Inibaru.id - Batik selama ini dikenal di Pulau Jawa. Namun begitu, Kalimantan juga memiliki “batik” sendiri. Bahkan, batik yang biasa menghiasi kain khas Suku Dayak sudah terkenal hingga mancanegara.
Sebagaimana batik di Jawa, Suku Dayak juga telah sejak lama membuat kain bermotif. Namanya Benang Bintik. Motif-motif yang dituangkan pada benang bintik umumnya didasarkan pada kehidupan sehari-hari suku yang mendiami sebagaian Kalimantan Tengah tersebut.
Dilansir dari GNFI, dalam bahasa setempat, “benang” berarti helaian kain putih. Sedangkan “bintik” berarti desain atau gambar yang ada di atas helaian kain.
Motif benang bintik senantiasa dipengaruhi kepercayaan setempat (Kaharingan). Kepercayaan ini berkembang melalui simbol-simbol yang berwujud benda alam ruang angkasa, bumi, maupun yang ada dalam diri seseorang. Motif-motif itu kemudian dituangkan dalam kain benang bintik.
Baca juga: Wajib Tahu! Ini Dia Motif Batik Paling Populer di Indonesia
Baca juga: 5 Fakta Batik yang Harus Kamu Ketahui
Motif “batang kaharingan” atau pohon kehidupan adalah salah satu ciri khas batik khas Dayak ini. Motif ini melambangkan hubungan vertikal manusia dengan sang pencipta, sekaligus hubungan horizontal antara manusia dengan makhluk lain di bumi.
Selain itu, kawit tuyan, guci, tombak, tameng, dan balain nihing adalah sejumlah motif yang juga umum dipakai masyarakat Dayak.
Motif pilihan macam kelakai (tumbuhan sayur-mayur yang sering dikonsumsi orang Kalimantan), mandau (senjata khas Dayak), burung tingang (burung khas Kalimantan), huma betang, naga, motif ukiran Dayak, hingga motif balanga, juga menjadi kekayaan benang bintik.
Tak ubahnya batik jawa, proses pembuatan batik Kalimantan Tengah juga melalui beberapa tahapan rumit. Bahan yang dipersiapkan di antaranya kain dobi, rayon kembang, sutra bermotif, sutra polos, pewarna, lilin, malam dan soda. Bahan-bahan baku ini biasanya didatangkan dari Pulau Jawa.
Baca juga: Robo-Robo, Makan Bareng Simbol Pemersatu
Pengecapan atau pemberian motif pada kain polos kemudian dilakukan menggunakan canting. Proses itu kemudian disambung dengan pencoletan atau pemberian warna ke dalam motif yang sudah dibuat.
Selepas itu, ada tahap penjegeran. Kain yang telah bermotif diberi warna dasar seperti warna prosen atau warna neptol.
Laiknya batik Jawa, proses akhir juga disudahi dengan dilorod. Kain yang telah selesai diwarnai dibersihkan, lalu direbus, dan terakhir dicuci hingga bersih. Nah, setelah itu baru dipasarkan.
Benang bintik saat ini telah dipatenkan Badan Karya Dunia sebagai karya budaya asli Indonesia. Konsekuensinya, pemerintah maupun masyarakat setempat wajib terus melestarikannya. (GIL/SA)