BerandaPasar Kreatif
Selasa, 26 Sep 2022 13:51

Ramai-Ramai Jadi Pebisnis Bougenville Langka

Banyak warga Desa Tunjungan yang berbisnis budidaya bougenville. (Davesgarden via 99)

Banyak warga Desa Tunjungan yang melakoni bisnis budidaya bougenville. Omzet yang bisa mereka raup mencapai puluhan juta Rupiah.

Inibaru.id – Jika main ke Desa Tunjungan, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, kamu bakal takjub dengan berbagai varian bougenville di sana. Bunga-bunga cantik ini bukan cuma untuk menghiasi halaman rumah, tapi dibudidayakan.

Paling nggak, ada 17 warga anggota Pokdarwis Desa Tunjungan yang menjadi pengusaha budidaya bunga kertas ini. Jumlah ini meningkat pesat dari yang awalnya hanya satu orang.

Melansir Kompas (24/9/2022), omzet dari bisnis ini bervariasi. Bahkan ada warga yang bisa meraup Rp 50 juta!

Kini, budidaya bougenville ini menjadi bisnis bersama warga dan dinaungi Pokdarwis Desa Tunjungan. Dengan begitu, para pengusaha lebih mudah dalam melakukan pendistribusian dan penjualan.

Impor Bougenville Langka

Di sini tersedia berbagai ID bougenville impor. (Kompas/Bayu Apriliano)

Bougenville yang tersedia di Desa Tunjungan juga sangat bervariasi. Ada yang merupakan varian lokal. Tapi nggak sedikit pula varian impor. Hal ini membuatmu bisa menemukan bougenville yang masih langka di Indonesia.

"Kami memiliki jenis bunga bougenville sebanyak 100 sampai 200 jenis atau biasa disebut dengan ID (identity), baik lokal maupun impor," kata Suyono, Ketua Pokdarwis Desa Tunjungan, saat ditemui di kebun bunga miliknya.

Harga bougenville yang tersedia juga bervariasi, tergantung ID dan besar kecilnya batang. Bougenville di sini dibanderol mulai Rp 25 ribu, Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu. Tapi ada ID jenis Kayata India dan Citra stripe yang harganya mencapai Rp 250 ribu meski ukurannya hanya sekitar dua jengkal tangan.

Suyono membeberkan, jenis bogenvile impor koleksi warga desanya berasal dari berbagai daerah hingga mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Hawaii dan India. Adapun, varian bunga-bunga dari mancanegara itulah yang harganya cukup menjanjikan karena masih langka di Indonesia.

"Yang membedakan harga bougenville adalah jenis daun, jenis batang dan jenis bunga serta kesulitan dalam pengolahan produksi (budidaya)," katanya.

Manfaat nonekonomi dari bisnis ini juga mulai terlihat. Kata Suyono, dengan adanya kelompok ini, warga yang berbisnis bunga bougenville saling mengisi dan mengedukasi. Mereka bahkan nggak segan membantu warga lain yang pengin merintis bisnis ini.

"Ini menjadikan warga kami rukun dan lebih produktif dalam bekerja," lanjut Suyono.

Pemasaran bougenville nggak hanya di Purworejo, tapi juga menjamah berbagai kota dan provinsi se-Indonesia. Untuk melebarkan pasar, Pokdarwis Desa Tunjungan juga merambah ke pasar daring.

Beberapa ID bougenville yang dibudidayakan warga Desa Tunjungan yaitu black maria, SJ mini, fatimah, selendang sutera ungu, ekor musang putih, ekor musang merah dan merah muda, bengawan solo, es krim, SJ buterfly, dan berbagai ID lainnya.

Salah seorang anggota Pokdarwis Desa Tunjungan, Fajar Pratama mengungkap sebab pihaknya memilih budidaya tanaman bougenville. Kata dia, harga bougenville relatif stabil dan perawatannya juga cukup mudah. Hal ini membuat bunga ini disukai banyak kalangan.

"Harganya stabil dan perawatan yang mudah, jadi tidak banyak memakan waktu," imbuh Fajar.

Wah, hebat juga ya ide Pokdarwis Desa Tunjungan yang menjadikan bougenville sebagai bisnis bersama. Kita-kira, kamu terinspirasi untuk merintis bisnis serupa nggak nih, Millens? (Siti Zumrokhatun/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024