BerandaPasar Kreatif
Kamis, 25 Okt 2023 16:06

Berkunjung ke Rumah Produksi Batik Sekar Arum Demak untuk Belajar Membatik

Batik Sekar Arum mengangkat pola desain khas batik Demak yang identik dengan warna terang. (Inibaru.id/ Ayu Sasmita)

Tertarik dengan batik khas Demak yang berwarna cerah dengan motif buah, saya mendatangi rumah produksi Batik Sekar Arum. Tidak hanya puas melihat keindahan aneka kain batik, di sana saya juga mencoba belajar membatik.

Inibaru.id - Bagaimana kita bisa melihat karakter sebuah daerah? Buat kamu penyuka fesyen bisa tahu lewat desain kain batiknya, Millens. Yap, batik di Nusantara memiliki pola desain yang beragam, bergantung pada daerah asalnya. Dari gambar-gambar batik, kita bisa tahu tentang kekayaan alam, watak masyarakat, serta nilai-nilai luhur yang dijunjung di daerah tersebut.

Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan pembatik dari Kabupaten Demak. Tak sekadar mengenali ciri khas batik daerah yang berada di sebelah timur Kota Semarang itu, kepada sang pembatik saya pun mencoba belajar membatik.

Siang itu saya mendatangi rumah produksi Batik Sekar Arum untuk berjumpa dengan pemiliknya, Khoirul Anhar. Berlokasi di Dukuh Kroya RT 3 RW 1, Desa Gebang Arum, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, lelaki 44 tahun itu menyambut saya dengan hangat.

Memasuki ruang membatik, saya menghirup aroma khas lilin atau malam yang dipanaskan. Rupanya, di sana memang sedang ada yang membatik. Tak cuma melihat proses membatik, perhatian saya juga tersita pada lembaran-lembatan kain batik khas Demak berwarna cerah, kontras, dan kebanyakan mengangkat dedaunan dan ranting tumbuhan.

Seperti batik di daerah lain yang selalu menonjolkan keragaman flora, fauna, dan bangunan ikonik, pun demikian dengan batik Demak. Motif jambu, belimbing, Masjid Agung Demak, bledeg (petir) adalah motif yang sering muncul pada batik Demak.

Nah, mengangkat kekhasan Kabupaten Demak, batik Sekar Arum menciptakan kain-kain batik dengan desain yang elegan. Perpaduan warnanya seimbang dan makin mewah dengan adanya gradasi di setiap goresan. Batik Sekar Arum juga menekankan detail-detail motif. Tidak heran sewaktu saya melihat batik-batik tersebut, pola gambarnya terasa hidup dan tidak membosankan.

"Warna gradasinya, seperti lukisan tapi diterapkan di kain batik," ujar Khoirul.

Butuh Kesabaran dan Berkali-kali Latihan

Khoirul tampak fokus mencanting di atas kain berpola. Dia bisa menghabiskan waktu selama tiga hari untuk membatik selembar kain. (Inibaru.id/ Ayu Sasmita)

Batik Sekar Arum memproduksi tiga jenis batik, yaitu batik tulis, cap, dan ecoprint. Namun, yang paling unggul dan banyak diminati pelanggan adalah batik tulis. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, saya meminta Khoirul mengajari membatik.

Sebelumnya, secara singkat dia menjelaskan tahapan dalam membatik. Dia menjelaskan bahwa ada enam tahapan yang mesti dilakukan, yaitu pencucian kain, mendesain, mencanting, pewarnaan, remekan, dan penggelontoran. Semua itu harus dilakukan dengan penuh ketelitian dan kesabaran.

Mulai melakukan proses membatik dengan lancar, akhirnya saya terhenti sejenak di proses mencanting dan mewarnai. Bagi saya yang masih pemula, ini sungguh tahapan yang sulit. Berbeda dengan Khoirul yang sudah terbiasa, kala itu dia lihai sekali membuat motif ikan koi dengan pola lekuk yang rumit dan kecil.

Proses pewarnaan batik menggunakan kuas dan cat air yang dilakukan secara manual. (Inibaru.id/ Ayu Sasmita)

"Ayo, mbak harus coba juga cara mewarnai batik tulis itu seperti apa! Nanti tak ajari," kata Basiroh (39), istri Khoirul menyemangati saya.

Momen paling mendebarkan dimulai. Saya diberi kesempatan untuk mewarnai batik motif tumbuhan. Basiroh memberi saya kuas dan cat air berwarna hijau yang siap diaplikasikan. Dia kemudian mengajari saya dan area mana saja yang boleh diwarnai.

Hhmm, kelihatannya sih sederhana. Tapi setelah mencoba, hasil pewarnaan saya malah jadi belepotan dan menyusahkan Basiroh. Saya jadi malu dan tidak enak hati.

"Tidak apa-apa mbak, nanti bisa hilang sendiri," ujar Basiroh terseyum melihat hasil pewarnaan saya.

Pasar Mancanegara

Beberapa batik tulis produksi Batik Sekar Arum yang siap dipasarkan ke dalam maupun luar negeri. (Inibaru.id/ Ayu Sasmita)

Dengan praktik langsung membuat batik, akhirnya saya tahu dan percaya bahwa untuk memproduksi selembar batik tulis itu tidak mudah dan memakan waktu yang tidak singkat. Ini pula yang menjadi alasan kenapa kain batik yang dibikin sepenuh hati oleh pengrajinnya dihargai dengan rupiah yang tinggi.

FYI, untuk sepotong kain batik tulis Sekar Arum dijual dengan harga mulai Rp350 ribu sampai Rp3 juta. Pelangannya tersebar di berbagai daerah Indonesia, di antaranya Lamongan, Medan, Jakarta, Jepara, dan lain-lain. Kebanyakan peminatnya berasal dari wilayah pantura yang menyukai warna-warna terang dan motif buah.

"Ciri khas yang benar-benar Demak, di antaranya jambu. Kalau warna lebih cenderung ke arah cerah, " ujarnya.

Tidak hanya peminat dalam negeri saja, Batik Sekar Arum juga diminati oleh turis mancanegara, seperti Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Taiwan, dan lain-lain. Basiroh mengaku, kemarin dia kedatangan tamu dari Taiwan. Seorang tetangga yang kebetulan menjadi TKW mengajak temannya dari luar negeri untuk mencoba membatik di rumah produksi batik Sekar Arum.

Menurutnya, mereka sangat terkesan sekali dengan batik khas Kota Wali itu. Bahkan, mereka ingin belajar lebih banyak tentang batik dan bisa membuatnya.

Ya, banyak sekali cerita yang saya dapatkan saat berkunjung ke rumah produksi Batik Sekar Arum. Meski belum berhasil, sejujurnya saya senang karena telah merasakan rumitnya memegang canting dan menggoreskannya di selembar kain. Mungkin saya akan lebih bersungguh-sungguh belajar membatik pada kesempatan mendatang. (Ayu Sasmita/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024