaja ‘mengimpor’ kecap ini dari Kota Atlas demi memastikan makanan yang mereka jual punya cita rasa yang khas.
“Karena rasanya yang nggak begitu manis, di Yogyakarta Mirama nggak begitu laris. Cocoknya untuk masyarakat kawasan pesisir utara Jawa,” lanjut Markus.
Yang pasti, Markus dan keluarganya nggak khawatir kecap yang selama ini mereka produksi nantinya nggak laku di pasaran. Soalnya, berkat kegigihan mereka mempertahankan cita rasa selama puluhan tahun, nyatanya pelanggan tetap berdatangan.
Apakah salah satu pelanggan tersebut adalah kamu atau keluarga kamu, Millens? (Arie Widodo/E05)