Inibaru.id – Di Tiongkok, perayaan Imlek dijadikan momentum untuk berkumpul keluarga dan kerabat. Dalam perayaan yang sebetulnya untuk menyambut musim semi, mereka menjalankan beberapa tradisi. Salah satu yang hampir selalu dilakukan adalah tradisi makan bersama.
Hmm, apa saja yang mereka makan? Dikutip dari blog steffiwibisono94.blogspot.com, apa yang disantap saat cara merayakan Imlek berbeda-beda bergantung atas kelompok etnisnya. Maklum, di negeri seluas Tiongkok, penduduknya berasal dari beberapa kelompok etnis. Kemungkinan besar itu dilatarbelakangi oleh perbedaan musim atau cuaca pada hari Imlek tersebut dan cara mereka makan.
Oya Millens, kelompok etnis dari provinsi-provinsi di bagian utara Tiongkok merayakan Imlek dengan bersama-sama membuat dumpling. Kamu tahu apa itu dumpling? Itu salah satu jenis dim sum yang sangat disukai orang Tiongkok, juga orang Tionghoa di Indonesia. Dumpling atau yang disebut (chiao che) di wilayah utara adalah sejenis pangsit yang berisi daging dan sayuran.
Baca juga:
Kepincut Kesedapan Garang Asem Kudus
Kue Apem, dari Simbol Kebersamaan sampai Sarana Penolak Balak
Nah, pada malam menjelang Tahun Baru Imlek, keluarga berkumpul dan bersama-sama membikin kulit dumpling ini dan membungkusnya. Di dalam satu dari ratusan yang dibikin, diselipkan koin perak. Yap, siapa pun yang mendapat dumpling berkoin perak itu dipercaya bakal dapat rezeki bagus.
Lalu makanan apa lagi? Ada juga yang menyantap ayam atau bebek utuh, ikan (biasanya ikan mas, bandeng, atau salmon), dan kepala babi. Semua jenis lauk itu memiliki makna lo, Millens. Ayam atau bebek sebagai simbol udara, ikan untuk air, dan kepala babi untuk simbol tanah.
Vegetarian di Kwangtung
Untuk orang Tiongkok dari Kwangtung, umumnya mereka mengudap penganan vegetarian yang mereka sebut masakan fachai. Isinya delapan macam sayuran kering yaitu bunga lili (chingchen), jamur kuping hitam (mu-erl), kembang tahu (fu chuk), So-oen (bihun) kacang gingko, jamur laut (fa chai), tiram kering, dan bambu rebung.
Semua ini direbus sampai empuk dan diberikan saus dari plum dan tiram. Semua itu juga memiliki makna simbolik sebagai rezeki, musim semi, kehidupan baru, dan lain-lain.
Satu lagi yang “wajib” ada saat perayaan Imlek, yang juga ada di kalangan orang Tionghoa di Nusantara adalah kue keranjang.
Oya, masih ada lagi kue wajib lain yaitu lapis legit sebagai perlambang kedatangan rezeki yang berlapis-lapis dan tumpang tindih selama setahun mendatang. Wajar saja, lapis legit ini sering juga dijuluki thousand layer cake.
Selain masakan dan kue, disajikan juga bebuahan. Yang hampir selalu disediakan adalah buah jeruk bali atau disebut jik yang juga bermakna selamat. Jeruk bali biasanya diletakkan di atas meja ruang tamu. Buah yang dipilih terutama yang sepasang atau lebih, terutama yang memiliki daun di dekat buahnya. Jeruk bali tersebut ditempeli kertas merah dan juga disajikan di meja altar dekat tempat sembahyang sampai hari Cap Go Meh.
Baca juga:
Ketika Kerang Kecil Bertemu Lontong di Jawa Timur
Brekecek, Kepala Ikan Berbumbu dari Cilacap
Buah-buahan wajib lain adalah pisang raja atau pisang mas yang melambangkan emas atau kemakmuran. Begitu juga jeruk kuning yang diupayakan berdaun sebagai lambang kemakmuran.
Ada nih buah yang harus dihindari, yaitu yang berduri seperti salak dan durian, kecuali nanas karena namanya wang li yang ucapannya mirip dengan kata wang (berjaya) dan jadi lambangmahkota raja.
Wah, sudah tahu kan makanan apa yang disantap orang Tiongkok saat Imlek? Kalau kamu cermati, hampir semua yang disajikan mengandung makna tertentu. Jadi apa yang dimakan nggak sekadar penganan yang menggoyang lidah tapi juga filosofi yang dijadikan dasar kehidupan mereka. Menarik, bukan? (EBC/SA)