BerandaTradisinesia
Selasa, 19 Agu 2025 18:56

Rebo Wekasan, Tirakatan Warisan Jawa untuk Tolak Bala

Rebo Wekasan, Tirakatan Warisan Jawa untuk Tolak Bala

Kitab Air Wening dari Sungai Sileng diiringi gunungan palawija dalam tradisi peringatan Rabu Wekasan di Wanurejo, Borobudur. (Berita Magelang)

Rebo Wekasan bukan sekadar tradisi Jawa yang sarat ritual, melainkan juga simbol doa, ikhtiar, dan silaturahmi yang sudah diwariskan turun-temurun sejak masa Wali Songo. Tahun ini Rebo Wekasan jatuh pada 20 Agustus.

Inibaru.id – Pernah dengar istilah Rebo Wekasan? Bagi sebagian masyarakat Jawa, khususnya yang masih memegang tradisi Islam-Jawa, hari ini punya makna mendalam. Ia bukan sekadar penanda waktu di kalender Hijriah, melainkan momentum untuk memanjatkan doa, memperkuat iman, sekaligus mempererat persaudaraan.

Rebo Wekasan atau Pangkalan berasal dari kata Rebo yang berarti hari Rabu, dan Wekasan atau Pungkasan yang berarti terakhir. Namun, istilah ini merujuk pada Rabu terakhir di bulan Safar (bulan kedua penanggalan Hijriah).

Asal-usul tradisi ini bisa ditelusuri jauh ke abad ke-17, masa ketika ajaran Islam disebarkan oleh para Wali Songo. Keyakinan yang berkembang kala itu, bulan Safar dianggap sarat musibah. Bahkan, sejumlah ulama meyakini ada lebih dari 500 jenis penyakit yang “turun” ke bumi pada bulan tersebut.

Sebagai bentuk ikhtiar, masyarakat lantas menggelar tirakatan di Rabu terakhir bulan Safar. Doa, dzikir, tahlil, hingga pembacaan ayat suci Al-Qur’an dipanjatkan, dengan harapan Allah SWT memberikan perlindungan dari segala mara bahaya.

Meski berakar dari keyakinan lama, esensi Rebo Wekasan jelas bukan sekadar soal takut sial. Lebih dari itu, ia adalah wujud tawakal yaitu bagaimana manusia menyerahkan diri pada Sang Pencipta, sambil tetap berusaha menjaga kesehatan dan keselamatan.

Di Bantul, masyarakat menggelar tradisi Rebo Wekasan atau Rebo Pangkalan dengan kirab lemper raksasa. (Suara) 
Di Bantul, masyarakat menggelar tradisi Rebo Wekasan atau Rebo Pangkalan dengan kirab lemper raksasa. (Suara)

Uniknya, pelaksanaan tradisi ini berbeda-beda di setiap daerah. Ada yang menggelar doa bersama di masjid, ada pula yang mengadakan kenduri atau selamatan. Namun yang khas, hidangan sederhana dibagikan dan menjadi simbol syukur sekaligus perekat silaturahmi antarwarga.

Tradisi yang telah berlangsung ratusan tahun ini membuktikan, ajaran Islam bisa berpadu harmonis dengan kearifan lokal. Ia bukan hanya ritual keagamaan, melainkan juga cermin identitas budaya yang terus hidup hingga kini.

Rebo Wekasan pun menjadi pengingat: bahwa manusia selalu punya ruang untuk berdoa, berharap, dan bersyukur. Karena pada akhirnya, keselamatan nggak hanya dijaga dengan ikhtiar lahiriah, tetapi juga dengan doa yang nggak pernah putus.

Nah, bagaimana dengan tradisi ini di daerahmu, Gez? Apakah tradisi Rebo Wekasan masih dijalankan? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved