Inibaru.id - Pada Kamis (25/9/2025) siang, suasana di Desa Demakijo, Kecamatan Karangnongko, Klaten, Jawa Tengah, tampak berbeda dari biasanya. Terik matahari tak menyurutkan semangat warga untuk berkumpul di sekitar Sumber Cueran, mata air alami yang menjadi kebanggaan desa. Mereka datang membawa jaring, ember, keranjang, bahkan sarung untuk satu tujuan; berburu ikan dalam tradisi Buka Teteg.
Tradisi ini bukanlah acara biasa. Digelar setiap tahun sebagai bagian dari Gelar Budaya Desa Demakijo, Buka Teteg bukan hanya ajang menangkap ikan, melainkan juga perwujudan gotong royong, pelestarian lingkungan, sekaligus edukasi agar warga semakin gemar makan ikan.
Sumber Cueran adalah kolam dengan luas sekitar 3.000 meter persegi yang airnya dialirkan ke sawah-sawah warga. Khusus untuk acara ini, pintu air dibuka sehingga bikin volume air menyusut drastis. Saat itulah, warga langsung menceburkan diri. Mulai dari anak-anak sampai orang tua, semuanya nyemplung ke air yang mulai keruh bercampur lumpur dan tanaman liar.
Yang unik, meski tujuannya adalah berburu ikan, warga dilarang membawa jaring besar. Tujuannya agar semua warga punya kesempatan yang sama dalam berburu ikan. Asal kamu tahu saja, sebelumnya pihak desa menebar sekitar 2 kuintal ikan, mulai dari lele, nila, hingga ikan endemik sumber, yaitu ikan kutuk ke kolam tersebut. Ikan-ikan itulah yang jadi buruan warga, Gez.
Seru, Lucu, dan Penuh Tawa
Tawa riuh terdengar setiap kali seseorang menarik jaring yang hanya berisi lumpur atau tanaman air, bukannya ikan. Tapi begitu ada yang berhasil mendapatkan ikan, sorak-sorai langsung membahana. Ikan yang tertangkap langsung dilempar ke darat atau masuk ke wadah seadanya seperti ember, sarung, atau bahkan jaket bekas seperti yang dibawa salah satu peserta, Arba.
"Rencananya hasil tangkapan ini mau dimasak oseng-oseng," ungkap remaja tersebut sembari tertawa sebagaimana dilansir dari Espos, Kamis (25/9/2025).
Ada juga Suparmo, 60 tahun, yang mengaku baru pertama kali ikut tradisi ini. Ia hanya bermodal jaring kecil, tapi berhasil memperoleh 10 ikan. “Susah-susah gampang,” katanya.
Lebih dari Sekadar Mencari Ikan
Kepala Desa Demakijo, Ery Karyatno, menjelaskan bahwa tradisi ini juga berfungsi sebagai pembersihan alami sumber air. Pasalnya, lumpur dan tanaman liar ikut keluar saat pintu air dibuka. Setelah acara selesai, pintu air akan ditutup dan air kembali memenuhi kolam yang mampu mengairi sekitar 70 hektare sawah di desa tersebut.
Yang unik, selain untuk keperluan tradisi, menjaga kebersamaan warga, dan membersihkan kolam, Teteg Desa Demakijo juga digelar sebagai edukasi agar warga gemar makan ikan yang kaya akan protein.
"Yang ikut juga boleh siapa saja dari Demakijo dan sekitarnya. Nggak ada syarat apa pun untuk ikut tradisi ini, asalkan nggak membawa jaring besar saja," ungkap Eri.
Di tengah derasnya arus modernisasi, Buka Teteg hadir sebagai pengingat bahwa kearifan lokal dan kebersamaan tak pernah kehilangan makna. Tradisi ini bukan cuma soal mencari ikan, tapi juga tentang rasa memiliki, cinta lingkungan, dan serunya tertawa bersama dalam lumpur dan air yang menyatukan. Jadi pengin ikutan tradisi ini pada tahun depan ya, Gez? (Arie Widodo/E07)
