Inibaru.id – Hutan jati Donoloyo Wonogiri masih dianggap sebagai kawasan yang angker oleh masyarakat sekitar. Saking angkernya, warga setempat sampai nggak berani mengambil benda apapun dari hutan yang sudah ditetapkan jadi kawasan konservasi sejak 1961 tersebut.
Betewe, Hutan Donoloyo bisa kamu temui sekitar 40 kilometer ke arah timur dari pusat Kabupaten Wonogiri, tepatnya di Desa Watusomo, Kecamatan Slogohimo. Berkat mitos keangkeran yang masih terjaga sampai sekarang, hutan ini masih asri. Di sana, bukan hal yang mengherankan kalau ada pohon jati berukuran raksasa dengan usia diperkirakan sudah ratusan tahun.
Memangnya, seperti apa sih keangkeran hutan jati ini sampai-sampai warga nggak berani mengambil benda apun dari situ? Kalau menurut juru kunci cari hutan tersebut, Sunarto, sudah ada beberapa kali orang yang melakukannya dan berakhir dengan jatuh sakit atau mengalami hal-hal aneh.
“Intinya sih jangan mengambil apapun dari sini tanpa sepengetahuan kami. Bahkan meskipun hanya selembar daun jati yang jatuh. Kalau ada yang pengin mengambil kayu atau lainnya, bilang ke saya, nanti saya ambilkan. Kalau nggak nanti bisa mengalami kejadian aneh,” ujarnya sebagaimana dikutip dari Detik, Selasa (3/5/2022).
Sunarto juga menceritakan kisah tentang warga Solo yang sempat berkunjung ke hutan Donoloyo pada 2020. Dia sempat mengucapkan kata-kata kasar dan nggak sopan di hutan tersebut. Setelah sampai ke rumah, ada puting beliung. Yang mengherankan, angin kencang hanya menerpa rumahnya. Rumah tetangganya hanya terkena hujan biasa.
“Pas dikasih tahu kalau dia baru berkunjung ke tempat yang nggak biasa, dia menemui saya dan saya antar untuk meminta maaf di punden. Dia mengaku berkata kasar dan berperilaku nggak sopan di sini,” lanjutnya.
Hutan Donoloyo Peninggalan Tokoh Kerajaan Majapahit
Sunarto dan warga setempat menyebut hutan Donoloyo sebagai tempat istimewa karena dulunya adalah peninggalan dari salah seorang tokoh Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Brawijaya V, yaitu Eyang Donosari atau Ki Ageng Donoloyo.
Hal itu dibuktikan dengan adanya punden dengan tunggak (sisa batang dan akar dari pohon yang sudah ditebang) jati yang diyakini ditanam oleh Eyang Donosari. O ya, pohon jati yang ditebang itu konon dipakai sebagai soko guru (tiang utama) Masjid Agung Demak.
Kabarnya, Eyang Donosari dulu pergi meninggalkan pusat kerajaan Majapahit demi menghindari kekisruhan jelang keruntuhan kerajaan tersebut. Dia melakukannya dengan Pangeran Teleng dan Donowati.
Beda dengan Eyang Donosari yang memilih untuk menetap di kawasan hutan Donoloyo, Eyang Donowati dan Pangeran Teleng memilih untuk menetap di Sukoboyo, daerah yang masih masuk dalam wilayah Kecamatan Slogohimo.
Nah, sesampainya di hutan ini, Eyang Donosari menanam pohon jati yang sebelumnya diberi oleh Pangeran Teleng. Karena wilayah tersebut cukup subur, pohon jati dengan cepat menyebar dan akhirnya berubah jadi hutan jati dengan luas sekitar 9,2 hektare dan bertahan hingga sekarang.
Meski dibalut cerita angker, agaknya hal itu justru baik ya, Millens karena keberadaan hutan jati Donoloyo malah jadi tetap lestari. Kondisinya tentu sangat baik bagi alam sekitar, bukan? (Arie Widodo/E05)