BerandaPasar Kreatif
Sabtu, 8 Apr 2022 15:28

Senyum Lebar Perajin Kolang-Kaling di Kota Semarang dan Secuil Kisah Putri Sedaro Putih

Perajin kolang-kaling di Kota Semarang kembali menggeliat selama Ramadan. (Inibaru.id/Audrian F)

Beda dengan dua Ramadan sebelumnya yang cenderung sepi karena pandemi, kini perajin kolang-kaling di Kota Semarang kembali menggeliat karena pesanan meningkat. Eh, mau tahu cerita menarik soal bahan kenyal yang satu ini? Konon pohon kolang-kaling ini tumbuh di makam seorang putri bernama Sedaro Putih di Bengkulu. Sejak itulah, kolang-kaling mulai dikonsumsi.

Inibaru.id – Ramadan tahun ini memang beda dari Ramadan sebelumnya. Maklum, pandemi sudah mulai mereda sehingga sektor ekonomi pun kembali menggeliat. Hal inilah yang dialami oleh perajin kolang-kaling di Kota Semarang. Mereka tersenyum lebar karena kolang-kalingnya laris di pasaran.

Kolang-kaling biasanya dijadikan salah satu bahan kolak. Kamu tahu sendiri kan, Millens, kolak adalah salah satu menu favorit masyarakat Tanah Air untuk berbuka puasa. Karena alasan inilah, kolang-kaling selalu diburu di bulan Ramadan.

Kota Semarang punya sentra kerajinan kolang-kaling di Kampung Jatirejo, Kecamatan Gunungpati. Sejak awal Ramadan, terlihat perajin kolang-kaling lebih sibuk dari biasanya karena membludaknya pesanan.

“Masa produksi paling bagus itu ya bulan puasa. Yang mborong banyak dan harganya juga naik. Maka kita juga datangkan stok buah aren lebih banyak,” ujar salah seorang perajin kolang-kaling, Salim, Senin (4/4/2022).

Perajin lainnya, Suripah, juga terlihat sibuk mengolah kolang-kaling. Dia mengaku senang karena permintaan kolang-kaling kembali meningkat. Maklum, selama dua tahun sebelumnya, tepatnya saat pandemi, kolang-kaling yang nggak laku mencapai 2 ton. Akibatnya dia harus merugi puluhan juta rupiah. Kini, dia pun bersiap mengolah 10 ton kolang-kaling dalam semusim.

Nggak hanya para perajin yang merakan berkah Ramadan, para penjual kolang-kaling juga ikut berbahagia. Salah seorang penjual kolang-kaling di Pasar Boyolali Kota, Aris mengaku bisa menjual 3 sampai 5 kilogram kolang-kaling dalam sehari. Setiap kilogramnya dihargai Rp 18 ribu.

“Biasanya warga membeli setengah kilogram. Namun, beli berapa pun, tetap saya layani,” terangnya Selasa (5/4).

Sejak Kapan Kolang-Kaling Dikonsumsi Orang Indonesia?

Kolang-kaling disebut dalam sejumlah cerita rakyat Indonesia. (Inibaru.id/Audrian F)

Sebenarnya, nggak ada yang tahu sejak kapan kolang-kaling dikonsumsi orang Indonesia. Namun, sejumlah cerita rakyat di Tanah Air membuktikan kalau kolang-kaling sudah dikonsumsi sejak zaman kerajaan alias sebelum penjajah dari Eropa tiba.

Salah satu cerita rakyat itu berasal dari Suku Rejang, Bengkulu. Di sana, pohon enau atau aren dikenal sebagai pohon sedaro putih. Nama ini berasal dari cerita legenda Putri Sedaro Putih.

Jadi, sang putri yang sangat disayangi kakak-kakaknya mendapatkan mimpi akan meninggal di usia muda. Nah, makamnya nanti akan tumbuh pohon yang berguna. Mimpi itu benar-benar terjadi dan di makam sang putri, tumbuh pohon yang belum ada sebelumnya.

Pohon itu ternyata bisa dijadikan bahan gula, minuman, hingga berbuah kolang-kaling atau yang menurut Suku Rejang disebut sebagai beluluk. Buah ini dijadikan bahan makanan dan campuran minuman. Nah, kabarnya, sejak saat itulah orang Suku Rejang mulai mengonsumsinya.

Selain itu, kisah pertemuan Sunan Bonang dan Sunan Kali Jaga juga terkait dengan kolang-kaling. Kabarnya, sebelum memeluk Islam dan jadi murid Sunan Bonang, Sunan Kali Jaga yang bernama asli Raden Mas Said akan merampoknya. Nah, dengan kesaktiannya, Sunan Bonang mengubah kolang-kaling yang menggantung jadi pohon emas sehingga Raden Mas Said nggak jadi merampoknya.

Takjub akan kesaktian Sunan Bonang, Raden Mas Said insaf dan memilih untuk memperdalam agama kepadanya.

Wah, ternyata cerita asal usul kolang-kaling sangat unik ya, Millens. Omong-omong, apa kamu juga suka mengonsumsinya saat buka puasa? (Are,Kum,Sin,Jat,Tvo/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: