BerandaTradisinesia
Sabtu, 13 Jan 2023 09:00

Bukan dari Kisah Roro Jonggrang, Ini Sejarah Candi Prambanan yang Sebenarnya

Candi Prambanan selalu lekat dengan kisah Roro Jonggrang. (Medcom/Antarafoto/Hendra Nurdiyansyah)

Kisah Roro Jonggrang dan pembangunan seribu candi dalam semalam selalu dianggap sebagai sejarah pembangunan Candi Prambanan. Padahal, candi ini sebenarnya dibangun selama puluhan tahun, lo.

Inibaru.id – Siapa sih yang nggak tahu cerita legenda Candi Prambanan? Yap, kisah Roro Jonggrang dan pembangunan seribu candi dalam semalam selalu lekat dengan candi tersebut. Padahal, bukan begitu sejarah Candi Prambanan yang sebenarnya.

Mengingat bangunannya cukup megah dan teknologi pembangunan pada zaman dahulu belum semaju zaman sekarang, tentu hampir tidak mungkin Candi Prambanan hanya dibangun dalam waktu semalam. Lantas, bagaimana bisa sih cerita legenda tersebut muncul?

Kalau menurut akun Twitter @neohistoria_id, kisah Roro Jonggrang ini mulai populer karena tercantum dalam Serat Pustakaraja.

Sumber dari kisah tersebut (Roro Jonggrang) adalah Serat Pustakaraja yang dikarang oleh Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1873), pujangga ternama dari Kasunanan Surakarta,” tulis akun tersebut pada Kamis (11/1/2023).

Menilik Wikipedia, isi dari serat ini adalah modifikasi dari cerita Ramayana dan Mahabarata yang aslinya dari India. Mengapa modifikasi? Karena memang disesuaikan dengan sejarah, budaya, dan kepercayaan masyarakat Jawa.

Selain itu, serat-serat ini juga berisi tentang sejumlah dongeng atau cerita rakyat yang menjelaskan tentang pembangunan sejumlah situs penting di Jawa seperti Situs Ratu Baka, Candi Sewu, dan Candi Prambanan. Karena dongeng atau cerita rakyat, wajar saja jika ada kesan pembangunan-pembangunan candi tersebut seperti dipenuhi dengan keajaiban dan hal-hal yang nggak masuk akal.

Proses Pembangunan Candi Prambanan yang Sebenarnya

Arca Roro Jonggrang di Candi Prambanan. (Sindonews)

Jika di cerita legenda Roro Jonggrang Candi Prambanan dibangun dalam semalam, nyatanya proses pembangunan ini berlangsung puluhan tahun, lo, Millens.

Ceritanya begini, raja keenam dari Kerajaan Mataram Kuno, Rakai Pikatan, berkuasa selama 16 tahun sejak 840 Masehi. Saat naik tahta, Dinasti Sanjaya yang menganut Hindu dan Dinasti Syailendra yang menganut Buddha mau hidup berdampingan setelah sebelumnya bersaing.

Berdasarkan Prasasti Siwagrha yang mencantumkan angka 856 Masehi, diperkirakan candi ini dibangun pada 850 M. Bangunan ini dibuat sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa, salah satu dewa utama dalam kepercayaan Hindu.

Sayangnya, Rakai Pikatan nggak mampu melihat Candi Prambanan selesai dibangun hingga turun tahta. Candi ini baru benar-benar selesai setelah disempurnakan oleh Raja Lokalapa dan Sri Maharaja Dyah Balitung Maha Sambu yang memerintah Kerajaan Medang dari 898 sampai 910 M.

Pada 930, pusat kerajaan Medang dipindahkan Raja Mpu Sindok dari Mataram ke Watugaluh, Jawa Timur. Ada dua dugaan tentang alasan pemindahan Ibu Kota ini, yaitu letusan besar Gunung Merapi dan invasi dari Kerajaan Sriwijaya. Yang pasti, hal ini membuat Candi Prambanan kemudian terbengkalai.

Gempa besar pada abad ke-16 kemudian membuat bangunan candi runtuh. Warga di sekitar candi pun kemudian membiarkannya begitu saja sebelum kemudian seorang sejarawan Belanda, CA Lons, menemukan candi ini pada 1733. Lambat laun, candi tersebut kemudian dibersihkan hingga akhirnya dipugar pada 1902 dan memiliki bentuk seperti yang bisa kita lihat sekarang.

Hm, ternyata Candi Prambanan nggak dibangun dalam semalam, ya, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024