BerandaTradisinesia
Sabtu, 30 Jun 2023 08:04

Keberhasilan Program KB Membuat Nama Ketut di Bali Terancam Punah

Ilustrasi: Nama Ketut di Bali terancam punah karena kini semakin jarang keluarga Bali punya anak keempat. (Ubudian)

Keberhasilan program KB ternyata dikeluhkan Gubernur Bali Wayan Koster. Dia menyebut nama Ketut di sana semakin punah. Koster juga khawatir tradisi penamaan Bali ikut terpengaruh jika hal ini terus dibiarkan.

Inibaru.id – Belakangan ini Gubernur Bali Wayan Koster mengungkap sebuah fakta mengejutkan. Dia menyebut nama Ketut di Bali terancam punah gara-gara keberhasilan program Keluarga Berencana.

FYI aja nih, program Keluarga Berencana dicanangkan pemerintah pada masa Orde Baru, tepatnya pada akhir dekade 70-an. Kala itu, laju pertambahan penduduk di Indonesia memang berlangsung sangat cepat sehingga pemerintah merasa perlu menahannya. Dengan program ini, keluarga baru di Indonesia disarankan untuk memiliki anak dua saja.

Program ini bisa dikatakan cukup berhasil karena semakin jarang kita menemukan keluarga dengan anak lebih dari dua sebagaimana pada zaman dahulu. Bahkan, menurut data yang dikeluarkan Katadata pada (30/1/2023), angka kelahiran Indonesia cenderung menurun sebanyak 30 persen dalam tiga dekade belakangan.

Per 1990, fertility rate Indonesia masih di angka 3,10 alias setiap keluarga rata-rata memiliki tiga orang anak. Nah pada 2022, fertility rate ini sudah turun jauh di angka 2,15. Artinya, kini rata-rata keluarga di Indonesia hanya memiliki dua orang anak.

Bisa dikatakan, program ini berhasil menahan laju pertambahan penduduk agar nggak terlalu kencang. Tapi, program ini ternyata memberikan dampak buruk yang nggak disangka, yaitu punahnya nama Ketut di Bali.

FYI, masyarakat Bali masih memegang teguh tradisi penamaan sampai sekarang, Millens. Mereka benar-benar memperhatikan sejumlah aturan dalam menamai buah hatinya. Sebagai contoh, ada yang memperhatikan kastanya, ada pula yang memperhatikan urutan kelahiran. Nah, khusus untuk aturan urutan kelahiran, berikut adalah penjelasannya:

Penjelasan urutan nama di Bali. (Benny & Mice)
  1. Anak pertama biasa diberi nama Wayan, Putu, atau Gede. Khusus untuk Wayan, asalnya dari kata wayahan yang bisa diartikan sebagai ‘lebih tua’.
  2. Anak kedua biasanya diberi nama Made yang berasal dari kata madya yang artinya adalah ‘tengah’. Selain Made, banyak anak kedua yang diberi nama Kade atau Kadek.
  3. Anak ketiga biasanya diberi nama Nyoman atau Komang.
  4. Anak keempat biasanya diberi nama Ketut yang berasal dari kata ketuwut yang berarti 'membuntuti'.

Sayangnya, karena keberhasilan program KB, sangat jarang kini menemui keluarga Bali memiliki anak keempat. Terkini, nama Ketut di Bali hanya dipakai 37.389 orang atau hanya sebanyak 6 persen dari total populasi Bali.

“Kalau tidak diupayakan adanya perubahan, saya khawatir nama Ketut terancam punah. Oleh karena itu, saya ingin program KB dua anak cukup nggak diberlakukan di Bali,” ungkap Gubernur Bali Wayan Koster saat mengikuti Raperda di Kantor DPRD Bali, Rabu (28/6/2023).

Koster juga mengaku sudah berkomunikasi dengan Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terkait dengan keinginannya. Alasannya jelas, dia nggak pengin keberadaan nama Ketut atau tradisi penamaan Bali sampai terpengaruh.

Kasus ini cukup unik ya, Millens. Kalau menurutmu, sebaiknya program KB tetap diberlakukan atau boleh dihilangkan di Bali demi menjaga tradisi penamaan yang ada di sana? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024