BerandaKulinary
Senin, 25 Des 2022 11:08

Tengkleng Solo, Sajian Lezat Meski Hanya dari Tulang Kambing

Tengkleng, kuliner khas dari Solo yang terdiri atas tulang dan jeroan kambing dengan kuah gulai. (Primarasa)

Salah satu makanan yang terbuat dari daging kambing adalah tengkleng Solo. Namun, bahan baku tengkleng bukan daging melainkan tulang kambing.

Inibaru.id - Saat mendatangi pesta pernikahan di Kota Solo dan beberapa kota di Jawa, pernahkah kamu menjumpai menu tengkleng dalam deretan makanan yang disajikan untuk tamu? Dalam pesta hajatan, biasanya berkonsep prasmanan, makanan satu ini selalu mempunyai banyak penggemar, nggak kalah dengan menu bakso, soto, dan gulai.

Tengkleng adalah makanan yang terdiri atas tulang dan organ-organ dalam kambing seperti hati, babat, dan otak. Biasanya otak akan dibungkus daun biar nggak hancur saat dimasak bareng tulang. Tulang dan bagian-bagian dalam kambing itu dimasak dengan bumbu gulai.

Semakin lama direbus, kaldu atau ekstrak dari tulang kambing akan keluar sehingga membuat rasa tengkleng makin sedap. (Cairofood)

Jika kamu pencinta tengkleng, pastilah paham puncak kenikmatan dari menyantap hidangan ini adalah menyesap kuah gulai dari sela-sela tulang kambing. Kalau beruntung, kamu akan menemukan daging, otot, sumsum, dan lemak yang menempel di tulang.

Meski hanya tulang dan jeroan di dalamnya, proses memasak tengkleng membutuhkan waktu yang sama lamanya dengan gulai. Bahan-bahan tersebut direbus terus-menerus hingga ekstrak tulang keluar. Makin lama direbus, rasa tengkleng akan semakin gurih. Kamu nggak akan mendapati bau amis karena bumbu gulai—yang meliputi jahe, kunyit, serai, daun jeruk, lengkuas, kayu manis, daun salam, cengkih, bawang merah, bawang putih, kemiri, pala , dan kelapa—itu telah menghilangkannya.

Lahir dari Kesengsaraan Rakyat

Nama tengkleng diambil dari bunyi yang ditimbulkan saat tulang kambing diletakkan pada piring gembreng atau seng. (Pinterest)

Nah, sebuah fakta menarik, tengkleng yang sering kali kamu dapati di meja prasmanan itu dulunya merupakan makanan kaum jelata pada masa penjajahan. Karena nggak mampu membeli daging kambing, rakyat Solo yang hidup sengsara itu hanya bisa mendapatkan bagian-bagian nggak terpakai dari kambing yaitu tulang dan jeroan. FYI, kala itu daging hanya dihidangkan kepada orang-orang Belanda dan kalangan priyayi.

Untuk bertahan hidup, rakyat miskin harus memutar otak dan berkreasi dengan “limbah” tersebut. Akhirnya, terciptalah sebuah sajian lezat yang mengenyangkan perut bernama tengkleng.

Nama tengkleng pun ada asal-usulnya, lo. Piring masyarakat miskin pada zaman itu kebanyakan terbuat dari gembreng atau seng. Tulang-tulang kambing yang ditempatkan pada piring itu tentunya bakal menimbulkan bunyi semacam kleng-kleng-kleng. Oleh sebab itu, hidangan yang lahir dari kesengsaraan rakyat itu dinamakan tengkleng.

Nggak nyangka makanan yang sekarang dijual dengan harga cenderung mahal itu dulunya bukan hidangan mewah ya, Millens? Tengkleng nggak lagi disajikan di piring seng melainkan di mangkok lengkap dengan taburan bawang goreng dan nasi hangat. Rasanya yang enak dan cara makannya yang “menantang” mungkin menjadikan tengkleng tetap eksis sampai sekarang.

Kamu jadi kangen makan tengkleng nggak? Tapi ingat, makanan tinggi kolesterol ini nggak untuk dimakan tiap hari, lo. (Kom/IB20/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024