BerandaPasar Kreatif
Kamis, 31 Mar 2021 20:09

Di Negeri Agraris Ini, Profesi Petani Bakal Musnah Empat Dekade Mendatang

Ilustrasi: Pada 2063, diperkirakan nggak ada lagi petani di Indonesia. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Bappenas memprediksi nggak ada lagi petani di Indonesia dalam empat dekade mendatang atau tepatnya pada 2063. Hal ini tentu sangat ironis mengingat kita sempat berjuluk negeri agraris.

Inibaru.id – Empat dekade mendatang, kamu yang sekarang baru mengenyam bangku kuliah mungkin tengah mempersiapkan pensiun. Kamu sudah sangat mapan, anakmu sudah mentas, dan bisa lebih bernapas lega menyongsong hari tua.

Sayangnya, pada saat bersamaan kamu mungkin tengah dihadapkan pada kelangkaan bahan pangan dan harus "berperang" untuk segenggam beras. Bukan karena kamu nggak mampu beli beras, tapi karena nggak ada lagi petani yang memproduksi padi.

Yap, kelangkaan bahan pangan memang telah diprediksi banyak orang. Ini bisa dilihat sekarang, dengan semakin jarangnya generasi muda yang berminat jadi petani. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bahkan memprediksi, petani bakal jadi profesi yang hilang pada 2063.

Hal itu diungkapkan Plt Direktur Pembangunan Daerah Kementerian PPN/Bappenas Mia Amalia pada 23 Maret 2021. “Mungkin pada 2063 tidak ada lagi yang berprofesi sebagai petani,” kata dia.

Saat itu, mungkin kenangan bahwa Indonesia pernah menjadi negeri agraris sudah nggak berbekas. Padahal, perlu kamu tahu, petani pernah menjadi profesi yang cukup diminati di negeri ini dengan presentase mencapai 65,8 persen dari total populasi pada 1976.

Gimana sekarang? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah petani yang tersisa di Indonesia pada 2019 hanya tersisa 28 persen. Angka ini tentu saja bakal terus berkurang, alih-alih bertambah. Penyebabnya? Ada banyak faktor mengapa jumlah petani menurun drastis di Indonesia.

Penyebab Jumlah Petani Menurun Drastis

Ada banyak faktor yang membuat generasi muda enggan bertani. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Tanpa data statistik sekali pun, siapa saja bisa melihat bahwa jumlah petani memang berkurang dari hari ke hari. Profesi itu memang nggak cukup "seksi" dan agaknya hampir nggak ada yang meminati saat ini. Tentu saja, hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor. Apa saja?

1. Bukan Profesi Menjanjikan

Pernahkah kamu bercita-cita menjadi petani? Kalau kamu tanyakan cita-cita ini ke teman kampusmu, mungkin nggak ada satu persen yang mengiyakan. Faktanya, petani bukan profesi menjanjikan dan banyak anak muda yang lebih meminati sektor selain pertanian sebagai penghidupan.

Sebagai contoh, pekerja di sektor jasa yang pada 1976 sebesar 23,57 persen pada 1976 menjadi 48,9 persen pada 2019. Alasan kenaikan jumlah ini sederhana; bayaran di sektor jasa lebih menjanjikan ketimbang menjadi petani.

2. Berkurangnya Lahan

Alasan lain yang membuat jumlah petani semakin berkurang adalah berkurangnya lahan hijau. Ladang dan sawah potensial nggak sedikit yang berubah menjadi perumahan, pabrik, kebun sawit, dan lain-lain, lantaran petani tergiur memperoleh easy money yang besar dengan menjual lahannya.

Alih fungsi lahan ini tentu saja nggak murni kesalahan petani. Regulasi yang kurang oke terhadap alih fungsi tersebut, anggapan bahwa menjadi petani nggak menjanjikan kekayaan, dan keinginan petani untuk mengubah nasib menjadi beberapa hal yang membuat petani merelakan lahannya dimiliki orang.

