BerandaKulinary
Selasa, 29 Jan 2018 19:35

Jenang Kudus, Si Manis yang Punya Cerita Legendaris

Jenang kudus (tribunwisata.com)

Jenang kudus, kuliner ikonik Kudus, Jawa Tengah, punya cerita legendaris yang berasal dari masa Walisongo. Nggak hanya cerita yang melatarbelakangi, kelegendarisan jenang kudus sebagai kekayaan kuliner juga sudah diakui.

Inibaru.id – Kalau Bandung itu Kota Kembang, Kudus adalah Kota Jenang. Penganan tradisional yang bentuknya mirip dodol ini dibuat dari tepung beras ketan, gula jawa dan santan kelapa.

Oleh-oleh khas Kudus yang wajib dicicip ini memiliki rasa manis legit, empuk, dan lengket. Jajanan ini selalu mejeng loh di setiap ruko atau toko yang berada di sepanjang jalan di Kudus, Jawa Tengah. Nah, jejak sejarahnya bisa ditelusuri dari cerita rakyat yang berkembang di Desa Kaliputu, Kecamatan Kudus, Kota Jawa Tengah.

Dikutip dari Tribunwisata (9/9/2017), riwayat jenang nggak lepas dari sosok-sosok masyhur yaitu Sunan Kudus, Saridin atau Syekh Jangkung, dan Mbah Dempok Soponyono. Berdasarkan cerita rakyat itu, konon suatu hari Sunan Kudus, Syekh Jangkug, dan Mbah Dempok Soponyono dan cucunya melakukan perjalanan. Ketika cucu Mbah Dempok Soponyono bermain burung dara di tepi sungai yang selanjutnya diberi nama Sungai Kaliputu, dia tercebur dan hanyut. Anak malang itu kemudian ditolong oleh warga setempat. Meski tertolong, ternyata cucu Mbah Dempok diganggu oleh Banaspati, makhluk halus berambut api. Kala itu, Syekh Jangkung dan Sunan Kudus sedang lewat, dan menghampiri kerumunan warga yang sedang panik.

Sunan Kudus menyimpulkan, bocah itu telah meninggal dunia. Tetapi Syekh Jangkung menyatakan cucu Mbah Dempok itu hanya mati suri. Itu artinya masih hidup. Dan untuk membangunkannya, Syekh Jangkung meminta kepada ibu-ibu agar membuat jenang bubur gamping untuk diberikan kepada bocah itu.

Baca juga:
Pangek Pisang, Camilan untuk Momen Khusus
Dodol Nanas Jambi, Asam, Manis dan Kenyal-kenyil

Kenapa dinamai bubur gamping? Sebab makanan itu dibuat dari tepung beras, garam, dan santan kelapa. Warnanya hampir menyerupai gamping. Nah, setelah disuapi jenang bubur gamping, bocah itu hidup kembali. Mengetahui hal itu Mbah Dempok amatlah senang dan bersyukur.

Kamu tahu, Millens, kisah itu juga menjadi asal-usul nama “Kaliputu” yang diambil dari kata “kali (sungai)” dan “putu (cucu)”, berasal kejadian cucu keterhanyutan cucu Mbah Dempok.

Saat itu, Sunan Kudus berucap, “Suk nek ana rejaning jaman, wong Kaliputu uripe saka jenang.” (Suatu saat kelak jika zaman sudah ramai, orang Kaliputu hidup dari jenang).

Betul sekali, kisah yang manis itu melahirkan jenang dan menjawab pertanyaan kenapa daerah Kaliputu menjadi sentra produksi jenang kudus.

Sebagai rasa syukur atas berkah dan bisnis jenang yang menghidupi, masyarakat Kaliputu mengadakan kirab budaya Tebokan atau arak-arakan jenang yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Sura (Muharram).

Sudah tahu kan, cerita sejarahnya? Sekarang giliran kepo yuk sama produsen yang paling terkenal plus ternama.

Dilansir dari mubarokfood.co.id, CV Mubarokfood Cipta Delicia dikenal sebagai produsen makanan tradisional jenang Kudus yang telah melewati beberapa titian sejarah. Produsen jenang ini sudah moncer banget.

Produk jenangnya yang dinamai Jenang Kudus Mubarok dirintis oleh Hj Alawiyah sebagai generasi pertama produsen jenang Kudus. Lokasi penjualannya berada di Pasar Kudus, sekarang dikenal sebagai tempat parkir para peziarah makam Sunan Kudus di Masjid Menara (Masjid Al Manar atau  Masjid Al Aqsa Manarat Qudus). Setelah Alawiyah meninggal, usaha jenang dilanjutkan putranya, H Achmad Shochib, yang perusahaannya dikenal sebagai Perusahaan Jenang Tiga-Tiga (PJ. Tiga Tiga). Di tangannya, perusahaan berkembang dan melahirkan merek Sinar Tiga Tiga sebagai identitas produk.

Baca juga:
Ke Magelang, Seruput Sup Senerek Dulu Ya...
Tertarik Bikin Lompong Sagu? Ikuti Resep Ini…

Untuk mengantisipasi banyaknya pesaing, pada 1975 perusahaan menciptakan tiga merek baru, yakni Mubarok, Mabrur, dan Viva.

Dengan harga Rp 30 ribuan, packing-nya yang simpel diisi 30 buah jenang Kudus yang rasanya dijamin kenyal-kenyil. Buruan mencoba deh! (LIF/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024