BerandaTradisinesia
Senin, 3 Mei 2020 10:25

Di Tengah Pandemi, Pilih Laundry atau Cuci Sendiri?

Beberapa orang masih memilih untuk laundry daripada cuci sendiri. (Inibaru.id/Rafida Azzundhani)

Banyak orang yang khawatir virus corona bisa menempel di baju. Apalagi di pakaian yang dicuci secara bersamaan seperti di laundry. Lantas, apakah hal ini membuat peminat jasa laundry berkurang selama pandemi corona ini?

Inibaru.id – Pandemi corona ternyata juga berpengaruh besar bagi bisnis laundry. Hal ini disebabkan oleh banyak orang yang berpikir jika pakaian termasuk daftar media yang bisa ditempeli oleh virus corona. Apalagi, pakaian di laundry dicuci secara bersamaan. Ditambah dengan nggak adanya jaminan tempat laundry langganan melakukan upaya pencegahan virus, rasa khawatir pun semakin bertambah.

Akan tetapi, ada orang yang berpendapat bahwa virus corona bisa mati di suhu tertentu. Padahal, ada beberapa laundry yang menggunakan panas ekstra saat mengeringkan pakaian. Lantas, apakah hal ini berarti jasa laundry masih aman untuk digunakan?

Alih-alih memutuskan untuk berhenti memakai jasa laundry, beberapa orang justru merasa pakaian mereka akan lebih bersih jika dicuci di jasa tersebut.

Jasa <i>Laundry</i> masih diminati selama pandemi corona (Inibaru.id/Rafida Azzundhani)

Hal inilah yang diyakini oleh Widiyati. Karyawati perusahaan swasta asal Pekalongan ini bercerita jika dia lebih memilih untuk mengunakan jasa laundry. Dia nggak merasa khawatir atau takut berlebih pada virus corona. Dia yakin jika virus ini nggak akan bertahan pada benda mati dalam jangka waktu yang lama.

Wanita yang akrab dipanggil Widi ini berkeyakinan jika ada virus yang menempel pada pakaian, akan mati ketika disetrika. Bahkan, setelah virus corona memasuki Indonesia, dia tetap memilih untuk memakai jasa laundry karena membuat pakaiannya lebih bersih daripada dicuci sendiri.

“Sebelum corona, aku nggak begitu sering laundry, tapi semenjak corona jadi rutin nge-laundry. Aku lebih milih laundry buat situasi sekarag.” Ungkap Widi.

Meski begitu, Widi juga tetap melakukan pencegahan. Setelah diambil dari tempat laundry, pakaiannya akan didiamkan kurang lebih selama tiga hari agar virus yang menempel akan mati.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Faiz Rizal Fawwazi. Lelaki yang berasal dari Lampung ini sudah berlangganan laundry selama bertahun-tahun. Adanya corona nggak lantas membuat dia berhenti untuk menggunakan jasa laundry. Dengan alasan kepraktisan, ia lebih memilihnya daripada mencuci sendiri.

Virus corona bisa menempel selama berjam-jam pada benda dengan berbagai jenis material termasuk baju. (Inibaru.id/Rafida Azzundhani)

Hanya, Faiz juga mengaku menyimpan rasa khawatir.

“Pasti ada risau tersendiri dimana kita nggak tahu ibu pemilik laundry-nya apakah steril atau nggak dari corona,” ujar Faiz.

Nggak ingin pasrah, Faiz berinisiatif untuk menghubungi pemilik laundry agar mau menambah suhu setrika yang dipakai. Hal ini diyakini bisa membunuh virus.

Faiz juga melakukan berbagai upaya pencegahan lainnya. Selain mendiamkan bajunya setelah diambil dari laundry, dia juga berusaha mencari tempat laundry di dalam gang-gang. Lokasi tempat laundry ini nggak banyak diketahui orang.

“Dengan harapan, sedikit kemungkinan laundry-an tersebut terpapar virus corona, karena jarang orang yang tahu tempat itu.“ kata Faiz.

Berbeda dengan Faiz dan Widi, Tiwi justru kini nggak lagi memakai jasa laundry dan mencuci sendiri pakaiannya. Baginya, cara ini lebih baik untuk memantau kebersihan pakaian.

“Ya, karena kan seharian itu aktivitas di luar kan ya, ketemu banyak orang gitu. Kena banyak debu dan bakteri kan pastinya. Mana lagi musim covid-19. Jadi biar lebih bersih aja sih.” Tiwi mengungkapkan alasannya mencuci baju sendiri.

Dia juga berusaha untuk nggak menimbun pakaian kotornya berhari-hari. Setelah pulang kerja, pemilik nama lengkap Galih Pertiwi Akbar ini, langsung mencuci pakaian kotor yang sebelumnya dia pakai. Baginya, hal ini bisa membantu mencegah virus corona.

Kalau kamu, masih jadi pengguna laundry atau memilih mencuci baju sendiri nih, Millens? (Rafida Azzundhani/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024