BerandaPasar Kreatif
Rabu, 22 Feb 2022 17:51

Tak Perlu Bersaing, Para Penjahit Keliling Ini Memilih Bagi Hasil

Taman Borobudur Semarang, tempat para penjahit Bojong menggelar lapaknya. (Inibaru.id/ Bayu N)

Para penjahit asal Bojong yang biasa mangkal di Taman Borobudur Semarang ini memilih sistem bagi hasil untuk menghindari persaingan antarpenjahit. Hm, menarik juga idenya!

Inibaru.id - Tiga sekawan penjahit keliling memarkir sepeda motornya di sisi selatan Taman Borobudur, Kota Semarang. Setiap hari, di situlah mereka biasa mangkal. Di depan mereka, berkerumun beberapa orang, mengantre dengan bungkusan berisi pakaian untuk dipermak.

Siang itu ketiga penjahit yang berasal dari desa yang sama di Pekalongan tersebut terlihat kewalahan. Biasanya mereka berenam, tapi tiga penjahit lain sedang pulang kampung. Namun, agaknya mereka baik-baik saja. Mereka justru senang saat banyak pelanggan berdatangan.

Sejak memutuskan menetap di Taman Borobudur beberapa tahun lalu, rezeki para penjahit keliling itu memang membaik. Anshor, salah seorang penjahit mengatakan, dengan menetap, dia dan kawan-kawan mulai dikenal masyarakat sekitar dan memiliki sejumlah pelanggan tetap.

"Kalau sedang ramai, kami bisa dapat Rp 200-an ribu per orang," ujar Anshor singkat di sela-sela kesibukannya memendekkan celana jins seorang pelanggan, belum lama ini.

Pendapatan sebesar Rp 200-an ribu tentu bukanlah jumlah yang kecil, mengingat biaya jasa permak ke penjahit keliling biasanya berkisar antara Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu per pakaian, tergantung tingkat kesulitan. Jadi, setiap hari mereka bisa melayani jasa permak lebih dari 10 pakaian per orang.

Membagi Rata Keuntungan

Anshor tengah mendiskusikan bentuk permak yang diinginkan pelanggannya. (Inibaru.id/ Bayu N)

Hari itu nggak banyak pertanyaan yang bisa saya lontarkan ke para penjahit tersebut karena pekerjaan mereka tampak sedang menumpuk. Saya memilih mengamati mereka dari kejauhan, sembari sesekali mendekat saat mereka tengah rehat, entah untuk menyesap rokok atau menyeruput es teh.

Sesekali saya melihat mereka saling bersenda gurau atau berbagi makanan. Inilah yang membuat saya salut. Kendati sama-sama menawarkan jasa permak, saya nggak mencium aroma persaingan di antara ketiganya.

Mereka memang sama-sama perantau yang datang dari daerah yang sama, yakni dari Bojong, sebuah kecamatan di bagian selatan Kabupaten Pekalongan. Mereka sudah bertahun-tahun saling mengenal dan bekerja sama, jadi sangat wajar kalau para penjahit ini sangat akrab.

Namun, menurut penjahit lain yang bernama Syukur, alasan dirinya nggak perlu bersaing dengan kawan-kawannya yang sama-sama mangkal di taman tersebut adalah karena mereka menerapkan sistem bagi hasil.

"Uang yang didapat seharian kami kumpulkan, lalu sebelum pulang dibagi rata," ungkapnya.

Murah dan Bisa Ditunggu

Permak yang bisa dilakukan para penjahit ini di antaranya memotong pakaian, mengecilkan pinggang, dan mengganti resleting. (Inibaru.id/ Bayu N)

Dengan sistem bagi hasil, Syukur mengaku senang karena mereka nggak harus bersaing. Dia juga nggak merisaukan siapa yang kerja lebih banyak atau sedikit karena masing-masing saling memercayai rekan sejawatnya.

“Kalau ada pelanggan, pokoknya yang lagi kosong ya yang ambil," terangnya, lalu tertawa. "Saat ini kami bertiga karena tiga orang yang lain mudik. Biasanya berenam."

Dengan bekerja bareng-bareng, Syukur juga merasa pekerjaannya jadi lebih ringan. Selain punya teman ngobrol, pekerjaannya juga bisa di-backup saat orderan menumpuk. Dia mengaku bisa bekerja dengan lebih tenang dan nggak kelabakan.

"Terkadang garapan sampai menumpuk. Kalau bareng-bareng begini enak; menjahit lebih tenang dan bisa akurat," akunya yang segera diiyakan Anshor.

Permak baju di Taman Borobudur ini bisa ditunggu. (Inibaru.id/ Bayu N)

Ajeng, salah seorang pelanggan yang tengah mengantre untuk memermak resleting celananya mengatakan, sudah beberapa kali dia menggunakan jasa penjahit keliling di taman yang berlokasi di Manyaran tersebut dan nggak pernah merasa kecewa.

Selain hasilnya oke, tukang permak itu juga dekat dengan rumahnya, Alasan lain, harganya murah dan bisa ditunggu. Menurutnya, untuk perbaikan kecil seperti membetulkan resleting rok, memendekkan celana, atau menambal baju yang sobek memang lebih pas kalau ke tempat tersebut.

“Paling nunggu sepuluh menit, baju atau celana sudah bisa dibawa pulang,” celetuk Ajeng yang disambut dengan senyum semringah Syukur dan teman-temannya.

Wah, betul juga! Mendengar perkataan Ajeng, saya pun segera melepas jaket dan mengamatinya dengan saksama barangkali ada bagian yang robek atau berlubang. Kan lumayan kalau bisa dibenerin, mumpung ada tukang permak! Ha-ha. (Bayu N/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024