BerandaPasar Kreatif
Senin, 24 Jan 2021 14:00

Tahu Serasi Bandungan, Pilih di Lapak Emperan atau Toko Besar?

Sani dan saudaranya yang berjualan tahu serasi di warung emperan. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Menjadi oleh-oleh khas Kabupaten Semarang, tahu serasi Bandungan dijajakan hampir di sepanjang jalan di sana, dari lapak emperan hingga toko besar yang fancy. Hm, lebih enak yang mana, ya?

Inibaru.id – "Buah tangan khas Bandungan, ya, tahu serasi!" kata seorang teman begitu tahu saya akan bertandang ke kawasan wisata di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, itu. Teringat kata-katanya, saya pun membelokkan kendaraan ke deretan penjaja tahu serasi di Jalan Raya Bandungan-Sumowono.

Saya sudah punya tujuan, yakni Tahu "Serasi" Oom Shin. Pusat tahu serasi yang saya temukan via daring itu ramai, berbanding terbalik dengan deretan lapak tahu serasi emperan di sebelahnya yang sepi pembeli. Sedih melihatnya.

Namun, sebagai pembeli pemula, saya nggak mau ambil risiko dengan tetap memilih toko yang lebih besar dan terlihat bersih. Para wisatawan memang umumnya seperti saya. Selain untuk oleh-oleh, mereka juga bisa sekaligus ngiyup sembari menikmati tahu goreng dan sari kedelai.

Pusat oleh-oleh Tahu Oom Shin memang lumayan luas dengan meja-kursi pengunjung yang muat untuk puluhan orang. Etalase di depan menyajikan berbagai jajanan yang cukup menggiurkan, menyambung ke pabrik produksi yang bisa dilihat langsung, yang menghasilkan belasan ribu potong tahu per hari.

Menurut Rukayah, sang pengelola, tiap hari pabriknya dapat memproduksi 1.200-an bungkus tahu. Jumlah ini tentu saja cukup besar untuk sebuah usaha yang tergolong industri rumahan.

Baru Dua Tahun

Tahu serasi Oom Shin memproduksi ribuan tahu setiap harinya. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Pusat oleh-oleh Tahu Oom Shin baru sekitar dua tahun berdiri. Namun, tempat ini tentu saja menjadi kompetitor yang cukup berat bagi deretan penjaja tahu serasi di sebelahnya, yang jumlahnya mencapai puluhan lapak. Dalam banyak hal, para pelapak pinggir jalan itu jelas kalah telak, kecuali dari segi harga.

Toko Oom Shin bisa menjual ribuan tahu dalam sehari. Sementara, lapak di pinggir jalan biasanya hanya menjual paling mentok 40 bungkus tahu per hari. Hal ini sebagaimana diungkapkan Sani, salah seorang pedagang tahu serasi pinggir jalan yang sempat saya temui setelah dari Oom Shin.

“Nggak tentu (yang terjual). Kalau seperti sekarang ini, lakunya 30-40 bungkus,” ungkapnya sembari membolak-balikkan tahu di penggorengan.

Perempuan berhijab yang biasa berjualan bersama saudaranya itu mengungkapkan, dia menjual tahu serasi mentah seharga Rp 10 ribu per bungkus. Sementara, tahu yang telah digoreng dan diberi cocolan saus dibanderol Rp 17 ribu per porsi.

Harga yang dipatok Sani lebih murah ketimbang tahu serasi Oom Shin yang seporsinya dihargai Rp 12 ribu untuk tahu mentah dan Rp 18 ribu untuk tahu goreng.

Fasilitas di tahu oom shin yang nyaman ditebus dengan harga yang lebih mahal. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Rukayah, pengelola toko Tahu Oom Shin, mengakui kalau tahu serasi di tempatnya memang lebih mahal. Namun, dia menjamin produknya lebih berkualitas dan berbeda dengan tahu serasi lain yang dijual di pinggir jalan. Dia bahkan mewanti-wanti saya agar nggak membeli "produk tiruan".

“Di Bandungan banyak tahu serasi. Bahkan, punya ibu sudah pernah dipalsukan,” ungkapnya, yang juga mengatakan dia nggak takut bersaing dengan penjual tahu lain karena produknya memiliki ciri khas. “Punya ibu lebih kenyal. Kalau punya orang (lain) gampang asem,” pungkasnya.

Kalau menurut lidahmu, tahu serasi mana nih yang terbaik yang paling nikmat menurutmu nih, Millens? (Zulfa Anisah/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024