BerandaPasar Kreatif
Jumat, 17 Agu 2023 14:00

Tantangan Pengusaha Gula Tumbu: Sulit Cari Pekerja

Tantangan Pengusaha Gula Tumbu: Sulit Cari Pekerja

Pekerja di gudang produksi gula tumbu Kandangmas Kudus. (Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)

Ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh pengusaha gula tumbu rumahan di Desa Kandangmas Kudus. Selain membutuhkan modal yang banyak, mereka juga harus mencari pekerja yang mau melakukan pekerjaan-pekerjaan berat saat memproduksi gula.

Inibaru.id - Produksi gula tumbu di Desa Kandangmas Kudus masih terus berjalan hingga kini. Meski diolah secara tradisional, produk kebanggaan Desa Kandangmas itu tetap bertahan di tengah banyaknya gula-gula bikinan pabrik.

Tapi, menjaga keberlangsungan produksi gula tumbu bukanlah hal yang gampang. Hanya segelintir pengusaha gula tumbu rumahan yang mampu bertahan dan menjawab tantangan perubahan zaman.

Perlu kamu tahu, para pengusaha gula tumbu dihadapkan pada tingginya harga bahan baku yaitu tebu. Sementara itu, harga tebu susah turun karena harga pupuk yang kian mahal. Para petani tebu tekadang lebih senang menjual hasil panennya ke pabrik-pabrik besar karena keuntungannya lebih menjanjikan.

Sayangnya, dihadapkan pada tingginya bahan baku tak lantas membuat harga jual gula tumbu tinggi. Para pengusaha gula tumbu di Desa Kandangmas itu mengaku harga jual produknya masih standar, tidak turun dan naik. Karena hal-hal itulah tak heran ada beberapa pengusaha memilih berhenti memproduksi gula tumbu.

Untungnya, sebagian pengusaha ada yang tetap bertahan karena memiliki modal yang kuat. Mereka masih selalu memproduksi gula tumbu khas Desa Kandangmas. Bahkan ada yang berkomitmen memperbaiki kualitas gula-gula yang diproduksi sekaligus tetap menjaga kualitas udara di lingkungan pabrik.

Pekerjaan membuat gula tumbu cukup berat. Pekerja harus bekerja keras sedang mengangkat tumbu berisi cairan gula dari kawah. (Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)

Khoriul Anaf, salah seorang pemilik usaha gula tumbu rumahan mengaku kini usahanya semakin lancar karena kualitas gula bikinannya bagus. Dia juga mempertimbangkan dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan lantaran usahanya itu.

Salah satu bentuk kepedulian itu diwujudkan dengan mendesain cerobong asap khusus yang bisa menyaring kotoran bakar dari ampas tebu di tungku. FYI, semua bahan produksi miliknya memang organik.

"Kami sediakan cerobong asap khusus dengan penyaring kotoran. Jadi yang keluar hanya asap ke atas, sementara kotoran (langes bakar) disaring dan dibuang. Fungsinya supaya masyarakat sekitar tidak terganggu asap produksi," ujar Anaf kepada Inibaru.id belakangan ini.

Sedikitnya Minat Anak Muda

Cerobong asap di gudang gula agar pembakaran tebu tak mengganggu warga sekitar. (Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)

Agar tungku produksi gula terus mengepul, keberadaan pekerja muda dengan tenaga yang masih kuat tentu sangat penting. Namun yang terjadi, sudah tak banyak pemuda yang tertarik menekuni usaha pembuatan gula tumbu.

Untuk menggaet anak muda, Maskuri, seorang pengusaha gula tumbu yang tinggal di Dukuh Sekandang, Desa Kandangmas sampai menawarkan uang senilai Rp1 juta secara cuma-cuma bagi siapa saja yang mau bekerja memasak gula tumbu. Uang itu katanya sebagai pemantik semangat bekerja.

Walau sudah melakukan upaya itu, lelaki 40 tahun itu tetap mengeluhkan sepinya minat anak muda. Alasannya bekerja di usaha gula tumbu memang berat.

"Memang pekerjaan ini cukup berat, panas-panasan, menebas tebu dan membuat gula tumbu. Kalau anak sekarang kan lebih suka bekerja di pabrik dengan gaji yang lebih besar," terangnya.

Proses terakhir pembuatan gula tumbu, mengaduk cairan gula hingga padat. (Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)

Setidaknya, sebuah pabrik gula tumbu membutuhkan sepuluh pekerja yang bertugas sebagai penebas tebu dan bekerja di gudang. Jika kurang dari itu, Maskuri mengatakan produksi akan sulit. Selain pekerja, tiap unit usaha gula tumbu membutuhkan modal sebesar Rp100-150 juta. Lumayan besar ya, Millens?

"Di Kandangmas ini saya yang paling lama bertahan, sebab modalnya memang besar. Namanya dagang, memang ada untung ruginya," tambah lelaki yang akrab disapa Kaji Kuri.

Tampaknya, seperti jenis usaha lainnya, usaha gula tumbu di Kudus juga harus mengalami perubahan seiring berjalannya waktu, ya? Hanya mereka yang memiliki modal materi sekaligus tekad kuat yang bisa bertahan hingga sekarang. (Hasyim Asnawi/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

27 Mar 2025

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

27 Mar 2025

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

27 Mar 2025

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

27 Mar 2025

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

27 Mar 2025

Lestari Moerdijat: Literasi Masyarakat Meningkat, tapi Masih Perlu Dorongan Lebih

27 Mar 2025

Hitung-Hitung 'Angpao' Lebaran, Berapa Banyak THR Anak dan Keponakan?

28 Mar 2025

Setengah Abad Tahu Campur Pak Min Manjakan Lidah Warga Salatiga

28 Mar 2025

Asal Usul Dewi Sri, Putri Raja Kahyangan yang Diturunkan ke Bumi Menjadi Benih Padi

28 Mar 2025

Cara Menghentikan Notifikasi Pesan WhatsApp dari Nomor Nggak Dikenal

28 Mar 2025

Hindari Ketagihan Gula dengan Tips Berikut Ini!

28 Mar 2025

Cerita Gudang Seng, Lokasi Populer di Wonogiri yang Nggak Masuk Peta Administrasi

28 Mar 2025

Tren Busana Lebaran 2025: Kombinasi Elegan dan Nyaman

29 Mar 2025

AMSI Kecam Ekskalasi Kekerasan terhadap Media dan Jurnalis

29 Mar 2025

Berhubungan dengan Kentongan, Sejarah Nama Kecamatan Tuntang di Semarang

29 Mar 2025

Mengajari Anak Etika Bertamu; Bekal Penting Menjelang Lebaran

29 Mar 2025

Ramadan Tetap Puasa Penuh meski Harus Lakoni Mudik Lebaran

29 Mar 2025

Lebih dari Harum, Aroma Kopi Juga Bermanfaat untuk Kesehatan

29 Mar 2025

Disuguhi Keindahan Sakura, Berikut Jadwal Festival Musim Semi Korea

29 Mar 2025

Fix! Lebaran Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

29 Mar 2025