BerandaTradisinesia
Jumat, 18 Feb 2021 07:30

Dari Tiada ke Tiada, 11 Tahapan Hidup Manusia Dalam Tembang Macapat

Tembang Macapat memiliki unsur filosofis yang mendalam yaitu mengenai keberadaan manusia. (Wikimedia)

Macapat merupakan puisi Jawa yang ditembangkan. Berjumlah sebelas, tembang ini berisi perjalanan keramat manusia dari wujud ruh hingga kembali menjadi ruh.

Inibaru.id - Dalam budaya Jawa dikenal 11 Tembang Macapat, yaitu Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmaradana, Gambuh, Dhandanggula, Durma, Pangkur, Megatruh, dan Pucung. Meskipun berbentuk puisi, Macapat memiliki pakem harus ditembangkan.

Prabu Dewawasesa atau Prabu Banjaran Saru Sigaluh disebut-sebut sebagai pencipta tembang ini pada 1279. Namun, ada pula yang mengatakan kalau nggak cuma satu orang yang menciptakannya. Para wali dan sultan dipercaya juga sebagai penciptanya.

Mengingat tembang ini juga digunakan sebagai sarana dakwah, sepertinya masuk akal juga ya, Millens?

Macapat merupakan produk budaya yang sarat makna. Kamu tahu nggak kalau 11 tembang ini menggambarkan perjalanan keramat manusia dari berwujud ruh hingga kembali menjadi ruh? Yuk, mengingat kembali pelajaran di bangku SMP ini!

1. Maskumambang

Tembang Maskumambang menceritakan manusia ketika masih berada di alam ruh, kemudian ditanamkan dalam rahim seorang ibu. Tembang yang dimaknai “emas terapung” ini memiliki karakter kesedihan dan nelangsa.

2. Mijil

Tembang Mijil berasal dari kata wijil yang artinya keluar. Yap, tembang ini melambangkan bentuk sebuah biji atau benih yang terlahir ke dunia. Pada masa ini, manusia masih membutuhkan perlindungan.

3. Sinom

Bayi yang keluar tadi telah menjelma menjadi pemuda. Tembang Sinom memiliki arti pucuk yang baru tumbuh atau bersemi. Sinom berasal dari kata “enom” atau muda. Tembang ini berisi kesabaran dan keramahtamahan.

4. Kinanthi

Tembang Kinanti berasal dari kata “kanti” yang artinya menggandeng atau menuntun. Kehidupan seorang anak yang masih muda tadi belum bisa dilepaskan orang tuanya. Ia masih memerlukan tuntunan.

5. Asmarandana

Asmarandhana berkisah tentang manusia yang memasuki fase berpasangan. (Inibaru.id/ Triwanda Tirta Aditya)

Tembang Asmarandana berisi tentang perjalanan hidup manusia yang memasuki masa memadu cinta kasih bersama pasangan hidup. Gambaran dari tembang ini adalah cinta kasih, asmara, sekaligus juga rasa pilu dan sedih karena rasa cinta.

6. Gambuh

Tembang Gambuh menceritakan manusia saat menemukan pasangan hidup yang cocok, keramah-tamahan, dan persahabatan. Dalam tembang ini juga disinggung mengenai sikap bijaksana, nasihat hidup, persaudaraan, toleransi, dan kebersamaan.

7. Dhandhanggula

Dhandhanggula berasal dari kata dhang-dhang yang berarti berharap. Pada tahapan ini manusia mencapai kemapanan secara sosial, cukup sandang, pangan, dan papan.

8. Durma

Durma berasal dari kata darma. Pola metrum ini menggambarkan bahwa seseorang sedianya harus melakukan sedekah dan berbagi kepada sesama. Sayangnya, manusia lebih banyak sombong, angkuh dan serakah. Durma juga mengandung unsur keberanian dalam perang.

9. Pangkur

Tembang Pangkur berasal dari kata mungkur. Tembang ini menggambarkan kehidupan yang sudah nggak lagi dikuasai hawa nafsu dan angkara murka.

10. Megatruh

Berasal dari kata megat dan roh, tembang Megatruh berarti terlepasnya roh. Perjalanan hidup manusia telah usai. Tembang ini bercerita tentang kesedihan dan kedukaan.

11. Pucung

Tembang Pucung menceritakan kondisi manusia yang sudah meninggal. Namun, ada pula yang mengatakan, pucung berasal dari kudhuping gegodhongan atau kuncup dedaunan yang masih segar. Tembang ini menceritakan hal-hal lucu dan tebak-tebakan.

Hm, gimana menurutmu, Millens? Makna filosofis Tembang Macapat memang nggak kaleng-kaleng kan? (GNFI,Tum,Lip/IB21/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: