BerandaKulinary
Kamis, 9 Sep 2020 10:15

Kali Pertama Masuk Indonesia, Es Batu Berharga Mahal, Diimpor dari Amerika Serikat

Es batu dulu ternyata pernah jadi barang mewah di Indonesia, lo. (Flickr/Alisdair)

Es batu datang ke Indonesia pada 1846. Karena saat itu belum ada lemari es, es batu masih jadi barang mewah. Hanya orang-kaya saja yang dapat menikmatinya. Namun pada akhir abad ke-19, es batu mulai merakyat.<br>

Inibaru.id - Indonesia adalah negara tropis dengan suhu udara yang cenderung hangat sepanjang waktu. Hal ini tentu sangat berbeda dengan suhu udara di negara empat musim yang terkadang bisa sampai membeku. Nah, di zaman dulu, belum ada lemari es, kan, Millens? Lantas, bagaimana bisa orang Indonesia mengenal es batu, ya?

Sebagaimana catatan Harian Kompas edaran 19 Juni 1972, pada 18 November 1846, terjadi kehebohan di Nusantara. Hal itu disebabkan oleh tibanya sebuah kapal besar dari Boston, Amerika Serikat. Muatan dalam kapal tersebut adalah barang yang belum pernah ada di Nusantara sebelumnya, yakni berupa es batu pesanan Roselie en Co.

Sebagian besar masyarakat Nusantara saat itu belum pernah melihat es batu seumur hidupnya. Mereka juga nggak pernah terbayang bisa minum minuman dingin. Jadi wajar kan kalau sampai es batu memicu kehebohan. Dulu, masyarakat sampai menyebut es batu dengan istilah yang sangat keren, yakni ''batu-batu putih sejernih kristal, yang kalau dipegang bisa membuat tangan kaku.''

Menariknya, saking hebohnya kedatangan es batu, pemerintah Hindia Belanda sampai memberlakukan aturan es batu untuk minuman keras saja.

Es batu dulu harus diimpor dari Amerika Serikat. (Flickr/Liz West)

Merujuk dari Denys Lombard dalam Nusa Jawa:Silang Budaya, Jaringan Asia (2008: 322), setelah kapal-kapal pengangkut es batu itu datang ke beberapa pelabuhan besar di Nusantara, hingga tahun 1869 banyak keluarga kaya yang tinggal di Batavia ikut-ikutan mengimpor es batu. Bahkan, mereka hanya mau minum es batu yang didatangkan dari Amerika Serikat tersebut.

Barang Mewah dan Obat Sariawan

Hingga tahun 1870, kegiatan impor es batu dari Amerika Serikat ke Batavia masih terus dilakukan. Roselie en Co bahkan menjual es batu tersebut dengan harga 10 sen untuk setiap 500 gramnya. Seiring dengan semakin meluasnya tren minuman beralkohol dengan es batu, salah satu pengusaha Eropa bernama David Gilet juga menjual es batu untuk kebutuhan pesta dengan biaya 15 Gulden.

Nggak hanya bikin segar kerongkongan, saat itu es batu juga dipercaya bisa mengobati sariawan. Hal ini membuat pesanan es batu semakin meningkat. Pemerintah Hindia Belanda kala itu sanggup memberikan bonus sebesar 6.000 gulden untuk mereka yang sanggup mengirimkan es batu ke rumah sakit di Batavia. Es-es batu ini nantinya digunakan untuk mengobati para tentara Belanda yang terkena sariawan.

Es batu akhirnya diproduksi di Indonesia pada 1880. (Flickr/Olaf Gradin)

Pelopor Es Batu Nusantara

Larisnya kegiatan impor es batu perlahan pudar setelah sebuah pabrik es dibangun di Nusantara. Denys Lombard mengisahkan pada tahun 1880, prosedur pembuatan amoniak temuan Eropa ditransfer ke Jawa. Hal ini memungkinkan dibangunnya pabrik es di wilayah dengan iklim tropis seperti Nusantara.

Keberadaan pabrik es ini pun mulai menurunkan angka impor es batu dari Boston. Hasilnya, dalam waktu sepuluh tahun saja, pabrik es sudah dibangun di kota-kota besar dan tren minum menggunakan es batu semakin menjamur.

Pada akhir abad ke-19, es batu nggak hanya dinikmati oleh keluarga kaya saja. Tapi juga semua masyarakat yang tinggal di desa, pesisir, hingga pegunungan.

Perusahaan-perusahaan es yang awalnya dimonopoli bangsa Eropa juga mengalami perubahan. Lambat laun, bangsa Tionghoa juga mulai membangunnya. Salah satu pelopor pengusaha es batu Nusantara dari bangsa Tionghoa adalah Kwa Wan Hong dari Semarang. Dia membangun pabrik es batu di Semarang pada 1895 dan kemudian membuka cabang di Tegal, Pekalongan, dan dua pabrik di Surabaya.

Hanya, usaha es batu mulai mengalami penurunan sejak masyarakat Indonesia mulai mengenal lemari es pada 1970-an. Kini, masyarakat Tanah Air bisa dengan mudah minum air dingin kapan saja.

Nggak nyangka ya, Millens, es batu di Indonesia ternyata punya sejarah panjang. (Goo/IB28/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: