Inibaru.id – Semenjak Jalan Malioboro bebas dari pedagang kaki lima (PKL), banyak bangunan bersejarah yang kembali terlihat bentuk aslinya. Selain itu, ada juga sejumlah monumen yang kembali diperhatikan setelah selama ini terabaikan akibat ramainya aktivitas ekonomi di sana. Salah satunya adalah Tugu Ngejaman yang sebenarnya adalah hadiah dari Belanda.
Nama asli dari Tugu Ngejaman adalah Monumen Standsklok. Nama Ngejaman ini berasal dari bentuknya yang berupa tugu dengan bagian atasnya adalah jam berbentuk lingkaran. Lokasinya ada di bagian selatan Jalan Malioboro, hanya sepelemparan batu dari utara titik 0 km, tepatnya di pertigaan Jalan Margamulya dan persis di depan Gereja GPIB Margamulya.
Sayangnya, karena tingginya hanya 1,5 meter dan diameter tugunya juga hanya 45 cm, banyak orang yang menganggapnya sebagai tugu biasa, bukannya monumen bersejarah yang merupakan hadiah dari Belanda.
Lantas, sejak kapan tugu ini berdiri? Sejarah mencatat tugu ini dibangun pada 1916 silam. Jadi, usianya lebih dari satu abad, ya? Nah, alasan mengapa Belanda membangunnya adalah sebagai peringatan 100 tahun kembalinya Hindia Belanda dari Inggris yang sempat berkuasa pada 1811 – 1816.
Di masa itu, jam alias arloji adalah hal yang sangat langka. Maka, tugu ini pun dianggap sebagai hadiah yang berharga. Banyak warga Yogyakarta yang dulu benar-benar mengandalkan tugu ini sebagai penanda waktu, Millens.
Menariknya, hingga sekarang, jam di Tugu Ngejaman ini masih berfungsi dengan baik lo. Diharapkan, dengan adanya penataan kawasan Malioboro, semakin banyak orang yang menyadari betapa berharganya tugu ini sebagai peninggalan bersejarah saksi perjuangan masyarakat Yogyakarta, Millens.
Ada Tugu Ngejaman Lain
Selain Tugu Ngejaman di Malioboro, di Yogyakarta sebenarnya juga ada lo tugu sejenis lainnya, yakni Tugu Ngejaman Keben yang berlokasi di kompleks Masjid Kagungan Ndalem Rotowijayan, Jalan Rotowijayan, Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Keraton.
Kalau yang ini, kabarnya dibangun sebagai tanda persahabatan dari pegawai pemerintahan Hindia Belanda, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, sekaligus masyarakat Tionghoa di sana. Hal ini dibuktikan dengan adanya pesan dengan aksara Latin, Tionghoa, serta Jawa di bagian bawah monumen. Tugu ini dibangun saat Hamengkubuwana VIII menjabat.
Yang menarik, Tugu Ngejaman Keben ini kini jadi penanda waktu bagi para wisatawan yang sedang berkeliling di sekitaran keraton.
Wah, menarik juga ya, Millens cerita tentang Tugu Ngejaman di Yogyakarta. Ternyata penuh sejarah! (Wik, Lip/IB09/E05)