Inibaru.id – Di Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta kamu bisa menemukan sebuah museum kecil berukuran 6 x 12 meter. Museum ini adalah Samanhudi. Nama museum ini diambil dari seorang tokoh yaitu Haji Samanhudi. Dia adalah saudagar batik asal Laweyan yang mendirikan Sarekat Dagang Islam.
Di ruangan mungil itu terpajang foto-foto dan dokumen yang menceritakan kehidupan sang pendiri, catatan perkembangan Sarikat Dagang Islam, dan beberapa buku bacaan. Nggak hanya itu, Museum Samanhudi memamerkan berbagai gambar, foto, dan dokumen tentang revolusi batik.
Sebagai informasi, daerah Laweyan Surakarta dikenal sebagai salah satu sentra industri batik di Jawa Tengah. Dari masa ke masa batik di Laweyan itu mengalami perubahan meliputi ragam motif batik hingga peralatan untuk membatik. Asal kamu tahu, dinamika industri batik di Laweyan nggak bisa lepas dari Haji Samanhudi.
“Dulu itu batik adalah aset berharga orang Laweyan. Untuk penjagaan, beliau (Haji Samanhudi) mendirikan Rekso Roemekso. Kemudian organisasi itu bertambah besar menjadi Serikat Dagang Islam dan berubah nama Serikat Islam,” ungkap Pemandu Wisata Kampung Sondakan, Aziz Okta sebagaimana dikutip dari Eduwara, Kamis (6/10/2022).
Saat itu, tujuan Samanhudi mendirikan Sarikat Dagang Islam sebenarnya untuk menyatukan para saudagar batik muslim bumiputra yang ada di Laweyan untuk menghadapi Belanda yang pengaruhnya semakin kuat pada keraton. Bisa dibilang, Sarekat Dagang Islam menjadi simbol para pedagang batik di Laweyan atas kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-wenang.
Salah satu kontribusi besar Haji Samanhudi dalam perkembangan batik di Laweyan adalah mempopulerkan batik cap. Berawal dari satu sapu tangan kecil, batik cap kemudian diaplikasikan pada kain berukuran tiga meter.
Untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa perjuangan yang telah dia berikan kepada bangsa ini, Samanhudi dianugerahi gelar pahlawan Kemerdekan Indonesia yang disampaikan oleh Presiden Soekarno kepada salah seorang putra Haji Samanhudi. Nggak cukup, kepada keluarganya juga dihadiahi sebuah rumah di Kampung Belukan Pajang pada 1962.
Omong-omong ya, dikutip dari Kelurahan Sondakan, Kamis (6/10/2022), pada awalnya museum ini didirikan oleh Yayasan Warna Warni Indonesia di Kelurahan Laweyan pada 23 Agustus 2008. Sempat mangkrak, Kelompok Dasar Wisata (Pokdarwis) Sondakan kemudian memindahkan museum beserta koleksi seizin pendiri yayasan, Nina Akbar Tandjung dan dibuka kembali pada 18 Mei 2012.
Kalau kamu tertarik berkunjung ke museum ini dan mengenal lebih dekat peninggalan sejarah di Kota Solo, kamu bisa mengunjungi Museum Samanhudi yang buka setiap hari, mulai pukul 08.00 – 17.00 WIB.
Jadi, kapan nih kita main ke Surakarta berkunjung ke Museum Samanhudi, Millens? (Fatkha Karinda Putri/E05)