BerandaKulinary
Senin, 14 Mar 2021 12:00

Produk Pangan Transgenik, Hasil Rekayasa Genetika yang Dianggap Berbahaya, Benar atau Salah?

Tanaman hasil rekayasa genetik atau tanaman GMO sering dianggap berbahaya. (Flickr/ Paul Sableman)

Genetically Modified Organism (GMO) atau produk pangan transgenik yang berasal dari tanaman hasil rekayasa genetika kerap dianggap berbahaya. Pelbagai penolakan produk-produk ini juga marak terjadi, khususnya di Amerika dan Eropa. Namun, benarkah produk yang sejatinya ada di sekitar kita ini berbahaya?

Inibaru.id – Tanaman hasil rekayasa genetik atau genetically modified organism (GMO) masih jadi perdebatan banyak orang di seluruh dunia hingga kini. Di AS, aktor dari benih dan produk pangan transgenik itu diperankan perusahaan agrukultur multinasional Monsanto, yang belum lama ini dicaplok Bayer dari Jerman.

Selama ini, Monsanto dianggap sebagai tokoh jahat dalam usaha manusia memeroleh makanan sehat. Bahkan, dalam beberapa kesempatan terakhir, Bayer yang sekarang membawahi Monsanto, beberapa kali harus membayar ganti rugi lantaran kalah di pengadilan, untuk kasus kesehatan yang disebabkan Monsanto.

Citra buruk Monsanto ini berkebalikan dengan Dupont, perusahaan agrikultur dan nutrisi lain, yang juga punya andil dalam merekayasa produk pangan. Bayer yang disinyalir mengeluarkan produk transgenik juga tetap punya nama baik di Jerman, negara yang sebagian warganya menolak Monsanto.

Nggak hanya di Amerika dan Eropa, sejumlah orang Indonesia pun telah mati-matian menolak GMO. Bahkan, beberapa di antara mereka terlibat dalam aksi menolak GMO atau produk transgenik tersebut. Namun, benarkah produk hasil rekayasa genetika ini benar-benar buruk?

Fakta-Fakta Produk Transgenik

Modifikasi genetik, apakah sama dengan mutasi genetik? (Financialtribune)

Ada yang menyebut tanaman-tanaman hasil modifikasi genetika berbahaya untuk dikonsumsi. Namun, banyak pula orang yang menyebut tanaman ini sudah aman dan bisa memberikan manfaat jika dikonsumsi. Lantas, mana yang benar?

1. Kesalahan Definisi

Konon, kemunculan anggapan GMO sebagai produk berbahaya berawal dari kesalahan definisi tanaman ini, yang membuatnya diartikan sebagai mutasi genetik. Padahal, yang benar adalah modifikasi genetik.

Kata “mutasi” inilah yang dianggap sebagai hal yang berbahaya. Faktanya, sebelum ada teknologi modern pun, manusia sudah melakukan modifikasi genetik pada tanaman, salah satu bentuk rekayasa itu adalah kawin silang.

2. Telah Dilakukan Sejak Lama

Jagung, misalnya, hampir semua jenis yang kita konsumsi saat ini adalah tanaman hasil rekayasa genetika. Tanaman ini adalah hasil modifikasi dari tanaman liar teosinte. Kalau memang semua produk transgenik berbahaya, harusnya jagung nggak boleh dikonsumsi, bukan?

3. Meningkatkan Hasil

Sejatinya, motif utama manusia memodifikasi tanaman adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panennya. Sampai di sini, tujuan tersebut tentu saja mulia karena akan menghemat waktu, tenaga, dan biaya, termasuk lahan yang kian terbatas.

Selain itu, tanaman juga direkayasa agar lebih tahan terhadap hama, misalnya ulat atau wereng. Dengan membuat tanaman yang tahan hama, tentu penggunaan pestisida berbahaya bisa ditekan juga, bukan? Jadi, ada nilai positifnya juga!

Sisi Negatif Produk Transgenik

Hampir semua jagung yang kita konsumsi adalah tanaman GMO. (Flickr/Tom Shockey)

1. Rantai Makanan yang Terganggu

Ada yang bilang, kehidupan adalah rangkaian mata rantai yang saling berkaitan. Jadi, jika satu mata rantai dihilangkan, rangkaian itu bakal terganggu. Pun demikian dengan rantai makanan. Inilah yang kerap menjadi alasan kenapa GMO berbahaya.

Sebagai contoh, tanaman yang tahan hama akan menekan jumlah ulat atau serangga di alam bebas. Dampaknya, tentu saja rantai makanan alami bisa terganggu, karena banyak predator kehilangan sumber pakannya. Inilah satu sisi negatif dari memodifikasi tanaman.

2. Menyebabkan Alergi

Selain itu, beberapa orang juga mengaku mengalami alergi pada satu produk tertentu, katakanlah kedelai, yang ditengarai merupakan hasil rekayasa genetik. Padahal, sebelumnya dia nggak mengalami alergi kedelai. Kenapa bisa begitu?

Jadi, dalam memodifikasi pangan, terkadang unsur genetik pada tanaman lain dimasukkan ke dalam tanaman transgenik itu. Nah, bisa jadi, orang itu mengalami alergi bukan karena kedelai, tapi unsur lain yang dimasukkan ke dalam kedelai itu, yang membuatnya alergi.

Untuk kasus ini, beberapa produk GMO biasanya juga disertai dengan riwayat rekayasa genetika yang telah dilakukan di dalamnya.

3. Mengakibatkan Tumor?

Ilmuwan Gilles-Eric Seralini dari Universitas Caen Prancis sempat mengkritik klaim bahwa tikus-tikus yang mengonsumsi jagung GMO mengalami tumor di jurnal Food and Chemical Toxicology. Menurutnya, penelitian dilakukan dengan cara yang buruk dengan analisis yang cukup lemah.

Sementara, menurut Alan McHughen dari Universitas California di Riverside Amerika Serikat, tikus-tikus yang diteliti memang sudah memiliki kecenderungan mengidap tumor.

Hingga saat ini, WHO dan FAO dari PBB meyakini jika produk-produk tanaman GMO di pasaran nggak lebih berbahaya dibandingkan dengan tanaman-tanaman biasa. Jadi, perihal kemungkinan memicu tumor belum bisa dibuktikan kebenarannya.

Nggak ada salahnya kembali ke produk-produk organik dan mengabaikan makanan dari hasil rekayasa genetika. Namun, menolak tanpa mengetahui kebenarannya tentu saja nggak bijak. Lakukan saja yang menurutmu paling benar ya, Millens! (Idn/IB09/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: