BerandaKulinary
Kamis, 11 Mei 2022 11:19

Membuka Filosofi Lepet, Menu Wajib Lebaran Ketupat

Lepet, sajian khas Lebaran Ketupat. (Kompas/Shutterstock/Fotone Agus)

Lepet sering tersaji saat Lebaran Ketupat sebagai camilan. Omong-omong, kamu tahu nggak filosofi dari makanan khas Lebaran ini, Millens?

Inibaru.id – Sepekan usai Hari Raya Idulfitri, sebagian masyarakat Indonesia juga merayakan Lebaran Ketupat. Nah, pada momen tersebut, hidangan khas seperti ketupat dan lepet bakal dikonsumsi.

Kabarnya, lepet sudah dikonsumsi sejak Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Tapi, di masa itu, lepet bukan dijadikan makanan pokok, melainkan sebagai camilan saja.

Sejarah soal perayaan Lebaran Ketupat bisa kamu tarik jauh hingga ke masa Kerajaan Mataram di bawah pemerintahan Paku Buwono IV. Istilah lain dari Lebaran Ketupat adalah Syawalan atau Badha Kupat yang diadakan di hari ketujuh Bulan Syawal.

Perayaan ini dilakukan karena usai Hari Raya Idulfitri, masyarakat Jawa di masa itu kembali melakukan puasa Syawal. Nah, pada hari ketujuh itu mereka merayakan ‘kemenangan lain’ dengan menyelesaikan puasa syawal tersebut. Bahkan, mereka juga kembali melakukan halal bihalal ke keluarga, sanak saudara, atau tetangga dengan membawa ketupat atau lepet.

Mengapa Lepet Juga Dihidangkan?

O ya, soal lepet, ada filosofi unik yang membuatnya selalu dihidangkan saat Lebaran Ketupat, Millens. Lepet berasal dari dua kata Bahasa Jawa yaitu ‘silep’ yang bisa diartikan sebagai kuburan atau penyimpanan dan ‘rapet’ yang berarti rapat.

Konon, lepet adalah perpaduan dari kedua kata tersebut dalam sebuah peribahasa mangga dipun silep ingkang rapet yang artinya adalah ‘mari kita kubur dengan rapat'.

Bentuk lepet seperti mayat yang dibungkus kain kafan punya makna tersendiri. (YouTube/Dapur Mama Kamila)

Lepet dianggap sebagai simbol sesuatu yang suci dan bersih karena tertutup dengan rapat. Karena alasan ini pula, selain disajikan dalam bentuk makanan, lepet juga bisa dijadikan gantungan di depan pintu rumah orang Jawa sebagai pengusir hal-hal negatif.

Nah, lepet ini terbuat dari bahan beras ketan yang diberi tambahan sedikit garam serta kelapa parut. Dibungkus janur dan diikat tali dari bilah bambu, lepet dimasak dengan cara direbus. Sekilas, lepet mirip lontong tapi dengan tekstur yang jauh lebih liat. Lepet juga cenderung lebih lengket.

Kalau kamu perhatikan, lepet tampak seperti mayat yang sudah dibungkus kain kafan. Makanan ini juga dijadikan simbol manusia yang nggak luput dari kesalahan. Jadi, orang-orang yang mengonsumsinya diharapkan mau memberikan maaf kepada orang lain yang mengakui kesalahan dan meminta maaf kepadanya.

Selain itu, setiap bagian dari lepet juga punya maknanya tersendiri. Isi lepet dari ketan yajg lengket melambangkan hubungan erat antar-manusia, kelapa parut yang halus menggambarkan perasaan manusia, janur yang berasal dari kombinasi kata ‘jatining nur’ yang berarti cahaya jiwa, serta tali bambu pengikat yang melambangkan sifat persahabatan manusia.

Wah, filosofis banget ya makanan yang satu ini? Omong-omong, kamu sudah makan lepet belum pada Lebaran ini, Millens? (Lip/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024