BerandaTradisinesia
Minggu, 28 Apr 2018 07:26

Cepetan Alas Kebumen, Tarian Khas dan Historis yang Semakin Jarang Dimainkan

Penari cepetan alas (Youtube.com)

Tari cepetan alas menceritakan pertarungan manusia dengan makhluk halus. Ada adegan-adegan ekstrem. Namun sayang, tarian ini sudah semakin jarang dimainkan.

Inibaru.id – Tari Cepetan Alas merupakan salah satu tarian tradisional di Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Tarian ini sangat unik karena menampilkan sendratari dengan seluruh pemainnya menggunakan topeng berbagai karakter. Selain itu, tarian ini juga dibumbui oleh adegan kesurupan dan atraksi-atraksi yang ekstrem. Wah, kenapa bisa sampai kesurupan, ya?

Melansir laman kebumen2013.com (14/06/2012), Cepetan Alas berasal dari kata cepet dan alas. Pengucapan huruf “e” pada kata “cepet” sama seperti mengucapkan kata “bebek”, ya. Jadi, kata cepet yang diucapkan demikian dalam bahasa Jawa berarti salah satu jenis makhluk halus di Jawa. Adapun “alas” yang juga berasal dari bahasa Jawa memiliki arti “hutan”.

Baca juga:
Atraksi Kera Putih dalam Sajian Kethek Ogleng
Ambeng Sewu dan Rasa Syukur Orang Kebumen

Nah, tari Cepetan Alas ini menceritakan peristiwa pembukaan lahan permukiman di Karanggayam. Pada 1943 ketika Jepang berkuasa di Indonesia, warga Karanggayam mengalami penderitaan baik sandang, pangan, dan papan yang luar biasa. Musibah berupa penyakit yang mematikan pun melanda warga di situ. Di samping itu, sektor pertanian sama sekali nggak bisa diandalkan.

Akhirnya sesepuh daerah tersebut memerintahkan untuk bersama-sama membuka hutan untuk lahan permukiman dan pertanian baru. Hutan itu bernama Curug Bandung yang dikenal sangat angker. Bebagai macam makhluk halus (cepet, brekasakan, banaspati, raksasa, dll) mereka hadapi dan pada akhirnya gangguan dari makhluk halus itu dapat diatasi.

Untuk mengusir penjajah agar nggak mengganggu wilayah Karanggayam yang baru, akhirnya mereka berinisiatif untuk menyamar menjadi cepet alas dengan menggunakan topeng. Usaha itu dilakukan untuk menakut-nakuti Jepang.

Dari cerita tersebut, terciptalah tari Cepetan Alas. Pantas saja ya ada adegan kesurupan, karena tarian ini menggambarkan tentang pertarungan antara makhluk halus dengan manusia pada saat pembukaan lahan pemukiman.

Penari cepetan alas ini ada 11-17 orang laki-laki yang memakai topeng dengan 3 karakter. Karakter pertama yaitu manusia (baik), karakter kedua yaitu hewan-hewan (monyet, harimau, dan gajah), karakter ketiga berupa makhluk halus (cepet, bekasakan, banaspati, raksasa, dll).

Baca juga:
Tiga Tari Tradisional Cilacap Bikin Hatimu Kebat-kebit
Jawa dan Sunda Berpadu dalam Tari Jalungmas

Iringan tariannya menggunakan gamelan sederhana dan beduk. Pada saat adegan perang para penari mengalami kesurupan. Adegan inilah yang paling ditunggu oleh para penonton. Pada adegan ini penari melakukan atraksi-atraksi ekstrem seperti berjungkir balik, memakan bunga, menggigit kelapa dan atraksi lain yang membuat kita berkerenyit melihatnya.

Oya, tarian ini sudah sangat jarang dipentaskan. Biasanya tarian ini dipertunjukkan hanya pada acara-acara tertentu saja seperti peringatan Hari Kemerdekaan RI dan hari penting lainnya.

Melestarikan kesenian tradisional memang bukan hal yang mudah ya, Millens. Butuh kesadaran dan kemauan yang besar untuk melakukannya. Semoga kita termasuk generasi muda yang nggak melupakan budaya kita. (IB13/E02)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: