BerandaTradisinesia
Jumat, 5 Okt 2017 15:19

Ada Aura Khas dalam Udheng Osing

Ada Aura Khas dalam Udheng Osing

Mengenakan udheng. (Foto: Michelle Alda/Detikcom)

Tak sekadar menjadi penutup kepala, tiap udheng juga memiliki aura khas.

Inibaru.id - Jika Raja Saudi senantiasa memakai keffiyeh sebagai penutup kepala, masyarakat Pulau Jawa dan Bali memiliki udheng dalam keseharian mereka. Selain berfungsi sebagai penutup kepala, udheng juga acap digunakan sebagai simbol identitas tertentu.

Masyarakat Jawa, Bali, dan Sunda, menyebut udheng dengan sebutan yang berlainan. Nama udheng biasa digunakan orang Bali. Sementara sebagian masyarakat Jawa menyebut udheng dengan sebutan iket, sedangkan orang Sunda menamainya totopong.

Kendati berbentuk mirip, yakni merujuk pada penutup kepala dari kain bagi laki-laki, udheng masing-masing daerah di Jawa dan Bali memiliki bentuk dan motif yang berbeda, tak terkecuali udheng Banyuwangi.

Baca juga: 
Menong: Boneka Keramik Nusantara dari Purwakarta
Simbol-simbol Kehidupan dalam Benang Bintik

Dilansir dari Detikcom, masyarakat Osing Kemiren di Banyuwangi tak hanya menjadikan udheng sebagai penutup kepala, melainkan juga perlengkapan wajib saat menggelar ritus bagi laki-laki.

Bentuk persegi pada kain udheng memiliki inti atau pusat. Dalam filosofi Jawa, hal ini dipahami sebagai ekspresi keyakinan masyarakat tentang pandangan hidup.

Ketua Komunitas Batik Jawa Timur di Surabaya (Kibas), Lintu Tulistyantoro, mengatakan, prinsip pemikiran manusia Jawa terbagi dalam empat ruang dengan satu pusat. Empat ruang tersebut, lanjutnya, mengacu kepada empat arah penjuru mata angin dengan satu pusat.

Ia mengungkapkan, konsep pemikiran semacam itu merupakan bentuk keseimbangan untuk mencapai harmoni.

“Sebagian besar Udheng Osing masih menggambarkan kupu-kupu pada ujungnya sebagai lambang kesempurnaan yang harus meninggalkan keindahannya untuk mencapai satu kesempurnaan dari kehidupan ini," paparnya, Kamis (5/10/2017).

Adapun tata cara penggunaan udheng Osing secara umum dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah udheng tongkosan. Udeng jenis ini menutupi seluruh kepala dengan dua segitiga di sisi kanan dan kirinya.

Sementara, jenis kedua adalah udheng sampatan. Udheng yang ini terbuka di bagian atas dengan segitiga di bagian belakangnya.

"Udheng tongkosan ini resmi dan digunakan saat ada acara formal dan ritual, sedangkan udheng sampatan itu lebih santai, biasanya digunakan oleh para penari dan pemain musik," ujar Budayawan Banyuwangi, Aekanu Hariono, sembari mencontohkan pembuatan udheng sampatan.

Baca juga:
Robo-Robo, Makan Bareng Simbol Pemersatu
Molubingo, Sunat Perempuan di Gorontalo

Konon, setiap udheng memiliki aura yang mampu membuat seseorang merasa lebih percaya diri.

"Orang yang pakai udheng sama yang nggak pakai itu kethok (terlihat) beda, auranya beda. Orang yang pakai udheng biasanya terlihat lebih percaya diri," ujar pria yang menjabat Seksi (Kasi) Adat dan Cagar Budaya di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi ini.

Aekanu mengaku tiap udheng memiliki aura khas. Hal ini dibuktikan dengan pengalamannya saat ia mengadakan pameran ke Prancis pada Mei lalu.

"Dulu saya waktu pameran ke Prancis orang-orang pada lihatin saya, bahkan sampai ada yang ngajak saya foto. Mereka tertarik lihat saya pakai udheng, padahal ada juga lo yang pakai udheng selain saya," kenangnya, lalu tertawa. (GIL/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

27 Mar 2025

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

27 Mar 2025

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

27 Mar 2025

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

27 Mar 2025

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

27 Mar 2025

Lestari Moerdijat: Literasi Masyarakat Meningkat, tapi Masih Perlu Dorongan Lebih

27 Mar 2025

Hitung-Hitung 'Angpao' Lebaran, Berapa Banyak THR Anak dan Keponakan?

28 Mar 2025

Setengah Abad Tahu Campur Pak Min Manjakan Lidah Warga Salatiga

28 Mar 2025

Asal Usul Dewi Sri, Putri Raja Kahyangan yang Diturunkan ke Bumi Menjadi Benih Padi

28 Mar 2025

Cara Menghentikan Notifikasi Pesan WhatsApp dari Nomor Nggak Dikenal

28 Mar 2025

Hindari Ketagihan Gula dengan Tips Berikut Ini!

28 Mar 2025

Cerita Gudang Seng, Lokasi Populer di Wonogiri yang Nggak Masuk Peta Administrasi

28 Mar 2025

Tren Busana Lebaran 2025: Kombinasi Elegan dan Nyaman

29 Mar 2025

AMSI Kecam Ekskalasi Kekerasan terhadap Media dan Jurnalis

29 Mar 2025

Berhubungan dengan Kentongan, Sejarah Nama Kecamatan Tuntang di Semarang

29 Mar 2025

Mengajari Anak Etika Bertamu; Bekal Penting Menjelang Lebaran

29 Mar 2025

Ramadan Tetap Puasa Penuh meski Harus Lakoni Mudik Lebaran

29 Mar 2025

Lebih dari Harum, Aroma Kopi Juga Bermanfaat untuk Kesehatan

29 Mar 2025

Disuguhi Keindahan Sakura, Berikut Jadwal Festival Musim Semi Korea

29 Mar 2025

Fix! Lebaran Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

29 Mar 2025