3. Perubahan Iklim

Petani adalah profesi yang berisiko; ini adalah fakta! Nggak cuma terhimpit regulasi yang buruk dan harga jual yang rendah, mereka juga terkendala perubahan iklim. Cuaca yang semakin sulit diprediksi memengaruhi cara menanam, sehingga bertani pun jadi semakin sulit dilakukan.

Dengan risiko sebesar itu, siapa yang bakal mempertaruhkan masa depan kita dengan memilih profesi sebagai petani?

Data Food Sustainability Index yang dikeluarkan tim Economist EIU dan Barilla Center for Food and Nutrition membuktikan bahwa Indonesia hanya ada di peringkat ke-60 dalam bidang keberlangsungan sistem pangan. Angka ini jauh di bawah Etiopia yang ada peringkat ke-27.

Kamu tentu tahu, dulu kita mengenal Etiopia sebagai negara yang mengalami masalah pangan yang sangat parah, bukan? Ehm, kuilah bahwa kita bukan lagi negara agraris dan nggak perlu lagi berkoar-koar dengan slogan itu. Tanah kita nggak lagi subur, Tuan!

Kendati pertanian modern mulai banyak diaplikasikan di negeri ini, tanpa lahan yang cukup dan regulasi yang baik, sampai kapan pun petani nggak akan jadi profesi yang menjanjikan. Maka, bersiaplah menua dengan kesulitan pangan, kecuali ada keajaiban pada tahun-tahun mendatang! (Vic/IB09/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Sebaiknya Pilih Kursi Kanan atau Kiri saat Naik Pesawat?

25 Feb 2025

Menyambut Ramadan dengan Perang Air 'Bajong Banyu' di Magelang

25 Feb 2025

Ada Paket Tur di Jepang yang Membuatmu Merasakan Keseruan Menyerok Salju!

25 Feb 2025

Antara Inovasi Kimia Hijau dan Produk Kosmetik yang Kita Boikot

25 Feb 2025

Mulai Memikirkan Dana Pensiun Sejak Sebelum Menikah, Why Not?

25 Feb 2025

Melestarikan Tradisi Bancakan, Menjaga Momen Kebersamaan di Desa Jungpasir

25 Feb 2025

Detail Perkara Dugaan Korupsi Pertamina, Minyak Setara Pertalite Dioplos jadi Pertamax!

25 Feb 2025

Kontribusi Santri, Berlatih Usaha Boga dan Barista agar Bisa Buka Lapangan Kerja

25 Feb 2025

Ketika Ribuan Paha Ayam Tersaji dalam Tradisi Sewu Sempol Kudus

26 Feb 2025

Menguji Kepercayaan Publik terhadap Produk Pertamina di Tengah Kasus 'Pertamax Oplosan'

26 Feb 2025

Ruas Jalan Rusak, Ombudsman Minta Pemprov Jateng Segera Perbaiki

26 Feb 2025

Rekap Operasi Keselamatan Candi 2025: Ada 59.776 Pelanggaran

26 Feb 2025

'Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati' dan Alasan Sederhana untuk Bertahan Hidup

26 Feb 2025

Harga Santan yang Mengganggu Gurihnya Suasana Ramadan

26 Feb 2025

Mudik Nyaman dengan Kereta Api; Daop 4 Semarang Siapkan 535 Ribu Kursi

26 Feb 2025

Mengapa Ketika Remaja Semakin Irit Bicara kepada Orang Tua?

26 Feb 2025

Checklist Persiapan Ramadan: Fisik, Mental, dan Spiritual

27 Feb 2025

Memaknai Kirab Dugderan, Tradisi Penanda Ramadan di Semarang yang Akan Digelar Jumat

27 Feb 2025

Peci Kang Santri Kudus; Jelang Ramadan, Orderan Naik Terus

27 Feb 2025

Di Jepang, Ada Gunung yang Tingginya Hanya 6,1 Meter!

27 Feb 2025