BerandaKulinary
Sabtu, 18 Feb 2022 08:00

Mamey Sapote, Sawo Raksasa dengan Harga Luar Biasa

Tanaman mamey sapote yang dibudidayakan di pekarangan dalam media pot. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Dari tekstur dan rasa, mamey sapote mirip sawo kecik, buah seukuran telur ayam yang bercita rasa manis tanpa rasa asam. Namun, dari ukuran dan harga, buah asal Meksiko itu jauh berbeda.

Inibaru.id – Tejate atau "minuman para dewa" menjadi sajian populer di Meksiko. Minuman yang kerap disajikan dalam Dia De Los Muertos (Hari Raya Kematian) ini semula diperuntukkan bagi para petinggi Suku Aztec; terbuat dari jagung, biji kakao, dan biji mamey sapote, buah manis yang masih berkerabat dengan sawo.

Di Indonesia, mamey sapote mungkin baru dikenal belakangan ini. Itu pun setelah banyak orang mengetahui besarnya nilai ekonomi pada buah kaya serat tersebut. Namun, keberadaan Tejate menunjukkan bahwa buah ini sudah ada sejak peradaban Aztec, yang bahkan diduga sudah dinikmati orang Maya ribuan tahun sebelumnya.

Perlu kamu tahu, suku Maya telah mendiami Mesoamerika (Meksiko dan Amerika Tengah) bagian selatan sejak 1800 SM. Sementara, Kekaisaran Aztec tercatat mendiami Meksiko bagian tengah pada awal abad ke-14. Kala itu, mamey sapote memang menjadi tanaman endemik di Mesoamerika.

Invasi Spanyol ke Meksiko pada abad ke-16 membuat mamey sapote dibudidayakan sampai ke Florida dan Karibia. Hingga kini, buah yang juga dikenal sebagai "Sawo Meksiko" itu mudah ditemukan di sana, bahkan mulai ditanam di Australia, Filipina, Malaysia, dan Indonesia.

Perbedaan ukuran mamey sapote dengan sawo kecik. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Dari segi penampilan, buah mamey sapote (Pouteria sapota) memiliki kemiripan dengan sawo manila (Manilkara zapota), yang di Jawa kerap disebut sawo kecik. Keduanya memang masih kerabat. Namun, mamey sapote berukuran jauh lebih besar, sekitar 5-10 kali lipat dari sawo kecik.

Sebagai gambaran, sawo berukuran panjang 3-6 sentimeter atau sebesar telur ayam, sedangkan mamey sapote memiliki panjang rata-rata 15-30 sentimeter; bentuknya bulat hingga lonjong sebesar bola sepak. Hm, jauh berbeda, bukan?

Oya, kata "sapote" bermakna "buah lunak". Ini sesuai dengan tekstur buahnya yang memang lembut laiknya sawo. Saat dibelah, buah ini mirip alpukat dengan satu biji besar berwarna hitam mengilat di tengahnya, tapi berwarna orange kemerahan serupa aprikot. Rasanya manis seperti sawo kecik.

Di negeri asalnya, mamey sapote populer diolah menjadi selai, milk shake, smoothie, es krim, dan makanan penutup lain. Sementara, di Indonesia buah ini umumnya hanya dikonsumsi segar, karena banyak orang belum familiar dengan rasa buah yang beratnya bisa mencapai tiga kilogram tersebut.

Mulai Dilirik Petani

Nanad tengah memanen mamey sapote di kebunnya yang berlokasi di wilayah Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Pembudi daya mamey sapote asal Kota Semarang Nanad Tri Yunadi Putra mengatakan, buah berkulit kasar berwarna cokelat ini sejatinya sudah mulai dibudidayakan di Indonesia sejak dua dekade silam. Sepenuturan Nanad, begitu dia biasa disapa, buah ini dibawa seorang WNA bernama Jack.

Ditemui di toko bibit buahnya yang berlokasi di daerah Mijen, Nanad nggak menjelaskan lebih detail tentang Jack. Dia hanya mengatakan, bule asal Amerika itu beristrikan orang Indonesia.

