BerandaPasar Kreatif
Jumat, 2 Des 2021 15:30

Burung-Burung Free Fly, Terbang Bebas Tanpa Jeruji Pembatas

Ketua Lovebird Parkit Free Flight Semarang (LPFS) Aris Roso Setiadi bersama burung-burung free fly miliknya. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Memelihara burung nggak harus mengekang, karena beberapa di antara mereka tetap bisa dibiarkan terbang bebas tanpa jeruji pembatas yang kini kebih dikenal dengan istilah burung free fly.

Inibaru.id - Burung adalah binatang bersayap yang secara alami bisa terbang. Sayangnya, mereka acap dipiara dengan dikurung. Padahal, beberapa jenis burung bisa dilatih menjadi piaraan jinak yang nggak akan meninggalkan pemiliknya kendati dibiarkan terbang bebas tanpa dikekang atau dikurung.

Cara "menikmati" keindahan burung dengan membiarkan mereka terbang bebas ini dikenal dengan istilah free fly. Mereka dibiarkan terbang di alam terbuka, tapi sebelumnya dilatih agar mengenali dan mau kembali saat dipanggil namanya atau mendengar suara tertentu dari sang pemilik.

Di Kota Semarang, ada satu komunitas pencinta burung free fly yang belum lama ini saya jumpai tengah ngumpul di kawasan wisata Brown Canyon, Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang. Mereka mendaku diri sebagai Lovebird Parkit Free Flight Semarang (LPFS).

Komunitas yang berdiri pada 2019 lalu itu memang menjadikan Brown Canyon sebagai titik kumpul. Lokawisata yang merupakan bekas tambang Galian C sengaja dipilih karena lokasinya luas dan terdiri atas tebing-tebing tinggi. Perjumpaan dilakukan dua kali seminggu untuk sharing dan latihan free fly.

Mayoritas Paruh Bengkok

Burung-burung free fly yang ada di dalam sangkar. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Menyambangi kumpulan rutin LPFS pada Minggu (28/11/2021), saya melihat hampir semua anggota membawa burung mereka masing-masing. Mayoritas burung piaraan itu adalah jenis burung paruh bengkok. Beberapa di antaranya adalah jenis parkit, lovebird. nuri, dan kakatua.

Namun begitu, Ketua LPFS Aris Reso Setiadi menampik anggapan bahwa burung free fly haruslah jenis paruh bengkok. Menurutnya, kendati paruh bengkok menjadi jenis burung paling lazim untuk free fly, sebagian jenis paruh lurus juga bisa dilatih.

"Ada juga burung paruh lurus, walau sedikit," tutur pemuda yang kerap mengenakan topi itu. "Misal, burung kekep babi dan swallow.”

Lebih jauh, sosok yang juga merupakan pencetus LPFS tersebut juga mengiyakan bahwa sebagian anggota LPFS memilih burung paruh bengkok sebagai jagoan mereka karena dianggap paling mudah dilatih free fly. Namun, untuk jenisnya bisa sangat beragam.

Oya, selain burung dan kandang, sebagian besar anggota juga biasa membawa peluit yang dikalungkan di leher untuk memanggil burung kembali. Mereka juga biasa menenteng spet atau suntikan besar berisikan pakan burung bertekstur seperti bubur sebagai reward sekaligus isi ulang energi.

Risiko Kehilangan

Burung free fly jenis kakatua (kanan) dan nuri bayan (kiri) milik dua anggota LPFS. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Menjadikan free fly sebagai hobi bukannya tanpa risiko. Kemungkinan terbesar yang bisa terjadi tentu saja adalah burung yang nggak kembali saat dilepaskan dari sangkar. Para anggota LPFS menyebutnya dengan istilah "escape".

"Nah, komunitas ini dibuat agar para anggotanya mau saling membantu saat ada burung yang escape saat diterbangkan," kata Aris.

Bersama teman-teman, dia mengaku bakal berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan burung-burung anggota yang hilang. Khusus untuk burung-burung mahal, dia juga memberi saran agar mereka pasang GPS.

"Ya, tapi kalau sudah benar-benar hilang saya minta mereka ikhlaskan, karena habitat asli burung memang di alam bebas,” kelakar dia sembari memberi makan burung-burung yang dibawanya.

Kehilangan Burung Ratusan Juta

Untung sedang memberi makan burung free fly harlequin macaw miliknya. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Sedang asyik menikmati kelincahan burung-burung molek yang dibiarkan bebas di Brown Canyon, seluruh anggota LPFS dikejutkan dengan insiden hilangnya satu burung anggota. Burung bayan kepunyaan salah seorang anggota bernama Untung itu escape setelah mengejar seekor burung liar.

Suasana pun heboh seketika karena yang hilang adalah jenis harlequin macaw yang harganya selangit. Beruntung, burung bernama Marco itu bisa kembali ke tangan sang pemilik setelah dikejar memakai dua sepeda motor. Saat ditemukan, Marco tengah berjalan santai di tanah bagian lereng agak ke bawah.

“Saat melihat burung sudah terbang agak jauh, pemilik seharusnya sigap untuk segera memanggil atau meniup peluit agar burung segera kembali,” tegas Aris begitu insiden kehilangan burung itu berhasil diatasi.

Risiko kehilangan burung, lanjutnya, bisa ditanggulangi salah satunya dengan meminimalisasi kelalaian-kelalaian dalam mengawasi burung free fly kepunyaannya sendiri. Para anggota juga harus segera tanggap kalau ada burung yang hilang. Terakhir, tentu saja dengan memasang GPS.

Ratusan Ribu hingga Ratusan Juta

GPS yang diikatkan pada kaki burung free fly akan memudahkan pemilik mengetahui keberadaan burung jika terbang terlalu jauh atau hilang. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Untung mengaku lega begitu Marco bisa kembali ke tangannya karena jenis burung yang dihasilkan dari persilangan antara Makaw Biru dan Emas serta Makaw Sayap Hijau itu merupakan satu-satunya burung free fly yang dimilikinya. Dia membeberkan, piaraan tersebut dibeli dengan harga Rp 150 juta.

Di kalangan pencinta burung paruh bengkok, burung makaw, terkhusus harlequin macaw, memang jadi salah satu primadonanya. Untung mengatakan, saat kali pertama belajar free fly, dia nggak serta-merta memakai makaw, tapi jenis burung yang lebih kecil, yakni parkit dan lovebird seharga Rp 100 ribu.

"Nggak mau ambil risiko, jadi pakai yang murah; nggak bikin kantong bolong kalau mati atau hilang," akunya, menyarankan.

Dari parkit Rp 100 ribuan, dia kemudian naik level ke falk, parkit Australia yang umumnya dibanderol Rp 500-an ribu. Kalau pengin upgrade, bisa beli nuri atau sun conure seharga Rp 2,5 juta. Terus, untuk level maksimal barulah jenis makaw.

Ah, sungguh menarik! Oya, gambaran dari Untung hanyalah harga kasar. Berdasarkan obrolan di LPFS, sejatinya nggak ada patokan harga yang pasti, karena semuanya tergantung kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Gimana, tertarik meminang burung-burung free fly ini juga, Millens? (Kharisma Ghana Tawakal/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: