Inibaru.id - Pernah kebayang nggak, mandi bareng ribuan orang di tepi pantai, lengkap dengan doa-doa dan simbol budaya Melayu yang kental? Di Desa Air Hitam Laut, Provinsi Jambi, aktivitas seru ini jadi tradisi tahunan yang dinanti-nanti bernama Mandi Safar!
Kali terakhir tradisi ini digelar adalah pada Rabu (20/8/2025) alias Rabu terakhir bulan Safar pada kalender Hijriah tahun ini.
Tapi, jangan buru-buru mengira ini cuma ajang seru-seruan, ya. Mandi Safar punya makna yang dalam dan merupakan warisan budaya yang telah dilakukan secara turun-temurun sejak zaman Kesultanan Abdulrahman Muazamsyah (1883–1911).
Asal-Usul dan Waktu Pelaksanaan
Mengapa digelar setiap Rabu terakhir bulan Safar dalam kalender Hijriah? Masyarakat percaya, pada hari itu akan turun 120 ribu bala atau musibah ke bumi. Untuk menangkalnya, dilakukanlah mandi bersama menggunakan air yang telah didoakan. Nggak heran, banyak yang menganggap kegiatan ini sebagai bentuk penyucian diri dan ikhtiar menolak bala.
Kalau kamu datang ke Desa Air Hitam Laut saat Mandi Safar digelar, siap-siap disambut ribuan warga yang tumpah ruah di pantai. Bukan cuma dari Jambi, tapi juga dari berbagai daerah lain yang penasaran sama tradisi unik ini.
Yang bikin tradisi ini makin menarik, ada banyak elemen simbolis yang menyertainya. Malam sebelum acara, para santri akan menulis lafaz Allah di atas daun-daun dengan jumlah ganjil, bisa sampai lebih dari seribu. Daun itu kemudian diselipkan di ikat kepala putih untuk laki-laki atau dikenakan di lengan kanan untuk perempuan.
Kain putih ini nggak sekadar aksesoris. Warna putih melambangkan pikiran yang bersih dan hati yang suci, sejalan dengan tujuan Mandi Safar itu sendiri, yaitu membersihkan diri dari energi negatif.
Menara dan Makna Filosofis
Satu hal yang nggak kalah ikonik adalah dihadirkannya menara adat yang diarak ke laut. Bentuknya persegi, melambangkan empat elemen utama: air, tanah, udara, dan api. Menaranya juga bertingkat tiga yang melambangkan iman, ihsan, dan Islam. Simbolis banget, ya?
Setelah menara diarak sampai ke tepi pantai, warga mulai siram-siraman air laut. Pokoknya, nggak boleh ada yang kering. Kalau ada yang masih bersih, siap-siap aja dicemplungin rame-rame. Jadi kalau kamu datang ke sini, lebih baik siap basah daripada malu-malu!
Tradisi ini udah diakui secara resmi loh, Gez! Sejak 2022, Mandi Safar Air Hitam Laut ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Provinsi Jambi. Selain nilai budayanya yang kuat, tradisi ini juga jadi daya tarik wisata tahunan. Pemerintah daerah pun aktif mendukung pelestariannya.
Meskipun mengandung unsur keislaman lewat doa-doa dan waktu pelaksanaannya, Mandi Safar bukan bagian dari syariat Islam. Ini murni tradisi masyarakat Melayu yang sarat kearifan lokal.
Jadi, kalau kamu lagi mencari pengalaman budaya yang unik, spiritual, sekaligus meriah, coba deh mampir ke Desa Air Hitam Laut waktu Mandi Safar berlangsung. Siapa tahu kamu bisa pulang dengan hati lebih bersih dan baju yang basah kuyup! (Arie Widodo/E07)
