BerandaPasar Kreatif
Rabu, 7 Jun 2022 17:00

Kopi Babah Kacamata Ganti Kemasan; Ciri Khas Tetap Dipertahankan

Kopi Babah Kacamata tetap mempertahankan ciri khasnya dengan memakai kemasan plastik bening bersablon yang ujungnya diikat tali karet. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Untuk alasan pemasaran, Kopi Babah Kacamata mencoba ganti kemasan. Namun, ciri khas yang menjadi daya tarik kopi legendaris asal Salatiga tersebut tetap dipertahankan.

Inibaru.id – Satu atau dua dekade lalu, kemasan kopi mungkin nggak akan memengaruhi penjualan. Namun, sejak kopi menjamah kafe, mal, dan kedai modern yang disandingkan dengan camilan kekinian dan musik kiwari, packaging pun mulai menjadi perhatian penjual kopi, nggak terkecuali Babah Kacamata.

Oya, perlu kamu tahu, Babah Kacamata merupakan salah satu jenama kopi legendaris di Salatiga yang telah berdiri sejak 1965. Salah seorang pemiliknya saat ini adalah Astana, putra bungsu dari Warsono, pendiri pabrik kopi yang berlokasi di Jalan Kalinyamat Kecamatan Tingkir tersebut.

Astana yang ditemui Inibaru.id di tokonya belum lama ini mengungkapkan, dia dan kakaknya yang mewarisi usaha kopi tersebut selalu berusaha menyesuaikan zaman, salah satunya dengan modernisasi pengemasan. Hal itu dilakukan agar para pelanggan mereka punya banyak pilihan.

"Pengemasan kami lumayan variatif. Ada versi orisinal, yakni kemasan plastik bening yang diikat tali karet atau rafia; ada juga kemasan satuan (saset) dan plastik yang dimasukkan dalam kardus eksklusif.

Kopi Babah Kacamata didapuk sebagai salah satu warisan kuliner legendaris Salatiga. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Pengemasan ini, lanjut dia, jauh berbeda dengan yang dilakukan orang tuanya dulu. Menurut penurutan Astana, semasa Warsono masih hidup, kopi Babah Kacamata hanya dijual dalam kemasan plastik bening yang diikat karet agar nggak tumpah.

"Bahkan, zaman masih diedarkan ke warung-warung, kemasan kopi nggak pakai nama," kenang bungsu dari lima bersaudara tersebut, lalu tersenyum. "Sekarang mending, bungkusnya sudah dilabeli Babah Kacamata, disablon."

Namun, mungkin lantaran sebagian besar peminatnya merupakan pelanggan lama atau tertarik karena predikat "legendaris" Kopi Babah Kacamata, Astana mengaku hingga kini produk yang paling laku justru kopi dalam kemasan plastik bertali karet.

"Kesan zadul atau orisinal itulah yang barangkali paling menarik minat para pembeli," simpulnya.

Mempertahankan Ciri Khas 

Bangunan berwarna kuning di bilangan Pasar Raya Salatiga menjadi ciri khas toko Kopi Babah Kacamata. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Kendati mencoba memodernisasi kemasan, Astana mengaku nggak pengin mengubah apa yang sudah dikenal masyarakat. Dia berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankan ciri khas yang melekat pada Babah Kacamata, salah satunya terkait produk yang mereka jual.

Hingga kini, dia menjelaskan, Babah Kacamata hanya menjual kopi robusta dengan dua tipe penyajian, yakni roasted bean (biji sangrai) dan grounded bean (kopi bubuk). Kedua tipe tersebut dibanderol dengan harga yang sama.

“Harga per kilogram Rp 80 ribu. Setengahnya ya Rp 40 ribu,” terang Astana di sela-sela kesibukannya menjawab chat dari seorang pelanggan di gawainya.

Untuk pembelian, Astana mengatakan, para pelanggan umumnya datang langsung ke tokonya yang berlokasi nggak jauh dari Pasar Raya Salatiga. Dia buka dari pagi sekitar pukul 08.00 hingga malam, biasanya pukul 21.00 WIB.

“Minimal pembelian kopi 100 gram, seharga Rp 9.000 saja," kata lelaki yang mengaku saban hari bisa menyangrai 50 kilogram biji kopi dan pasti ludes terjual tersebut.

Astana menyarankan, Kopi Babah Kacamata paling pas disajikan dengan metode pour over alias tubruk. Selain dikonsumsi perorangan, kopi ini juga menjadi langganan coffee shop serta angkringan di Salatiga dan sekitarnya.

Jadi, kalau kamu kebetulan pernah ngopi di kedai kopi di Salatiga, bisa jadi yang kamu sesap adalah produk Babah Kacamata. Keren kan, Millens? (Kharisma Ghana Tawakal/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: