BerandaKulinary
Rabu, 28 Feb 2023 17:55

Mencicipi Bolang-Baling Peterongan, Jajanan Legendaris Sejak 1973

Gerobak Bolang-baling Peterongan yang mejeng di pinggir jalan. (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Pengin jajanan lokal yang istimewa? Coba saja Bolang-Baling Peterongan yang eksis sejak 1973. Seperti apa ya kisah dari camilan legendaris ini?

Inibaru.id - Jajanan tradisional bolang-baling sudah nggak asing lagi di telinga masyarakat Kota Semarang. Penjual kue berbentuk kubus dan berwarna cokelat ini mudah kamu temui di pinggir-pinggir jalan.

Khusus untuk Kota Semarang, ada satu penjual bolang-baling yang dianggap legendaris. Namanya adalah "Bolang-Baling Peterongan". Meski statusnya melegenda, bolang-baling ini masih dijual di sebuah gerobak sederhana yang berlokasi di Jalan Mataram, tepatnya di depan Rumah Makan Ngelaras Rasa Peterongan.

Pemilik gerobak bolang-baling tersebut adalah Oei Widyo Subono. Dia sudah berjualan camilan mengenyangkan tersebut sejak 1973, Millens.

"Rasa bolang-baling ini masih sama dari tahun 1973. Saya berusaha sebisa mungkin mempertahankan citra rasa agar anak dan cucu saya tau rasa bolang-baling original dari dulu seperti ini," kata lelaki yang akrab disapa Widyo tersebut saat dihubungi Inibaru.id beberapa saat lalu.

Kendati usianya sudah 73 tahun, ingatan Widyo masih tajam. Dia ingat betul awal perjalanannya membuka usaha bolang-baling karena keterpaksaan untuk menyambung hidup.

"Saya dulu bekerja di perusahaan farmasi, karena ada pengurangan pegawai. Saya terpaksa keluar," lanjutnya.

Tetap Pertahankan Resep

Seorang pegawai Bolang-baling Peterongan tengah memotong adonan sebelum digoreng. (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Meski sudah berkali-kali diberi saran untuk memodifikasi jajanan yang dia buat, Widyo mengaku nggak pernah mengubah resep bolang-baling andalannya sejak kali pertama berjualan setengah abad yang lalu.

"Banyak saran dari keluarga atau orang terdekat untuk diberi toping seperti wijen. Tapi menurut saya itu melenceng dari resep yang diberikan oleh guru," lanjut Widyo.

Menariknya, dia nggak ragu mengungkap bahan-bahan apa saja yang dipakai untuk membuat bolang-baling andalannya. Menurut lelaki kelahiran Yogyakarta tersebut, bahan-bahannya mudah didapat dan diolah, yaitu tepung terigu, gula, garam, vanili, dan babon. Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur menjadi adonan sebelum dipotong-potong dan digoreng.

Soal takaran adonan, dia benar-benar masih mengandalkan cara tradisional. Alasannya, pengukuran takaran ini bergantung pada cuaca sehingga sulit untuk dipastikan patokannya.

"Karena menyesuaikan cuaca, kalau musim hujan gini kan lembab jadi kadar airnya bisa lebih tinggi," ujar Widyo. "Dulu saya sempat menggunakan takaran air. Tapi guru saya melarangnya. Dia menyarankan saya untuk memakai cara alamiah saja," tambahnya.

Dengan resep tradisional inilah, Bolang-Baling Peterongan yang dijual Widyo terus didatangi pelanggan. Rasanya enak dan bikin nagih. Apalagi harganya juga cukup terjangkau, yaitu Rp3.500 per buah.

Terdampak Pandemi

Bentuk adonan Bolang-baling Peterongan yang sudah dipotong-dipotong. (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Sayangnya, gara-gara pandemi Covid-19 sempat menerjang Indonesia dari 2020 sampai 2022, usaha bolang-baling Widyo mengalami penurunan. Sebelum pandemi, dia mampu memproduksi 80 kilogram bolang-baling. Kini, dia hanya mampu memproduksi sekitar 30 kilogram.

Selain itu, Widyo kini juga punya pesaing lain, yaitu jajanan-jajanan kekinian yang digemari anak muda. Dia pun nggak bisa menampik jika pamor bolang-balingnya semakin menurun.

Meski begitu, dia bersyukur masih memiliki pelanggan setia. Berkat merekalah, Widyo tetap bertahan menggeluti usahanya. Apalagi, berkat jajanan tradisional ini pula, dia mampu memberikan nafkah bagi keluarganya.

"Dari usaha ini saya bisa menguliahkan anak-cucu," tutur Widyo penuh rasa bangga.

Tertarik mencicipi Bolang-Baling Peterongan, Millens? Ingat ya, jam bukanya dari pukul 13.00 WIB sampai 23.00 WIB. Cocok untuk dijadikan camilan saat sore atau malam hari, deh. (Fitroh Nurikhsan/E07)


Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: