inibaru indonesia logo
Beranda
Budaya
Molubingo, Sunat Perempuan di Gorontalo
Selasa, 3 Okt 2017 22:04
Bagikan:
Bayi berusia 11 bulan menjalani prosesi menginjak piring yang jadi bagian dari Molubingo atau sunat anak perempuan, di Kelurahan Tapa, Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Sabtu (9/9/2017). (Beritagar.id/Kristianto Galuwo)

Bayi berusia 11 bulan menjalani prosesi menginjak piring yang jadi bagian dari Molubingo atau sunat anak perempuan, di Kelurahan Tapa, Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Sabtu (9/9/2017). (Beritagar.id/Kristianto Galuwo)

Di beberapa kebudayaan, khitan atau sunat tak hanya dilakukan terhadap anak lelaki, tapi juga terhadap anak perempuan.

Inibaru.id – Sunat itu diperuntukkan bagi anak laki-laki. Bahkan, sunat diwajibkan untuk anak muslim. Meski begitu, ada beberapa kebudayaan yang menyunat anak perempuan. Beberapa dekade lalu, orang Jawa masih menyunat anak perempun meskipun ritusnya sangat simbolik.

Di Gorontalo, tradisi menyunat anakperempuan masih berlangsung. Bahkan seperti dilansir Beritagar (1/10/2017), lebih dari 83 persen anak perempuan di sana pernah menjalani sunat. Tradisi itu dianggap punya risiko kesehatan, dan melanggar hak anak.

Sunat anak perempuan yang baru-baru ini dilangsungkan di Kelurahan Tapa, Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, dialami Mikhayla Al Mahirah Az Zahra alias Khayla, anak perempuan pasangan Nirun Helingo (48) dan Lily Tulen (37).

Baca juga: Puputan dan Selapanan, Upacara Khas Masyarakat Jawa Setelah Mendapatkan Bayi

Seperti dilaporkan Kristianto Galuwo dalam Beritagar (1/10/2017), pada pertengahan bulan September 2017, keluarga tersebut menggelar hajatan untuk Khayla. Hajatan itu adalah Mopolihu lo Limu dan Molubingo (sering ditulis Mongubingo), rangkaian tradisi khas Gorontalo yang dilakukan sebelum anak perempuan menginjak usia dua tahun.

Mopolihu lo Limu itu mandi air ramuan limau purut, orang sini biasa bilang mandi lemon. Untuk khitanan, biasa disebut cubi kodo (mencubit vagina), atau istilahnya Molubingo,” kata ibu Khayla, Lily, perihal seremoni adat yang bakal dijalani anaknya.

Rangkaian seremoni itu dipimpin seorang bidan kampung atau dalam Bahasa Gorontalo disebut Hulango.

Selama proses Mopolihu lo Limu, Khayla kerap tersenyum seolah menikmati tiap guyuran air ramuan dari Hulango. Lepas itu, Khayla didandani mengenakan pakaian adat Gorontalo guna mengikuti seremoni lanjutan, sekaligus jadi tontonan famili dan undangan.

Khayla tertidur sebelum upacara Molubingo terlaksana. Tangisnya baru terdengar kala dibangunkan Lily jelang Molubingo.

Sambil menenangkan Khayla, Lily menggendong dan membawa anaknya itu masuk ke sebuah bilik di rumah mereka. Sang Hulango menyusul di belakang keduanya.

Baca juga: Mitoni Vs Baby Shower

Di dalam kamar, Khayla dibaringkan di pangkuan Lily. Di hadapan mereka, Hulango duduk sambil menyanyikan senandung penenang bayi kepada Khayla yang belum berhenti menangis. Pun, di antara jari Hulango telah terselip satu pisau kecil seukuran pinset.

Tak berapa lama, seorang perempuan datang membawa kain tudung berwarna putih, yang langsung dipakai menutupi Hulango, Khayla, dan Lily. Momen berbungkus tudung berlangsung cepat, tak sampai hitungan menit.

Ritual Molubingo selesai ketika Hulango menyingkap tudung. Sejumlah famili yang ada di dalam kamar menyambutnya dengan seru riang, beberapa yang lain mengucap “Alhamdulillah”.

"Sebenarnya, saya juga khawatir, tapi tidak sampai dilukai. Hanya diambil sedikit selaput di klitoris," kata Lily, seusai upacara Molubingo. "Ini juga sudah bagian dari adat istiadat Gorontalo yang harus dilaksanakan." (PA/SA)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved