BerandaPasar Kreatif
Minggu, 23 Des 2017 06:38

Sapu Ijuk Galunggung Tetap Bertahan

Pengrajin sapu ijuk dari Tasikmalaya. (Kompas/Dedi Muhtadi)

Kerajinan sapu ijuk dari tangkal kawung (pohon aren) di lereng Gunung Galunggung itu sudah berlangsung beberapa generasi. Kini produk mereka terancam oleh sapu pabrikan dari plastik.

Inibaru.id – Kampung di lereng tenggara Gunung Galunggung, Tasikmalaya, Jawa Barat itu dikenal sebagai kampung sapu ijuk. Mereka membuat sapu ijuk dari tangkal kawung (pohon aren).

Kini, di tengah gempuran produk sapu pabrikan, masihkah ada yang bertahan menjadi pengrajin sapu ijuk?

Ada, bahkan ratusan. Kompas menulis, salah satu pengrajin itu Jajang YR (60), warga Gajahbarang, Desa Ciawang, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya. Hanya saja, Jajang nggak tahu sejak kapan ratusan warga di kampungnya memiliki keterampilan membuat sapu ijuk.

Dari cerita orang tuanya, keterampilan itu bermula dari kakeknya, Aki Jasit, yang memiliki empat anak buah. Seiring berjalannya waktu, keempat anak buah kakeknya memiliki sejumlah anak buah lagi yang kemudian menyebar menjadi ratusan pengrajin sapu ijuk hingga sekarang.

Baca juga:
Cilok Kekinian Kaya Saus
Robita, Tas Incaran Sosialita Jepang dari Indonesia

”Namun, saya tidak tahu dari siapa Aki Jasit memiliki keahlian membuat sapu ijuk,” ujar Jajang. Yang pasti, Sobat Millens, sudah berpuluh tahun orang di kampung Jajang memanfaatkan gumpalan ijuk yang diperoleh dari tangkal kawung. Ya, pohon multiguna itu tumbuh di sekeliling Gunung Galunggung yang terakhir meletus dahsyat pada April 1982. Pohon yang tumbuh melalui persemaian alami kotoran luwak itu juga mampu bertahan dari hujan pasir dan debu saat Galunggung meletus.

Berapa rata-rata produksi sapu buatan Jajang? Bersama saudaranya, Herman, 50 sapu ijuk dibuat. Per buahnya dibanderol Rp 22.000. Selain dijual lewat pengepul yang menjajakan secara eceran ke kampung-kampung, sapu-sapu itu juga dijual melalui bandar ke Pasar Singaparna, lima kilometer dari Gajahbarang.

Yap, Jajang, Herman, dan para pengrajin lain adalah orang-orang yang memanfaatkan berkah dari tangkal kawung Gunung Galunggung. Pohon aren yang tumbuh subur di seantero perbukitan Galunggung telah menghidupi keluarga mereka secara turun-menurun sejak puluhan, bahkan ratusan tahun.

Oya, selain membuat sapu ijuk, warga juga memanfaatkan pohon aren untuk disadap dan airnya sebagai bahan baku pembuat gula merah.

Meskipun masih ada yang membuat sapu ijuk, laman Tarumpah.com menulis bahwa jumlahnya terus berkurang. Permintaan yang berkurang menjadi salah satu penyebabnya. Kenapa?

Baca juga:
Kesuksesan Riezka, Kesuksesan Es Pisang Ijo
Nurul Bikin Bisnis demi Banyak Orang

Ada saingan dari produk serupa yang proses pembuatannya menggunakan mesin modern dengan bahan sintetis, yakni plastik. Persaingan utamanya pada harga. Tentu saja yang pabrikan lebih murah ketimbang yang tradisional.

Dalam hal ini, konsumen yang memilih harga yang murah nggak bisa disalahkan. Meski begitu, tetap disayangkan bila para pengrajin sapu ijuk yang sudah ratusan tahun itu hilang lantaran kalah bersaing dengan barang pabrik. Benar, kan? (EBC/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024