BerandaKulinary
Kamis, 10 Feb 2021 18:17

Sama-Sama Lengket, tapi Dodol Bukanlah Jenang, Apa Bedanya?

Bentuk dan rasanya mirip, seperti apa sih beda antara dodol dan jenang? (Twitter/Wahyuukh00)

Tekstur, rasa, dan bentuknya mirip, sama-sama lengket pula. Namun, dodol bukanlah jenang. Kendati terlihat mirip, kedua penganan khas Indonesia bercita rasa manis itu rupanya terbuat dari bahan yang berbeda.

Inibaru.id – Dodol dan jenang dikenal sebagai dua jenis jajanan tradisional yang masih bisa dengan mudah ditemukan di Indonesia. Dodol biasanya ditemukan di wilayah Jawa Barat. Sementara, jenang lebih dikenal di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Bentuk dan rasa kedua makanan bercita rasa manis itu memang hampir mirip. Karenanya, nggak sedikit orang yang keliru menyebut jenang dengan dodol atau sebaliknya. Padahal, kedua penganan tradisional itu punya perbedaan yang cukup signifikan, lo.

Dodol adalah penganan khas Garut, Jawa Barat. Saking terkenalnya, kamu bakal dianggap belum ke Garut kalau belum makan atau bawa oleh-oleh ini. Hal sama juga berlaku untuk jenang, khususnya kalau kamu ke Kudus, Jawa Tengah.

Jenang memang menjadi oleh-oleh wajib di Kota Kretek itu. Bentuk jenang Kudus mirip dengan dodol. Inilah yang membuat orang sulit membedakan antara jenang dan dodol atau menganggap keduanya sama saja.

Oya, selain Kudus, jenang juga dikenal di kota-kota lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kendati bercita rasa hampir sama, masing-masing kota memiliki ciri khasnya sendiri, baik dalam segi bentuk atau bahan tambahannya.

Sebelum menjadi oleh-oleh khas Garut, dodol sejatinya merupakan penganan manis yang hampir selalu disajikan pada gelaran hajatan, misalnya prosesi pernikahan. Laiknya wajik untuk orang Jawa, masyarakat Betawi menjadikan dodol sebagai salah satu penganan wajib untuk seserahan pihak lelaki.

Dodol khas Garut kini jadi oleh-oleh khas dari daerah tersebut. (Twitter/9098xx)

Biasanya dodol dibuat dari tepung beras. Namun, ada pula dodol Kandangan khas Kalimantan Selatan yang terbuat dari tepung ketan yang dicampur gula merah dan santan.

Kendati dodol dikenal di banyak wilayah di Indonesia, orang selalu menganggap bahwa dodol adalah makanan khas Garut. Tentu saja ini bukan tanpa alasan, karena dodol Garut memang punya sejarah yang panjang.

Dodol diyakini mulai dikembangkan di Garut oleh Karsinah pada 1926. Awalnya, bahan-bahan yang dipakai sangat sederhana, yakni tepung beras ketan, gula pasir, susu, dan kelapa. Racikan Karsinah yang sederhana ini membuat dodol Garut bisa bertahan selama tiga bulan tanpa bahan pengawet.

Berbeda dengan dodol, sebagian besar jenang berbahan dasar tepung ketan. Jenang Kudus berbentuk lonjong seukuran jari laiknya dodol, tapi lebih lembek, basah, dan berminya. Kendati begitu, ada pula yang dijual lempengan yang untuk membeli harus diiris seperti jenang Solo dan Semarang.

Jenang sudah ada sejak kerajaan Hindu Budha berkuasa di Jawa. (Twitter/mintgreenEK)

Saat ini, Kudus dikenal sebagai Kota Jenang. Namun begitu, konon jenang sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu berkembang di Jawa. Bentuknya mirip jenang Solo. Sebagian jenang terbuat dari beras putih, tapi ada juga yang berbahan beras ketan.

Di Jawa, jenang juga menjadi bagian penting dalam berbagai berbagai acara tradisional, mulai dari pernikahan, selamatan bayi, hingga kematian. Masyarakat jawa menganggap jenang sebagai simbol doa, harapan, sekaligus rasa syukur kepada Sang Pencipta.

Selain jenang lempengan, yang juga disebut jenang iris, masyarakat Jawa juga mengenal jenang sumsum, jenang procotan, jenang abang, jenang ireng, serta jenang grendul. Beberapa nama terakhir sebetulnya lebih mirip bubur kental. Bahkan, penyajiannya pun ditaruh mangkok, lalu disendok.

Nah, nah, jadi ngiler kan? Di tempatmu ada makanan tradisional yang sama-sama lengket kayak dodol dan jenang ini nggak, Millens? (Sol/IB09/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: