BerandaKulinary
Kamis, 13 Des 2023 18:43

Mi Terjelek di Dunia Ada di Yogyakarta

Mi lethek khas Bantul, Yogyakarta. (Infofotografi/Enche Tjin)

Situs Business Insider menyebut mi lethek sebagai mi terjelek di dunia. Tapi di tempat asalnya, Bantul, mi ini sangat populer. Penasaran nggak dengan proses pembuatan mi ini?

Inibaru.id – Jika dibandingkan dengan kuliner khas Yogyakarta lainnya, bisa jadi mi lethek punya nama yang paling mengenaskan. Bagaimana nggak, dalam Bahasa Jawa, ‘lethek’ berarti kotor. Bahkan, belakangan ini, sebuah video yang diunggah Business Insider pada Sabtu (9/12/2023) menyebut mi ini sebagai mi terjelek di dunia.

Meski dianggap jelek dan kotor, bukan berarti orang-orang enggan mengonsumsinya. Bahkan, di Bantul, lokasi di mana mi ini berasal, penggemarnya masih cukup banyak. Mi lethek yang bisa diolah dalam bentuk mi rebus ataupun mi goreng bakal selalu dicari, khususnya saat malam hari. Maklum, kesan jelek ini muncul hanya gara-gara rupa mi lethek yang memang nggak seperti mi-mi pada umumnya.

Konon, mi yang terbuat dari tepung tapioka ini sudah eksis di Bantul sejak 1940-an. Yang kali pertama memproduksinya adalah Umar, seorang imigran asli Yaman. Dia membuka pabrik mi lethek di Dusun Bendo, Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Bantul.

Kala itu, Umar membuat mi lethek dengan cara tradisional, yaitu dengan silinder, pres, dan penggerak yang terbuat dari bahan kayu jati. Dia juga menggunakan sapi untuk mengerakkan alat-alat penggiling tepung tersebut. Menariknya, cara tradisional ini masih dipakai hingga sekarang. Hal inilah yang jadi sorotan Business Insider dalam video yang mereka unggah.

Metode pembuatan mi lethek sudah dikenal sejak 2.000 tahun silam. Proses pembuatan mi lethek memakai tenaga sapi untuk memipihkan adonan. Adonan juga diinjak agar padat dan gepeng,” ungkap video tersebut.

Proses pembuatan mi lethek yang masih memakai metode dan peralatan tradisional. (Wikipedia/Heru Sutimbul)

Keturunan Umar, Yasir Ferry, masih menjalankan usaha produksi mi lethek ini di Bantul. Dia mengaku sebagai generasi ketiga yang mengelola pabrik ini dan bakal terus mempertahankan metode tradisional tersebut.

“Proses pencampuran adonannya masih tradisional. Masih memakai tenaga sapi dan peralatannya juga terbuat dari batu dan kayu. Kalau saya ubah metodenya dengan memakai mesin, rasanya berubah. Konsumen sendiri yang bilang. Jadi memang lebih baik seperti ini saja,” ucap laki-laki berusia 48 tahun tersebut sebagaimana dilansir dari Joglojateng, (30/9/2022).

Yasir pun nggak ragu menjelaskan proses pembuatan mi ini. Awalnya, tepung terigu dicampur dengan tepung tapioka dengan takaran seimbang. Setelah dipres menjadi berbentuk kotak, adonannya dikukus. Proses berikutnya adalah pencampuran lagi dengan tepung tapioka. Barulah kemudian adonan dibentuk menjadi mi dan kemudian dikukus.

“Karena dikukus dua kali, mi bakal jadi higienis. Kalau mi lethek sudah dikeringkan, bisa tahan satu tahun jika disimpan di tempat yang kering,” jelasnya.

Selain bisa diolah menjadi mi yang enak, Yasir mengklaim mi ini aman dikonsumsi siapa saja, termasuk mereka yang perlu mengganti terigu dalam menu hariannya. Apalagi, mi ini terbuat dari bahan-bahan organik tanpa adanya tambahan bahan pengawet.

Kalau kamu penasaran dengan rasa dari mi lethek, datang saja di warung-warung mi yang ada di Kecamatan Srandakan, ya, Millens. Kalau nggak, kamu juga bisa membeli mi lethek mentah dalam bentuk kemasan di pasar-pasar tradisional. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: