Inibaru.id - Kopi menjadi komoditas menjanjikan di Indonesia. Industri ini terus berkembang dan memberikan keuntungan, terutama yang berhubungan dengan coffee shop. Belakangan, selain kedai kopi, lini bisnis perkopian yang tengah naik pamor adalah coffee roastery.
Sedikit informasi, coffee roastery adalah tempat untuk memproses biji kopi mentah (green bean) yand didapatkan langsung dari petani atau prosesor menjadi kopi sangrai (roasted bean). Kopi sangrai inilah yang nantinya didistribusikan ke coffee shop untuk dibikin jadi minuman seperti latte, espresso, dll.
Dalam bisnis kopi, roastery dan coffee shop adalah dua mata rantai yang memegang peranan yang sama-sama penting dan saling berkaitan. Muttaqin, pemilik coffee roastery asal Kabupaten Pati bilang, kenikmatan kopi buatan barista di coffee shop bahkan bergantung pada proses roasting-nya.
“Mau sejago apa pun seorang barista, kalau kopi nggak bagus, cita rasanya juga nggak akan keluar secara maksimal,” terang pemuda yang gemar bertopi tersebut kepada Inibaru.id, belum lama ini.
Muttaqin adalah seorang barista trainer yang berasal dari Desa Sidomulyo, Gunungwungkal, Kabupaten Pati. Terjun di dunia perkopian sejak 2014, lelaki yang memiliki coffee roastery cum coffee shop itu menyebutkan, menyangrai dan menyeduh adalah dua hal penting yang nggak bisa dipisahkan.
“Dalam 100 persen kenikmatan secangkir kopi, roastery punya peran 30 persen, sementara barista cuma 10 persen. Lebih dari itu adalah peran petani dan prosesor kopi,” bebernya.
Karena memiliki peran yang penting, Muttaqin menambahkan, keterampilan me-roasting kopi nggak bisa dilakukan semua orang. Menurutnya, seorang penyangrai atau roaster harus mempunyai skill dan jam terbang yang cukup tinggi.
“Skill dan jam terbang yang mumpuni sangat diperlukan agar hasil roastingan bagus serta sesuai dengan yang diinginkan,” tuturnya.
Target Pasar Lebih Luas
Berbeda dengan coffee shop yang target pasarnya adalah para penikmat kopi, target roastery jauh lebih luas, yang juga mencakup para pebisnis kopi, termasuk di dalamnya pemilik coffee shop. Selain itu, Muttaqin mengungkapkan, dia juga menyasar para penikmat yang suka bikin kopi rumahan sendiri.
"Target utama adalah kedai kopi. Selain itu juga penikmat kopi rumahan yang memilih beli roasted bean dari roastery secara langsung," kata dia.
Luasnya cakupan pasar roastery diakui Muttaqin menjadi berkah tersendiri untuknya. Menurut dia, menggeluti bisnis coffee roastery sangatlah menguntungkan. Sebagai gambaran, dia bisa meraih omzet mencapai lebih dari Rp2 juta per hari lewat bisnis ini.
"Modal awal saya dulu Rp500 ribu, berjuang mengembangkan coffee roastery sejak 2014. Sekarang dalam sehari bisa roasting biji kopi sampai 250 kilogram," beber Muttaqin. "Tinggal dikalikan saja dengan jasa roasting dan grinding (giling) kopi sebesar Rp9.000 per kilogram."
Lebih lanjut, Muttaqin menjelaskan, untuk saat ini keuntungan bersih bisnis roastery masih lebih besar ketimbang coffee shop miliknya yang sehari-hari rata-rata meraih pendapatan kotor pada kisaran Rp2-3 juta.
“Untuk penghasilan bersih setelah dikurangi ongkos tenaga dan operasional, keuntungan coffee roastery bisa sampai 70-80 persen. Sementara, keuntungan coffee shop berkisar antara 50-60 persen saja,” akunya.
Hm, terdengar menggiurkan, bukan? Namun demikian, Muttaqin nggak menampik bahwa bisnis roastery juga cukup tricky. Selama bertahun-tahun menjalani usaha ini, dia mengaku sudah ada beberapa kendala yang dihadapinya.
“Selain itu, biaya listrik dan perawatan mesin roasting juga perlu bujet tinggi, lo!” tandasnya, diikuti tawa yang berderai.
Bisnis yang menarik ya, Millens? Namun, untuk mencapai level yang sama dengan Muttaqin, agaknya butuh skill dan jam terbang yang mumpuni, ya? Yuk, bisa, yuk! (Rizki Arganingsih/E03)