BerandaKulinary
Jumat, 15 Feb 2018 08:06

Kue Keranjang, Legenda Raksasa Nian, dan Filofosi Kekeluargaan

Kue keranjang (Shutterstock/blog.reservasi.com

Kue keranjang yang bentuknya sederhana itu selain memiliki cerita menarik tentang raksasa Nian, juga mengandung filosofi. Mau tahu?

Inibaru.id -  Imlek tanpa kue keranjang ibarat orang membaca tanpa buku. Hmm, perbandingan yang memaksa, ya? Hehehe….

Tapi bagi orang Tionghoa, terutama penganut Tri Dharma (Tao, Buddha, Konghucu) kue keranjang adalah salah satu kue yang wajib ada sebagai sesajian untuk bersembahyang di Altar Abu Leluhur di rumah mereka. Namanya tradisi samseng atau sesaji tiga kurban.

Seperti ditulis nationalgeographic.co.id (8 Februari 2016), kue keranjang adalah kue khas yang selalu disajikan pada perayaan Imlek. Kue yang dalam bahasa mandarin disebut nian gao atau dalam dialek Hokkian disebut ti kwe dibuat dari cetakan kue berbentuk keranjang. Kue ini terbuat dari tepung ketan dan gula yang menjadikan kue keranjang ini memiliki tekstur yang kenyal dan lengket.

Seperti sudah disebutkan, kue itu keranjang digunakan sebagai sesaji dalam upacara persembahan kepada leluhur, tepatnya pada tujuh hari menjelang dan pada malam menjelang Tahun Baru Imlek. Nah, kue sesajian ini biasanya nggak dimakan makan hingga hari Cap Go Meh atau malam ke-15 setelah sincia alias Tahun Baru Imlek.

Baca juga:
Penganan dan Bebuahan Orang Tiongkok saat Imlek
Kepincut Kesedapan Garang Asem Kudus

Dalam dialek Hokkian, ti kwe memiliki arti sebagai “kue manis” yang sering disusun tinggi bertingkat-tingkat dengan penyusunan dari bawah hingga atas semakin kecil. Itu memiliki arti sebagai peningkatan rezeki atau kemakmuran. Di negara asalnya, terdapat sebuah kebiasaan untuk menyantap kue keranjang ini terlebih dahulu saat Tahun Baru dengan harapan mendapatkan keberuntungan dalam pekerjaan .

Oya Millens, asal mula kue keranjang ini berhubungan dengan mitos yang lumayan serem, lo. Menurut legenda, pada zaman Tiongkok kuno, ada seekor raksasa bernama Nian yang tinggal di sebuah gua di gunung, dan akan keluar dari gua untuk berburu hewan ketika merasa lapar.

Pada musim dingin, hewan-hewan banyak yang berhibernasi dan membuat Nian ini turun ke desa-desa dan mencari korban untuk disantap ketika lapar. Banyak orang desa hidup dengan ketakutan kepada Nian selama beberapa dekade.

Akhirnya ada seorang warga desa yang bernama Gao memiliki akal cerdik dengan membuat beberapa kue sederhana dari campuran tepung ketan dan gula, kemudian diletakkan di depan pintu untuk diberikan kepada Nian.

Ketika Nian turun untuk mencari mangsa, Nian nggak lagi mencari manusia untuk dijadikan sebagai santapan namun menemukan kue-kue keranjang ini di depan pintu dan menyantapnya hingga kenyang dan kemudian pergi meninggalkan desa.

Warga desa pun senang terbebas jadi korban Nian. Nah, sejak saat itu, penduduk desa membuat kue keranjang pada setiap musim dingin untuk mencegah Nian memburu dan memakan manusia. Dan untuk mengingat jasa Gao, para penduduk desa menamakan kue ini sebagai "nian gao”.

Nah, selain legenda raksasa Nian, kue keranjang juga ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan Dewa Tungku alias Cau Kun Kong agar membawa laporan yang menyenangkan kepada Raja Surga (Giok Hong Siang Te). Secara filosofis, kue keranjang yang terbuat dari tepung ketan dan memiliki sifat yang lengket memiliki arti persaudaran yang sangat erat dan menyatu. Rasa kue keranjang yang manis juga menggambarkan rasa suka cita, menikmati kerberkatan, kegembiraan, dan selalu memberikan yang terbaik dalam hidup.

Bentuk kue keranjang yang bulat dan nggak memiliki sudut juga mewakili makna yang mengagumkan. Bentuk bulat tersebut melambangkan sebuah pesan kekeluargaan tanpa melihat ada yang lebih penting selain keluarga dan akan selalu bersama tanpa batas waktu. Dalam hal ini juga membawa sebuah makna agar seenggak-enggaknya dalam setahun keluarga dapat berkumpul sehingga akan menciptakan kerukunan dalam hidup dan siap menghadapi hari-hari selanjutnya.

Baca juga:
Mengintip Sajian Tok Panjang pada Pasar Imlek Semawis 2018
Makanan Khas Imlek dan Maknanya

Tekstur dan daya tahan kue keranjang yang disantap pada saat Imlek ini memiliki arti filosofi. Tekstur kenyal merupakan simbol dari sebuah kegigihan, keuletan, daya juang, dan pantang menyerah dalam meraih tujuan hidup. Sedangkan untuk daya tahan kue keranjang yang begitu lama mempunyai arti hubungan yang abadi biarpun zaman telah berubah. Kesetiaan dan sikap tolong menolong penting banget untuk dapat mewujudkan pesan ini, sehingga walaupun waktu terus berjalan, rasa kekeluarga akan selalu terjalin dengan baik.

Proses pembuatan kue keranjang yang cukup lama, yakni 11-12 jam juga memiliki arti. Proses pembuatan itu mewakili rasa kesabaran, keteguhan hati serta cita-cita untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Hmm, walaupun bentuknya sederhana, kue keranjang memiliki filosofi yang sangat luar biasa, kan? Kamu yang nggak merayakan Imlek juga boleh kok menikmati kue itu. (EBC/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: