Inibaru.id - Siang yang terik di Desa Tigajuru, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. Kejadiannya belum lama. Matahari yang menyengat hebat hari itu sebetulnya membuat saya malas melangkah, tapi perasaan tersebut mendadak raib begitu menginjakkan kaki di halaman rumah Siti Rohimah.
Belum juga tiba di pintu depan, aroma bawang putih sudah semerbak tercium. Wangi. Di teras rumah, saya melihat beberapa perempuan sedang sibuk menggiling adonan; lalu mencetak yang sudah jadi menjadi bentuk persegi panjang, kemudian dengan telaten memotongnya sama panjang.
Adonan siap jemur yang sudah sangat tipis itu kemudian dipotong selebar sekitar 5 sentimeter, lalu disusun di atas tampah lebar untuk dikeringkan di bawah terik matahari. Di sinilah saya merasa bahwa cuaca terik yang membuat saya malas agaknya justru sangat disyukuri mereka.
Mata saya masih terpaku melihat proses pembuatan kerupuk puli itu ketika Siti Rohimah tiba-tiba menyapa saya. Dialah empunya usaha ini. Sebelumnya saya memang sudah janjian dengan perempuan bersahaja tersebut untuk ngobrol tentang produksi kerupuk yang diklaim khas Tigajuru tersebut.
Pertemuan itu bermula dari rasa penasaran saya saat menggoreng camilan ini beberapa waktu lalu. Rasanya sederhana, tapi sungguh menggoyang lidah. Gurih dan bikin nagih, membuatnya cepat habis bahkan ketika proses menggoreng kerupuk ini belum tuntas. Ha-ha.
Kerupuk Khas Jawa Timur
Dari situlah saya menemukan Siti Rohimah, produsen kerupuk puli Tigajuru yang cukup terkenal di Jepara. Oya, kerupuk puli berbahan dasar beras atau nasi. Cita rasa kerupuk ini dominan asin dengan tekstur yang renyah di lidah, membuatnya cocok untuk dimakan langsung atau menjadi pendamping nasi.
Setelah mempersilakan saya duduk, Siti Rohimah bercerita bahwa kerupuk puli sebenarnya berasal dari Jawa Timur. Suaminya yang memang orang Jawa Timur-lah yang mengenalkan kerupuk ini. Keluarganya adalah penggemar kerupuk dan hampir nggak bisa makan tanpa camilan renyah tersebut.
Dari situlah Rohimah mulai belajar membuat kerupuk puli. Dari resep dan cara membuat yang diberikan sang suami, dia mulai melakukan pengembangan dan modifikasi; bereksperimen berkali-kali hingga menemukan resep yang pas.
“Saya coba-coba terus, Mbak. Barulah setelah ketemu rasa yang menurut saya sesuai, saya beranikan diri jual di pasaran,” katanya, lalu tersenyum. "Dari stok wajib di rumah, alhamdulillah sekarang sudah bisa jadi usaha yang melibatkan ibu-ibu di sekitar rumah."
Dibantu Para Tetangga
Setiap hari, Rohimah memproduksi kerupuk puli bersama empat pekerja lain yang merupakan para tetangganya. Bahan-bahannya sederhana: nasi, puli (bleng), bawang putih, dan penyedap rasa. Semua kondimen diaduk dalam mixer besar, lalu digiling dua kali agar tipis dan renyah saat digoreng.
Untuk menjemur, Rohimah mengaku hanya memanfaatkan pelataran rumahnya karena produksinya nggak terlalu banyak. Adonan dijemur secara bertahap di atas tampah berjaring yang diletakkan di rak sederhana yang di halaman rumah agar terkena matahari langsung.
"Adonan dijemur sekitar dua jam di bawah terik matahari," sebutnya sembari menunjukkan kerupuk yang sudah kering. “Kalau cuaca bagus bisa cepat kering, lalu segera diganti dengan adonan lain yang baru dicetak.”
Saya sempat memegang kerupuk mentah yang sudah kering. Tipis, kaku, tapi terasa kokoh. Rohimah mengungkapkan, kerupuk puli mentah nggak perlu dijemur lagi sebelum digoreng, karena bentuknya sudah sangat tipis.
"Cukup goreng dalam minyak panas, dan jadilah kerupuk yang kriuk dan gurih," kelakarnya, berpromosi.
Dikenal sebagai Kerupuk Londo
Di kalangan masyarakat Tigajuru, kerupuk puli buatan Rohimah lebih akrab dengan nama "Kerupuk Londo". Julukan itu muncul karena mendiang suami Rohimah adalah keturunan Belanda. Nama itu rupanya membawa hoki, karena membuat kerupuknya mudah diingat masyarakat.
Nggak hanya di Jepara, kerupuk puli buatan Rohimah juga mulai dikenal di kota lain. Anak Rohimah yang kuliah di Yogyakarta sempat memperkenalkannya di sana dan cukup populer di kalangan mahasiswa.
Selain dijual secara offline, Rohimah juga mulai memasarkan kerupuk pulinya via marketplace seperti Shopee dan Tokopedia.
"Harga kerupuk puli ini hanya Rp4.000 per bungkus, tapi karena produksi terbatas, mohon maaf untuk saat ini kami tidak punya banyak stok," jelas Rohimah.
Untuk Hajatan dan Oleh-Oleh
Meski memproduksi setiap hari, stok kerupuk puli buatan Rohimah memang nggak selalu tersedia karena banyak yang memburunya. Selain untuk konsumsi pribadi, kerupuk ini banyak diborong untuk keperluan hajatan atau oleh-oleh.
Faiz Fahrudin, salah seorang warga setempat mengaku sering memesan hingga ratusan bungkus menjelang perayaan Idulfitri. Nantinya, kerupuk tersebut dibawa saat sowan ke keluarga besar untuk dibagi-bagi sebagai oleh-oleh dari Jepara.
“Iya, bisa banget buat oleh-oleh. Jadi, kemungkinan permintaan bakal meningkat saat Hari Raya. Bentuk kemasannya juga cocok untuk parcel,” sebutnya.
Karena nggak pengin kehabisan stok, saya juga membeli beberapa bungkus untuk dibawa pulang. Ukuran kemasan yang cukup ringkas dengan tulisan "Kerupuk Puli Asli Tiga Juru" yang jelas memang membuatnya pas jika dijadikan sebagai buah tangan.
Saat berpamitan, pikiran saya sudah melayang jauh ke rumah, membayangkan momen menikmati camilan gurih ini sembari menulis jurnal atau menonton film dengan santai di teras rumah. Benar-benar bikin nagih, Gez! (Alfia Ainun Nikmah/E10)