“Semula Jack hanya budi daya mandiri, nggak nge-share ke orang lain. Namun, lama-lama dia pengin jual bibitnya. Dijuallah bibit itu ke orang Indonesia,” terang lelaki yang gemar bertopi tersebut, dua hari menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2022 lalu.

Penjualan pertama itu rupanya mendapat respons positif dari para kolektor tumbuhan eksotis di Tanah Air, lalu ditanam di daerah mereka masing-masing. Dari situlah mamey sapote mulai menyebar ke pelbagai wilayah di Indonesia.

Nanad dengan beberapa buah mamey sapote yang baru saja diunduhnya. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Kabar tentang buah "sawo raksasa" itu pun terdengar Nanad pada 2014 silam. Dia tahu dari seorang kawan di Semarang bernama Ismanto. Dari Ismanto pulalah Nanad mendapatkan bibit mamey sapote pertamanya.

Alih-alih ditanam di Semarang, Nanad memutuskan untuk membawa bibit itu pulang ke kampung halamannya di Sragen, lalu dirawat di sana. Sekitar 2-3 tahun menanti, mamey sapotenya mulai berbuah. Dia senang dan semakin termotivasi untuk mengenal lebih dalam tanaman tersebut.

Merasa berhasil menumbuhkan mamey sapote di Sragen, barulah Nanad memutuskan untuk mencoba budi daya buah tropis yang paling pas tumbuh di dataran rendah tersebut ke Kota Lunpia. Semula, alasannya hanyalah agar buah tersebut lebih dikenal orang.

“Saya bawa (ke Semarang) untuk dibudidayakan lagi. Saya pengin orang-orang lebih mengenal buah ini (mamey sapote),” terang pemuda yang sejak kecil memang punya hobi bertanam tersebut.

Banyak Varietas

Dua varietas mamey sapote yang banyak ditemukan di Indonesia, yakni Magana (kiri) dan Sanur (kanan). Keduanya hanya sedikit berbeda dari segi bentuk. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Semakin mendalami budi daya mamey sapote, Nanad kian mengetahui bahwa mamey sapote memiliki banyak varietas. Di Indonesia, varietas yang paling umum antara lain Sanur, Magana, Havana, Lorito, Super-red, Emiliodure, dan Keywest Buah Bulat.

Secara keseluruhan, varietas mamey sapote tersebut memiliki kemiripan bentuk, tekstur, dan rasa. Masyarakat awam akan sulit mengenalinya, karena perbedaan hanya berkutat pada bentuk yang lebih lonjong, warna daging yang lebih terang, atau tekstur yang lebih halus.

Namun, bagi kolektor, Nanad membeberkan, selalu ada varietas yang lebih banyak dicari ketimbang lainnya. Untuk saat ini, lanjutnya, varietas yang paling banyak dicari adalah jenis sanur dan keywest.

“Iya, yang jadi incaran, pertama adalah sanur. Paling enak. Kedua, jenis keywest,” serunya singkat.

Buah mamey sapote varietas sanur sepanjang 15 sentimeter. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Mamey sapote di Indonesia rata-rata dijual satuan dengan harga antara Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu per buah. Buah tersebut dijual segar dalam bentuk buah utuh, tanpa dikupas. Biasanya, saat dipetik mamey sapote masih keras, jadi tunggulah beberapa hari pascapetik agar dagingnya masak dan lunak.

Sejauh ini belum banyak olahan buah yang kaya serat tersebut di negeri ini. Padahal, mamey sapote lebih banyak disajikan sebagai dessert topping atau pudding dressing ketimbang dimakan segar di kalangan masyarakat keturunan Hispanik di Amerika.

Rasanya yang manis dominan; mirip sawo, tapi dengan cita rasa tambahan berupa perpaduan labu dan ubi; juga membuat mamey sapote sering dijadikan sebagai bahan utama untuk resep minuman dingin seperti es krim, smoothie, dan milkshake, saat musim panas di Spanyol. Hm, yummy!

Oya, sedikit catatan, rasa mamey sapote jauh lebih manis ketimbang sawo kecik. Terus, buah ini juga hanya bisa bertahan beberapa hari setelah dikupas. Maka, mengingat harganya yang mahal, jangan makan sendirian ya. Ajaklah kawan-kawanmu untuk menghabiskannya! (Kharisma Ghana Tawakal/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: