Inibaru.id – Nggak semua warga Kota Semarang ngeh dengan keberadaan Tugu Sidandang. Wajar karena lokasi tugu ini cukup jauh dari pusat kota, tepatnya di Dukuh Gilisari RT 3 RW 1, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Mijen. Tugu ini diresmikan oleh Wali Kota Semarang Soetrisno Soeharto pada 1996 lalu. Jadi, usianya baru 26 tahun.
Ada alasan mengapa tugu dengan tinggi sekitar 15 meter ini diberi nama Tugu Sidandang. Yang pertama adalah karena bentuknya mirip dengan ‘dandang’, peralatan tradisional dari tembaga atau aluminium untuk menanak nasi. Peralatan ini memang cukup jarang dipakai pada zaman sekarang, tapi banyak orang Jawa yang berusia tua yang masih mengetahuinya.
Versi kedua adalah tugu ini memang sengaja dibentuk mirip dengan dandang karena adanya sumber air yang ada di dekat tugu tersebut. Nama mata air atau tuk ini juga Sidandang. Nama ini dipilih karena suara gemericik pada mata air tersebut mirip dengan suara dandang saat dipakai untuk menanak nasi.
“Dari ciri khas suara itulah, sumber air ini diberi nama Sidandang,” ungkap warga sekitar, Karyadi, sebagaimana dinukil dari serat.id, Jumat (10/7/2020).
Selain itu, ada juga versi lain yang menyebut ada sebuah dandang yang ditemukan dekat dengan mata air tersebut. Dandang itu disebut-sebut punya kemampuan magis, yaitu membuat air yang ada di dalam dan sekitarnya mendidih. Padahal, tidak ada api yang dinyalakan.
“Itu dandang ditemukan warga ketika saya masih kecil. Dekat dengan tuk. Sekarang dandangnya entah disimpan di mana saya nggak tahu,” cerita seorang laki-laki berusia 62 tahun bernama Kisman sebagaimana dikutip dari Solopos, Rabu (5/10/2022).
Kisman mengaku sempat jadi operator mesin pompa yang mengalirkan air dari tuk Sidandang ke perumahan warga selama tujuh tahun. Selama itu pula, dia pernah melihat sejumlah hal magis, termasuk mengeringnya mata air persis setelah dandang raksasa ditempatkan di pucuk tugu.
“Ada dua tuk di sana, Sidandang dan Simaron. Ketika tugu selesai didirikan, tuknya berhenti mengeluarkan air. Padahal, airnya biasanya sampai sebetis kaki orang dewasa. Tiba-tiba sumbernya seperti hilang begitu saja,” ucapnya.
Sayangnya, dandang raksasa dari bahan tembaga di pucuk tugu tersebut telah hilang dicuri sejak 2008 lalu sehingga membuat rupa tugu ini nggak seperti sebelumnya. Di sekitar tugu, kursi dan lapangan teater yang dulu sempat jadi lokasi pertunjukan seni juga sudah dipenuhi dengan alang-alang dan sampah. Lokasi tugu memang sudah lama terbengkalai.
Semoga saja Tugu Sindandang bisa segera direvitalisasi sehingga layak menjadi spot wisata ya, Millens. (Arie Widodo/E05)